Saat ini bukan waktunya lagi menggunakan cara-cara memecah belah untuk berpolitik. “Kalau pakai politik pecah belah, ini namanya politik sontoloyo.”

Itulah yang dimaksudkan dengan politikus sontoloyo ala presiden kita Joko Widodo. Kata sontoloyo kemudian menjadi viral, pasca disebutkan Jokowi di acara penyerahkan sertifikat tanah kepada warga di Surbaya, Jawa Timur, 6 September 2018.

Apa pentingnya membahas politikus sontoloyo?. Sudah terlanjur viral, maka enaknya dibumbuhi dengan mengaitkan kondisi serupa di Maluku. Apakah ada politisi sontoloyo di Maluku? Jawabannya tentu ada. Jika dikaitkan dengan penjelasan dan maksud Pak Jokowi di atas.

Dimana ada pesta demokrasi, pastinya ada “politisi sontoloyo”. Tidak rumit toh untuk menemukan politisi model ini. Banyak nian keberadaan mereka. Mislanya, jika ada politisi yang kerap muncul di medsos dengan postingan yang saling menyerang dan menghujat, maka dialah “politisi sontoloyo”.

Tak perlu menyebutkan satu demi satu. Dari ciri-ciri di atas bisa gampang diterka siapa yang masuk dalam katagori sontoloyo. Kalau sontoloyo itu dibawa ke ranah umum, maka bukan saja politisi yang kerap sontoloyo. Tapi yang lebih banyak adalah “netizen sontoloyo”.

Lebih gawat lagi kalau dia politisi kemudian dia juga netizen yang sering mengubar kebencian di ruang publik. Maka titelnya politisi dan netizen sontoloyo. Kalau model ini, maka sangat banyak ditemukan. Jadi apa itu sontoloyo? Anda bisa dengan mudah menemukan jawabannya dengan menuliskan kata kunci “sontoloyo KBBI” untuk menemukan jawaban dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau menuliskan kata kunci “Sontoloyo adalah” untuk menemukan jawaban lainnya.

Adapun menurut KBBI sontoloyo adalah konyol, tidak beres, bodoh. Sontoloyo biasa digunakan sebagai makian. Namun, tak banyak yang tahu dari mana sebenarnya asal usul sontoloyo ini. Setelah ditelusuri, sontoloyo ini berasal dari Bahasa Jawa.

Maknanya pun sangat berbeda jauh dengan yang dipahami orang kebanyakan. Sebagaimana dikutip dari Wikipedia, sontoloyo adalah sebutan bagi orang yang menggembalakan itik atau bebek.

Ia bertugas untuk menggiring hewan tersebut agar memperoleh makanan, yang biasanya dilakukan di persawahan. Ini hampir sama dengan kata bajingan yang justru kemudian menimbulkan konotasi negatif ketika mengucapkannya.

Nah jika demikian, jangan sering dekat dengan politisi dan netizen sontoloyo. Bisa saja Anda adalah itik atau bebek yang digiring untuk sebuah kepentingan.    Memang pas sebutan sontoloyo ini disematkan kepada politisi. Sebab, di pesta demokrasi, politisi kerap menjadi sontoloyo. Maka tak heran Jokowi pun berang dan tak sabar karena prilaku sontoloyo ini.

Ungkapan tersebut diarahkan kepada politisi yang menggunakan cara-cara lama seperti adu domba, mengumbar kebencian, hingga membawa Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) dalam berpolitik.

Sekiranya di Maluku, model sontoloyo ini tidak boleh diberikan ruang. Sebab, efeknya cukup besar untuk keutuhan dan keharmonisan kehidupan orang basudara. Jangan heran, akibat sontoloyo ini, kita pernah terpuruk. Sontoloyo kurang lebih sepadan dengan provokator. Maka hati-hatilah dengan prilaku sontoloyo. (***)