Oleh : Mary Toekan Vermeer (Pengagum Sejarah Islam, Menetap di Belanda)

Beberapa hari belakangan ini, pelataran Facebookku penuh dengan antusias masyarakat Tidore tentang napak tilas 500 tahun ekspedisi Magelhaens Elcano, bertautan dengan Sail Tidore 2021.

Tak bisa aku berpaling. Sebagai bagian dari masyarakat pulau Tidore, aku sungguh terharu, bahagia. Pulau yang menyimpan banyak kenangan ini, kini tumbuh bak putri cantik dari Kerajaan Kiematubu.

Tidoreku terpilih menjadi tuan rumah pertemuan ke-10 dari The Global Network of Magellan Cities (GNMC) sebab serpihan sejarah ekspedisi Magelhaens yang sempat membuang sauh 500 tahun silam, di pantai Mareku Tidore pada 8 November 1521, di bawah kendali Juan Sebastian de Elcano (sumber: kompas.com).

Kerja sama internasional ini tentu akan memudahkan pertukaran ilmu pengetahuan, perdagangan, maupun investasi. Menjadi batu loncatan untuk kemajuan di semua lini daerah Maluku Utara.

Kedatangan kapal ini disambut meriah ketulusan masyarakat Tidore. Promosi pariwisata, budaya dan kearifan lokal Maluku Utara digelar. Sempat terlihat sebuah prasasti, entah prasasti apa aku belum mengetahuinya bahkan nama Juan Sebastian de Elcano disematkan sebagai nama salah satu jalan di Mareku.

Aku bahagia......sungguh teramat bahagia!

Namun di sisi ruangku yang lain, hatiku nano - nano, nafasku menggemuruh, sesak. Sudut mataku menghangat. Kubisikkan pada hatiku : " Jangan kau simpan dendam itu hingga mengubah warna hatimu ".

Dari penuturan sejarah Andalusia oleh Uttiek Herlambang, di Granada, Spanyol masih terus digelar setiap tahun, sebuah karnaval diberi nama DIA DE LA TOMA. Tumpah ruah masyarakatnya memenuhi jalan - jalan kota Granada memperingati jatuhnya Granada ke tangan Ferdinand dan Issabela pada tanggal 2 Januari 1492 M.

Benteng terakhir umat Islam itu roboh berkeping. Iman kaum muslimin  dirampas dengan diberi 3 pilihan : Keluar dari Spanyol, menjadi murtad atau mati.

Pengkhianatan 3 menteri Granada yang terbius dengan urusan dunia berakhir membawa malapetaka bagi masyarakat Andalusia yang terbiasa hidup damai bersama masyarakat Yahudi dan Kristen. Berabad lamanya mereka menghirup udara Andalusia bersama - sama.

Kini dihadapan mereka, pedang - pedang terhunus siap memisahkan kepala dari tubuh mereka oleh pasukan Ferdinand dan Issabela, hasil dari pernikahan dua Kerajaan. Kerajaan Aragon dan Castile.

Pasukan ini menjarah apa saja sepanjang jalan  yang mereka lalui. Mereka mendobrak pintu - pintu rumah, memperkosa, membunuh orang - orang tak berdosa.

Amukan pasukan ini menerobos bangunan ilmu yang menyimpan kitab - kitab para ulama di berbagai ilmu pengetahuan. Tercatat dalam sejarah seorang Kardinal bernama Kamnis membakar 80.000 kitab yang berhasil dikumpulkan tentaranya. Dalam tempo 24 jam, kitab - kitab bernilai ini menjadi debu.

Setahun setelah jatuhnya Granada 2 Januari 1492 M, dewan Inquisisi memerintah  melakukan pembaptisan massal. Para Mujahid tetap bertahan memilih syahid mempertahankan imannya. Lainnya di selamatkan kapal Barbarossa dari Kesultanan Ottoman (Turki). Muslimin dan Yahudi yang selamat dibawa berlayar menuju Afrika Utara dan Turki Utsmaniyah.

Untuk memastikan tak ada muslim yang tersisa, dewan inquisisi mengeluarkan kebijakan, diantaranya setiap rumah harus menggantung paha babi yang disebut jamon, kebiasaan ini berlangsung turun temurun lalu  menjadi tradisi masyarakatnya.

Tradisi ini masih meninggalkan jejak berupa  masakan khas Spanyol Jamon yang bermakna paha babi. Bukan saja jamon sungguhan, jamon berupa souvenir gantungan kuncipun tersedia mulai dari toko - toko souvenir terkemuka hingga kedai - kedai kecil menjualnya.

Begitu mengerikannya inquisisi ini, seorang Mufti dari kota Wahrani (Oran), Maroko Syekh Ahmad bin Abi Jum'ah al - Maghrawi al - Wahrani, mengeluarkan fatwa tahun 1504 M.

Beliau memberi dukungan kepada kaum Morisco (muslimin yang dipaksa murtad),  boleh mempertahankan aqidahnya secara sembunyi - sembunyi dalam hati saja demi memperjuangkan hidup, terhindar dari penyiksaan yang kejam.

Fatwa ini berlaku terbatas di daerah daerah yang betul betul berat penyiksaannya. Mereka boleh sholat hanya dengan isyarat, berwudhu dengan cara menceburkan diri ke sungai atau bersedekah biasa dengan niat zakat.

Tentu tidak semua ulama bersepakat dengan fatwa ini. Banyak ulama yang menyarankan kaum muslimin yang mempertahankan imannya segera hijrah dari Andalusia.

Horor berkecamuk berhari - hari bagi muslim dan yahudi. Kengerian yang tak terbayangkan dalam sejarah manusia itu kini disimbolkan dengan perayaan dia de la toma.

Perayaan dia de la toma berarti hari pengambilan telah menjadi tradisi masyarakat Granada selama 528 tahun. Meskipun dalam masa pandemi, masyarakatnya tetap menggelar karnaval ini.

Menurut kabar, sebenarnya Dewan Islam di Spanyol sudah meminta perayaan itu dihentikan tapi begitulah, sulitnya karena masyarakat Eropa memang masyarakat yang senang dengan pesta - pesta seperti itu.

Buat masyarakat Tidore, semoga Sail Tidore membawa keberkahan dan kemajuan.

Jika di negeri mereka, mereka masih terus merayakan keterpurukan umat Islam, maka di negeri ini, di pulau mungil nan indah ini justeru kalian memberi kehangatan dan kebesaran umat Islam. Tunjukkan kepada mereka bahwa umat Islam tidak sekerdil itu.

Sayangnya sewaktu aku berkunjung ke Andalusia, sejarah Andalusia belum terbaca seluruhnya olehku. Berharap pandemi segera berlalu semoga Allah izinkan aku kembali ke negeri ini. Mencari wanginya Islam yang tertinggal.

Akan kukabarkan kepada para mujahid yang syahid, bahwa saudaramu yang jauh di Timur, tak akan pernah melupakan perjuanganmu mempertahankan imanmu.

Semoga keikhlasan kalian menjadi nyala api yang berkobar - kobar, musnahkan dendam berganti ghirah Islam. Sungguh, panasnya tak menghanguskan namun mematangkan pikiran dan hati generasi ini.

Andalusia adalah kisah negeri sejuta cahaya yang Allah hadirkan untuk generasi Islam selanjutnya.

Ada sepotong kata dari penulis Journey to Andalusia Uttiek Herlambang, lepas seperti anak panah  menancap kuat dihatiku. Kalau perintahnya adalah " Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat ". ( HR : Bukhari ), maka di era sosial media ini, " tuliskan walau hanya satu caption dakwah ".

Wallahu a'lam bishowab...

Geldrop, 16 Sha'ban 1442 H.