Be The Ambassador Of Islam
"Ada apa dengannya ? "
Suamiku menghela napas. "Theo memutuskan pertemanan kami."
Aku terdiam. " Mengapa ?"
" Karena aku menikah dengan orang Islam !"
"What....!!! " Aku menatapnya tak percaya. Seumur hidupku aku baru pernah mendengar kalimat seperti itu.
"Ya. Aku tahu sekali tentangnya. Dia tak akan mau berteman dengan orang Islam. Ketika dia tahu kamu beragama Islam tadi saat kamu pamit sholat, dia tak mau lagi berteman dengan kita. It's ok, honey...anggap saja kita tak pernah mengenalnya."
Kubuka pintu dan berlari mengejarnya.
Yang ingin kulakukan adalah berteriak sekeras- keras padanya :
" Segera keluarkan semua isi makanan dalam perutmu itu, meneer ! Muntahkan saja...dan jangan pernah menyentuh depan rumahku lagi ! "
Tapi suaraku tercekat di tenggorokan. Aku membisu. Hanya menatap mobilnya yang menghilang di tikungan jalan. Mataku berkaca - kaca. Itu luka...sakit tak berdarah.
Kisah pertama yang tertoreh dalam lembar pertamaku di negri ini.
????????????
Berbeda lagi dengan perjalanan suamiku memahami rumah ibadah umat Islam.
Bertahun-tahun aku baru mengerti, mengapa suamiku begitu gelisah setiap kali aku mengajaknya ke masjid. Ia mengalami trauma imajinatif masjid akibat indoktrinasi media dan orang-orang sekelilingnya.