Be The Ambassador Of Islam
"Maukah kamu minggu depan membacakan buku untukku ? "
"Tentu saja, dengan senang hati....sampai jumpa minggu depan, Mia "
Kututup pintu kamar itu. Dan pagi ini aku mendorong kursi roda, bersamanya kami duduk di halaman samping gedung berkaca tingkat 3 itu.
Ada beberapa kursi dan meja tersedia di taman. Lingkungan ini sangat asri dan tenang. Kawasan senior living atau warga lansia di bawah penanganan sebuah Rumah Sakit di kotaku.
Sedikit dingin. Ku perbaiki syalku dan membetulkan syalnya. Mia masih cantik. Terlihat dari guratan yang menua dengan dua bola mata birunya
"Mia, kamu mau secangkir kopi atau teh? Akan kubuatkan untukmu sebelum aku membacakan buku."
"Aku suka teh. ": katanya.
" Yes! Aku juga."
Mia tertawa. Gigi palsunya terlihat. 76 tahun tapi masih berdandan cantik dengan giwang senada dengan warna bajunya. Badannya tak terlalu besar dariku. Hanya terlihat ringkih. Kakinya tak mampu lagi menahan badannya. Tangannya gemetar jika mengangkat sesuatu.
Kutinggalkan Mia sebentar, berlalu membuatkan seteko teh untuk kami.
'De Zweep' adalah judul buku yang dipilih Mia. Sebuah novel karya Catharina Cookson. Novel Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.
Kubacakan buku itu untuknya, meskipun tak semua ku mengerti. Sesekali kubuka google translate untuk mengetahui bagaimana cara membaca kata - kata baru sekaligus artinya.
Kadang Mia terkekeh mendengarku terbata - bata mengeja kalimat dengan rangkaian huruf konsonan, seperti 'schaduw' yang harus jelas terdengar 'sch'nya atau 'slechts' dengan 'chts' nya. Mia membetulkan lafalku.
Setelah beberapa lembar kuhabiskan bacaan untuknya, Mia membuka pertanyaan dengan sedikit hati - hati.
" Mary, boleh aku bertanya ?"