Mia selalu memintaku membacakan buku setiap Selasa lalu menanyakan tentang kultur Islam. Aku bercerita padanya bagaimana Islam menjaga wanitanya dan hak - hak wanita Muslim dalam Islam.

Mia terkesima. Dia tak pernah membayangkan betapa Islam memuja wanita hingga tiga kali derajat ibu atas ayah bagi anak - anak mereka. Bagaimana peran suami sebagai kepala keluarga. Sebuah tanggung jawab utuh atas istri dan anak - anaknya.

Mia adalah salah satu contoh korban kekuatan media mainstream berupa penyebaran berita dengan formula yang didesain. Kini media mainstream mengalami kelumpuhan sejak arus informasi dapat diakses langsung tanpa perantara mereka lagi.

Sejak itu kami berteman baik. Aku sangat menikmati kegiatan ini. Rasanya seperti sedang membayar semua perhatian yang belum banyak ku berikan pada papa dan ibu. Mengurus para orang tua.

????????????

Sore itu kami menerima tamu di rumah. Teman dekat pak suami datang makan malam bersama kami. Sebut saja namanya Theo.

Theo adalah teman terdekatnya jauh sebelum aku mengenal suamiku. Ia masih muda berasal dari Polandia. Mereka pernah melakukan perjalanan dengan mobil Belanda - Polandia dan menginap di rumah orang tuanya Theo. Hubungan pertemanan mereka sangat akrab.

Aku diperkenalkan dengan Theo. Sosoknya tenang, sopan dan kelihatannya hangat. Setelah makan, kami ngobrol ringan di beranda belakang. Kubuatkan kopi untuk mereka lalu pamit bergegas sholat Maghrib di kamarku di lantai atas.

Usai sholat aku turun kembali. Waktu itu aku belum memutuskan berhijab. Tak ada identitas sebagai Muslim.

Ada yang berubah. Wajah Theo terlihat kaku ke arahku. Ia buru - buru pamit tanpa sepatah katapun padaku. Nampaknya sesuatu sedang terjadi. Aku menoleh pada suamiku.