Be The Ambassador Of Islam
"Tentu saja " : jawab Mia.
"Tapi berita ini di ulang - ulang di media mainstream seakan menjadi suguhan menarik. Setidaknya disiarkan dalam tiga hari tanpa jeda di waktu pagi, siang, malam dan tengah malam. Narasinya sengaja diperjelas bahwa lelaki Islam memang biasa memukuli istri mereka."
"Ya. Aku dengar seperti itu." : sambung Mia.
"Apakah di sini tidak ada kasus KDRT, Mia ? " : tanyaku padanya.
"Banyak. Makanya Belanda punya sistem perlindungan yang cepat dan terstruktur. Ada 'vluchthuizen' semacam rumah penampungan sementara. Negara menyediakan pendampingan psykologis dan hukum secara gratis dari lembaga sosial dan bantuan hukum. Bahkan ada organisasi 'Veilig Thuis' khusus menangani KDRT."
"Itu maksudku, Mia. KDRT bukanlah khas satu kelompok saja tapi fenomena yang terjadi di masyarakat secara luas."
Mia mengangguk setuju.
"Ceritaku belum selesai, Mia. Dua hari setelah berita itu, tersiar kabar tentang seorang pria lokal menghabisi nyawa istrinya. Media hanya menulis singkat: 'pelaku menderita gangguan jiwa'. Tak ada liputan berhari-hari, tak ada sorotan panjang seperti saat perempuan Maroko yang ditinju suaminya."
"Aku mengira di sini negara maju. Full akan toleransi. Nyatanya tidak untuk Muslim. Kamu tahu, Mia...seberapa kuatnya kami harus berjuang mempertahankankan jilbab ini ?" : lanjutku.
Mia terdiam...menatapku dalam.
"Aku pernah merasakannya. Ketika turun dari mobil untuk berbelanja. Datang seorang lelaki dengan muka tak ramah, mengangkat kedua tangannya tepat di hadapanku dengan dua ibu jarinya mengarah ke bawah."
Mia kaget..." Mengapa kamu tak membalas menunjukkan jari tengah kepadanya ?"
"Ow...aku hampir menendang perkututnya !"
Kami tertawa...
"Bisa saja kulakukan, Mia...tapi aku takut jilbabku ditarik."
"Memang ada yang berani melakukan itu? " : alis Mia berkerut.