BERITABETA.COM –Daerah Maluku menyimpan banyak keanekaragaman pangan yang cukup menyehatkan. Selain sagu, ternyata Maluku juga memiliki Hotong sebagai pangan lokal  dengan kandungan nutrisi yang tinggi melebihi beras dan  sangat baik bila dikonsumsi.

Hotong (Setariaitalica (L)) adalah jenis pangan lokal yang banyak ditemukan tumbuh secara liar di Pulau Buru, Maluku.  Saat ini hotong juga sudah dibudidayakan dan dikomesilkan. Namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Dari data resmi BPTP Maluku menyebutkan, kandungan karbohidrat hotong memiliki kemiripan dengan kandungan karbohidrat pada beras. Namun, kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein yang ada pada bahan pangan sumber karbohidrat lainnya (beras, kentang).

Biji hotong memiliki kadar air 9,03%, kondisi yang memenuhi standar penyimpanan serealia. Namun dalam bentuk tepung, kadar airnya jauh lebih rendah (6.82%). Hal ini antara lain karena proses penepungan menimbulkan panas dan berdampak pada penurunan kadar air.

Kadar lemak hotong (3%) setara dengan sorgum (3%) dan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak beras dan gandum (1%). Sedangkan protein biji hotong (14%bk) maupun tepung hotong (13%bk) lebih tinggi dibandingkan dengan beras (6-10%bk), sorgum (8-10%bk) dan gandum (8-12%bk).

Antioksidan

Biji  hotong  mengandung  komponen  bioaktif    yang  mempunyai  sifat  antioksidan,  antara  lain adalah  tanin  dan  vitamin  E.  Tanin    merupakan  polifenol,  salah  satu  antigizi  yang  terkandung  di dalam  bahan  makanan. 

Dampak  adanya  tanin  adalah  terbentuknya  senyawa  kompleks  dengan protein  maupun  karbohidrat  sehingga  cenderung  menurunkan  daya cerna  protein  maupun  pati.

Disisi  lain,  polifenol  secara  umum  mempunyai  kemampuan  menangkap  radikal  bebas  seperti peroksinitrit   dan   superoksida   (Malenski et.al.,1993),   sehingga   berperan   dalam   menahan kerusakan sel dan jaringan oleh spesies nitrogen reaktifdan oksigen reaktif. 

 

Biji Hotong

Akibat kerusakan sel dan jaringan oleh radikal bebas tersebut antara lain timbulnya penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes  melitus  dan  penyakit  kardiovaskuler  (Wickremasinghe,  1976;  Balentine  dan  Paetau-Robinson,  2000). 

Kadartanin  pada  biji  hotong  0.22  %  dan  dalam  bentuk  tepung  turun  menjadi 0.06  %  (Tabel 4).  Dalam  bentuk  biji  sosoh,  masih  terdapat  kulit  biji  hotong.  Sedangkan  dalam proses  penepungan  lapisan  kulit  tersebut  dapat  dipisahkan  melalui  proses  pengayakan.  Oleh karena itu kadar tanin dalam biji hotong lebih tinggi dibandingkan dengan tepung hotong.  

Kadar Amilosa Sedang

Berdasarkan  kategori  tersebut,   hotong  termasuk komoditas  berkadar  amilosa  sedang  yang bila  diolah  akan  menghasilkan  produk  dengan tingkat kepulenan sedang.

Kadar amilosa dan daya cerna (DC) pati pada biji dan tepung hotong sedang. DC pati merupakan kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap di dalam tubuh.  Dalam  penelitian  DC dianalisis  secara in  vitro.

Menurut  Willet et al (2002), karbohidrat  yang  diserap  secara  lambat  akan  menghasilkan  puncak  kadar  glukosa  darah  yang rendah  dan  berpotensi   baik   dalam  mengendalikan  kadar  glukosa  darah.   DC  pati dipengaruhi   oleh   komposisi   amilosa/amilopektin (*

Editor : Redaksi