BERITABETA.COM, Bula — Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Punira Kilwalaga menghadiri Lokakarya Mini Lintas Sektor (Linsek) di sejumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada pekan kemarin.

Plt Kadinkes SBT, Punira Kilwalaga kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (13/10/2025) mengungkapkan, dia dan sejumlah stafnya berkesempatan menghadiri secara langsung Linsek di Puskesmas Tamher Timur dan Afang.

Punira mengaku, dalam kesempatan Kunjungan Kerja (Kunker) yang dijadwalkan ke Kecamatan Kesui itu, dia berinisitif untuk berkunjung ke Kecamatan Teor guna menyaksikan pelayanan kesehatan di sana.

“Sebetulnya kemarin itu di Puskesmas Tamher Timur dengan Afang. Tapi karena kapalnya sempat sampai ke Teor, akhirnya saya langsung ke Teor tanpa ada agenda apa-apa di sana. Karena saya hanya melihat dorang, bagaimana saya memastikan dorang punya bentuk pelayanan kepada masyarakat,” ungkap Punira Kilwalaga.

Ia menjelaskan, setiap Puskesmas idealnya melaksanakan kegiatan Linsek ini dalam setahun empat kali. Hal ini merujuk pada siklus manajemen yang tertuang di dalam manajemen Puskemas, baik Permenkes No. 44 tahun 2016 maupun yang terbarunya di Permenkes No. 19 tahun 2024.

Dalam Permenkes itu tambah dia, saat pelaksanaan Linsek dihadirkan berbagai pemangku kepentingan, baik pihak Dinas Kesehatan (Dinkes), Puskesmas, Forkopimcam, Kepala Desa dan Kader Posyandu.

“Kesehatan ini bukan tanggung jawab orang kesehatan saja. Saya selalu bilang bahwa kesehatan ini tanggungjawab kita semua, terutama yang terlibat pada saat Lintas Sektor itu,” jelasnya.

Dia membeberkan, kehadirannya pada Linsek ini untuk melihat kinerja organisasi di masing-masing Puskesmas sekaligus memantau capaian program, baik yang berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) maupun program-program prioritas lainnya.

Kilwalaga yang saat ini sedang mengikuti diklat pelatihan kepemimpinan administrator angkatan ke-15 ini mengakui, masih ada kendala yang dihadapi pada 12 SPM kesehatan ini.

Untuk itu, dia meminta pentingnya peran semua pihak dalam mengejar capaian 12 SPM kesehatan tersebut dengan berkontribusi melalui peran masing-masing.

“Misalkan pada indikator pelayanan persalinan. Syarat standar untuk terpenuhi SPM itu maka setiap ibu hamil harus melahirkan di Puskesmas, tidak bisa di rumah. Tapi nyatanya di kampung-kampung ini, bahkan mungkin di dalam kota Bula sendiri juga mungkin masih ada yang melahirkan di rumah, yang ditolong oleh mama biang. Nah itu kan berarti SPM-nya hilang, tidak terpenuhi,” tegasnya. (*)

Pewarta : Azis Zubaedi