SUDAH hampir lima bulan wabah mematikan bernama coronavirus disease (COVID-19) itu mengancam dunia. Waktu yang cukup lama jika dirunut dari kasus awal yang menimpa penduduk Hubei, China.

SCMP, sebuah media lokal China menyebut, pasien pertama berusia 55 tahun adalah penduduk Hubei yang terkonfirmasi positif pada tanggal 17 November 2019. Sejak itu, corona terus menggila, menyebar ke seantero dunia termasuk Indonesia.

Di Indonesia sudah hampir sebulan virus mematikan ini mewabah, sejak adanya kasus pertama pasien virus corona pada 2 Maret 2020 ini. Dan sampai Selasa (31/3/2020) tercatat telah ada 1.528 pasien positif virus corona. Dari jumlah tersebut, 81 pasien telah dinyatakan sembuh dan 136 pasien meninggal dunia.

Penduduk dunia dibuat panik. Sejumlah daya dan upaya dilakukan untuk mencari solusi pencegahan. Bukan saja secara medis dan ilmiah, tapi tindakan asalan pun dilakukan, tanpa mengetahui dengan jelas alasannya.

Di dunia nyata terus terdengar peristiwa kematian, pengobatan dan tindakan penyelamatan dan pencegahan dengan berbagai cara. Sementara di dunia maya,  lebih heboh lagi pergolakan yang dilakukan warganet.

Tentunya tidak semua kebohongan berada di sana, masih banyak pula informasi positif beredar di dunia maya. Banyak berita positif yang patut dijadikan pijakan. Tapi apa boleh buat, antara kebenaran dan kebohongan tentunya sukar dilihat dalam waktu sekejap.

Faktanya hari ini, publik di dunia, seakan kembali dibawa pada cerita masa silam tentang kisah ‘Batu China’ yang pernah dilakukan tokoh dunia Benjamin Franklin pada tahun 1745.

Pemimpin revolusi Amerika Serikat ini lewat harian Pennsylvania Gazette mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati penyakit rabies, kanker, dan penyakit-penyakit lainnya.

Kisah Benjamin Franklin dengan “Batu China’ saat itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar semestinya. Pada akhirnya, hoaks tokoh dunia itu terungkap, setelah diketahui  batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa yang tak memiliki fungsi medis apapun.

Franklin kemudian tak berkelit, setelah seorang pembaca harian Pennsylvania Gazette mampu membuktikan tulisan Benjamin Franklin tersebut. (wikipedia.org)

Kisah serupa Franklin  juga terjadi saat ini, sumber informasi terkait virus corona dan upaya pencegahan kepada manusia bukan saja datang dari masyarakat awam. Banyak pula tokoh-tokoh dunia kemudian tampil memberikan statemen yang sebenarnya sukar dibuktikan secara ilmiah.

Misalnya, miras (minuman keras) beralkohol disebut mampu menangkal virus corona, bawang putih bisa menangkal virus corona, bahkan yang terakhir adalah hoaks tentang telur rebus yang disebut bisa menangkal virus corona.

Isu ini bahkan menjadi viral,  bukan hanya di dunia maya, tapi sudah ‘memakan korban’ lantaran ada warga yang sudah melakukan ritual makan telur rebus di malam hari itu, lantaran terhasut pesan sesat yang katanya berasal dari seorang bayi ajaib itu.

Sangat manusiawi, dalam kondisi yang serba terpaksa dan ketakutan, semua orang akan melakukan apa saja untuk menghindari wabah penyakit menakutkan ini.

Bukan saja di Indonesia. Tindakan serupa pun pernah dilakukan Presiden Belarus, Alexander Lukashenko. Presiden dari negara pecahan Uni Soviet itu menjadi sorotan setelah menyebut sauna dan vodka bisa melindungi warganya dari ancaman virus corona. (kompas.com/31/03/2020)

Meminum 50 ml vodka, mengunjungi sauna, dan tetap bekerja di lapangan adalah cara agar warga baik-baik saja.

“Kami tak akan membatalkan apa pun. Kami akan menggelar acara yang sudah direncanakan. Semoga Tuhan melindungi dari virus corona,” koar Lukasheko.

Namun dalam konferensi pers akhir pekan lalu, Lukasheko menarik kembali kata-katanya seraya berkilah itu adalah “bentuk aspirasi”. Setelah Belarus yang dipimpinnya dilaporkan sudah terdapat 152 kasus virus corona.

Ada pula yang menyebut bawang putih mampu menangkal virus corona jika dikonsumsi secara rutin. Kasus ini pun terjadi seperti dilaporkan South China Morning Post yang mengabarkan seorang perempuan harus menjalani perawatan rumah sakit karena menderita radang tenggorokan parah akibat memakan 1,5 kilogram bawang putih mentah.

Apa kata Badan Kesehatan Dunia (WHO)?  Bawang putih “adalah makanan sehat yang memiliki zat antimikroba”, namun belum ada bukti memakan bawang putih mampu melindungi tubuh dari paparan virus corona.

WHO menyebutkan mengosumsi buah-buahan, sayuran dan minum air putih baik untuk kesehatan tubuh. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menyebut makanan dan minuman tertentu mampu melawan virus corona.

Kasus serupa juga terjadi di sejumlah negara. Seperti dilansir BBC, sebuah tulisan yang disalin, ditempel dan dibagikan berkali-kali oleh puluhan pengguna media sosial dan mengklaim sumbernya dari UNICEF. Pesan berantai itu berisi minum air panas dan paparan sinar matahari akan membunuh virus, dan mengatakan es krim harus dihindari.

Aksi ini memaksa Charlotte Gornitzka, yang bekerja untuk UNICEF dalam bidang misinformasi virus corona, angkat bicara. Charlotte menyebut pesan online yang  mencantumkan nama UNICEF adalah bohong.

“Kami tahu virus flu tidak bertahan dengan baik di luar tubuh selama musim panas, tetapi kami belum tahu bagaimana panas berdampak pada coronavirus baru,” ungkapnya.

Bantahan ini juga disampaikan Prof Bloomfield.  Ia mengatakan, memanaskan tubuh atau membiarkan diri Anda terkena sinar matahari – mungkin membuatnya tidak ramah terhadap virus – namun cara itu benar-benar tidak efektif. Karena, setelah virus ada di tubuh Anda, tidak ada cara untuk membunuhnya, tapi tubuh Anda harus melawannya.

Di luar tubuh, kata Bloomfield, “Untuk secara aktif membunuh virus, Anda membutuhkan suhu sekitar 60 derajat, jauh lebih panas daripada mandi air panas atau sauna,” kata Profesor Bloomfield.

Mencuci sprei atau handuk pada suhu 60 derajat adalah ide yang baik, karena ini dapat membunuh virus dalam kain. Tapi itu bukan pilihan yang baik untuk mencuci kulit Anda.

Seperti inilah kondisi kita saat ini. Banyak informasi yang berseliweran di dunia maya bahkan menjadi fakta dalam praktek kehidupan kita sehari-hari agar bisa bebas dari ancaman Covid-19.

Ironisnya, belum sampai ke wilayah penyembuhan yang memerlukan formula obat yang kini masih diteliti sejumlah ilmuwan di dunia, di tataran pencegahan saja kita sudah sok tahu dan maha benar.  Padahal, sampai detik ini WHO belum berani mengelurkan rekomendasi jenis makanan atau minuman yang layak dikonsumsi sebagai upaya pencegahan virus corona.

Badan Kesehatan Dunia itu hanya mengeluarkan beberapa jenis kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan setiap orang. Antaranya,  mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, atau bersihkan dengan usapan berbasis alkohol dan beberapa tindakan lainnya.

Ternyata laju penyebaran virus Corona, belum sebanding dengan laju kebohongan tentang virus Corona itu sendiri  (***)