Oleh : Iskandar Pelupessy (Pemerhati Masalah Sosial)

HINGGA memasuki bulan Juli 2020, tak terasa kita sudah menuju bulan kelima dalam kondisi pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), dengan jumlah korban covid yang terus bertambah. Lamanya pandemi Covid -19 berdampak pada lesunya ekonomi negara kita, bahkan menghantam semua lini kehidupan masyarakat.

Pemutusan hubungan kerja (PHK), terganggunya sektor informal yang menjadi tempat lapisan masyarakat bawah menggantungkan nasib pun ikut tergerus akibat wabah ini.

Kalau sudah tergerus dan terganggunya pendapatan masyarakat maka tentu akan mengakibatkan yang namanya kemiskinan, sebuah realita yang sama-sama tidak kita inginkan.

Informasi pandemi ini membuat angka kemiskinan bertambah diungkapkan Menteri Sosial Juliari P Batubara. Pak menteri memperkirakan, angka kemiskinan Indonesia kemungkinan akan bertambah hingga 4% akibat pandemi Covid-19.

Dengan demikian, angka kemiskinan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 13,22%. “Ini kenaikan yang luar biasa,” kata Mensos Juliari, seperti dilansir dari Kompas.

Salah satu yang menunjang adanya kemiskinan adalah PHK, dimana informasi maraknya PHK bukan isapan jempol semata. Seperti dikutip dari halaman Tirto.id, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mencatat angka jumlah pekerja yang dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta orang selama masa pandemi ini.

Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Kamdani mengungkapkan, sebagian besar pekerja tersebut dirumahkan. Karena pengusaha tidak punya cashflow untuk PHK.

Angka berbeda disampaikan Menaker Ida Fauziyah, yang menyebut jumlah pekerja yang terkena PHK selama pandemi sudah mencapai 1,79 juta orang hingga akhir Mei, baik pekerja formal maupun informal.

“Kita berusaha menekan angka pengangguran agar tidak tembus 2 digit,” kata Menaker Ida.

Dampak ini pun turut dialami Gojek sebagai decacorn pertama dari Indonesia itu, decacorn merupakan status yang disematkan kepada startup dengan valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS. Gojek sudah menyandang status itu sejak tahun lalu. Pernyataan itu disampaikan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo seperti dkutip dari Tirto.id, dalam emailnya kepada karyawan, Selasa (23/6/2020).

Andre Soelistyo dalam emailnya kepada karyawan bersama CEO Gojek Kevin Aluwi. Ia mengirim surat elektronik menjelaskan kondisi terkini, dengan berujar kalian telah mendengar dari kami berdua mengenai bagaimana luar biasanya Covid-19 mempengaruhi bisnis kita dan menghadirkan sejumlah tantangan yang harus kita hadapi dan sikapi bersama-sama.

Tantangan terbesar adalah masih adanya ketidakpastian di masa mendatang. Email itu menjelaskan tentang rencana PHK Gojek terhadap 430 karyawannya atau sekitar 9%. Keputusan itu merupakan dampak dari penutupan 2 layanan GoLife: GoClean dan Go Massage, plus layanan GoFestival.

Gojek memutuskan menutup bisnis non-inti yang mati suri akibat pandemi. Harapannya, perusahaan bisa bertahan dalam waktu yang lebih lama, di tengah semua ketidakpastian ekonomi.

Seminggu sebelumnya, CEO dan Co-Founder Grab, Anthony Tan juga mengirimkan pesan kepada karyawannya. Intinya sama, soal keputusan perusahaan untuk mem-PHK karyawannya. Sebanyak 380 karyawan yang merepresentasikan 5% karyawannya terkena imbasnya.

Kenyataan tergangunya ekonomi kita bahkan menyentuh ke sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang diperkirakan mengalami nasib yang lebih parah dari krisis tahun 1998.  Padahal UMKM suatu bentuk bisnis produktif yang dimiliki oleh perorangan atau badan usaha yang bertujuan untuk  memiliki ketangguhan dan dapat menjadi usaha yang mandiri.

Sektor yang menjadi pertahanan ekeonomi kerakyatan dan salah satu langkah peningkatan struktur perekonomian suatu daerah bahkan negara ini, satu demi satu pun tergerus akibat pandemi ini.

Mengutip halaman Inilah.com, disebutkan bahwa berbeda dengan krisis 1998 di mana UMKM mampu bertahan, saat ini akibat pandemi Covid-19, sekitar 50 persen UMKM diperkirakan gulung tikar.

Meski demikian pemerintah berupaya optimal untuk menyelamatkan UMKM dengan berbagai stimulus, agar bisa menekan bertambahnya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan.

“Setidaknya 40 survei memperkirakan separuh UMKM tidak akan mampu survive; pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya,” kata MenkopUKM Teten Masduki, dalam webinar bertema “Kebangkitan UMKM dengan Entrepreneur Milenial di Era New Normal”, yang diselenggarakan oleh KAGAMA (Alumni UGM), Sabtu (27/6/2020).

Menghadapi pandemi yang sangat meresahkan ini, beberapa kelompok masyarakat bahkan membuat gerakan rakyat bantu rakyat. Gerakan yang awalnya dimulai dengan membantu pembelian APD guna membantu tenaga medis berlanjut hingga gerakan membeli produk-produk UMKM di sosial media. Namun lamanya pandemi yang menghantui, ternyata juga merepotkan pada akhirnya.

Pemerintah melalui Kementrian UKM dan Koperasi mengambil langkah-langkah yang dilakukan untuk membangkitkan UMKM itu antara lain mendorong UMKM menerima bansos, memberikan insentif pajak, relaksasi dan restrukturisasi pinjaman, di mana ada 60,6 juta UMKM yang sudah terhubung dengan lembaga pembiayaan formal.

Selanjutnya, memberikan pinjaman baru, termasuk pada koperasi, mendorong Kementerian dan Lembaga serta pemda menyerap produk UMKM, serta kampanye membeli produk lokal.

“Semua kebijakan itu ditujukan agar daya beli masyarakat bisa tumbuh, sekaligus menggerakkan perekonomian,” kata Teten.

Karena ini adalah pandemi yang berarti penyakit yang menyebar secara global meliputi area yang luas. Dan dampak yang ditimbulkannya sangat memepengaruhi seluruh sendi hajat hidup manusia, mulai dari ekonomi sosial masyarakat danyang  lainnya.

Kita beharap sambil terus berdoa kiranya semoga pandemi ini cepat berakhir, apalagi Indonesia sebagai negara yang nomor satu terparah di Asia Tenggara akibat pandemi ini.

Tak bisa dipungkiri suasana kebosanan karena lamanya pandemi, realitas kebutuhan mencari sesuap nasi bagi keluarga, adalah riak-riak yang kita temui saat pandemi ini, Semoga cepat berakhir, dan semoga cepat ditemukan obat ini, biar usai pandemi ini, semoga ! (***)