BERITABETA.COM – Tingginya angka obesitas di Amerika Serikat, disebut menjadi salah satu penyebab masyarakat di negeri Paman Sam itu memiliki kerentanan yang tinggi terinfeksi virus corona COVID-19.

Tom Frieden, mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan, lebih dari 60 persen orang dewasa di Amerika memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan tersebut.

“Semua masalah kesehatan ini meningkatkan risiko infeksi COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus, dan lebih buruk lagi, kematian,” ujar dia, seperti dikutip  Daily Mail, Senin, 30 Maret 2020.

Seperti dikutip  tempo.co, per hari ini, Selasa sore, 31 Maret 2020, data dari peta sebaran yang dibuat Johns Hopkins University, terkonfirmasi kasus terinfeksi sebanyak 164.610, sebanyak 3.170 tewas dan 5.945 sembuh.

Para ahli kesehatan khawatir bahwa kedua angka ini akan meningkat secara eksponensial karena hanya sedikit yang benar-benar berisiko rendah terinfeksi.Para ahli menyarankan bahwa obesitas dapat menempatkan Amerika pada risiko pandemi yang serupa dengan yang terlihat pada tahun 1918 dengan flu Spanyol.

Menurut CDC, 42,4 persen dari populasi orang dewasa obesitas dan 18,5 persen anak-anak di Amerika.

Obesitas dikenal sebagai faktor risiko untuk beberapa kondisi kesehatan kronis termasuk diabetes tipe 2, stroke, serangan jantung dan bahkan jenis kanker tertentu. Para ahli memperingatkan bahwa proporsi orang dewasa gemuk hanya akan tumbuh seperti generasi muda.

Meningkatnya tingkat obesitas tidak hanya akan meningkatkan biaya perawatan kesehatan, tapi dapat memacu pandemi virus corona, atau pandemi masa depan.

Sebuah studi pandemi flu H1N1 2009, menemukan bahwa orang gemuk dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan populasi negara. Artinya, orang gemuk yang didiagnosis dengan COVID-19 membuat rumah sakit yang sudah kewalahan semakin penuh.

Selain itu, sebuah studi baru-baru ini dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan menemukan bahwa orang dewasa yang obesitas dan terinfeksi flu tidak hanya berisiko lebih besar mengalami komplikasi parah, tapi tetap menular lebih lama.

Ini berarti, obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan flu. Dengan 75 persen orang dewasa di Amerika diperkirakan kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2030, ini dapat mengakibatkan hilangnya ribuan lebih banyak nyawa akibat flu, atau virus corona.

Meskipun tidak jelas mengapa orang dewasa gemuk lebih menular, para ilmuwan percaya bahwa obesitas mengubah respons kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan kronis. Terlebih lagi, sebuah penelitian bulan ini dari Cina menemukan bahwa pasien virus corona dengan penyakit penyerta memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.

Sementara, penelitian dari University of North Carolina di Chapel Hill menemukan bahwa hanya 12 persen orang Amerika di atas usia 20 yang dianggap ‘sehat secara metabolisme’. Populasi ini memiliki pengukuran pinggang, kadar glukosa, tekanan darah dan kolesterol ‘optimal’ tanpa harus minum obat.

Sementara itu, 80 juta orang di Amerika (satu dari tiga) menderita tekanan darah tinggi, 100 juta hidup dengan diabetes atau pra-diabetes, dan 102 juta memiliki kadar kolesterol tinggi, dan banyak memiliki kombinasi dari ketiganya. Artinya, hanya sebagian kecil dari populasi yang benar-benar dapat dianggap berisiko rendah.

Kelebihan berat badan adalah risiko utama bagi segala penyakit. Termasuk penularan virus korona SARS-C0V-2 atau Covid 19 yang dikatakan lebih rentan menyerang orang obesitas atau kegemukan.

Dilansir dari AsiaOne, Kamis (9/4), Kepala Epidemiologi Prancis, Profesor Jean-François Delfraissy, yang mengepalai dewan ilmiah mengatakan sebanyak 17 juta dari 67 juta warga Prancis secara serius beresiko terkena Coronavirus. Ini karena faktor usia usia, penyakit yang sudah ada sebelumnya atau obesitas.

“Virus ini mengerikan. “Virus ini dapat menyerang orang muda. Khususnya, mereka yang kelebihan berat badan. Mereka benar-benar perlu berhati-hati,” kata Prof Delfraissy kepada radio Franceinfo.

“Itulah sebabnya kami khawatir tentang teman-teman kami di Amerika, di mana masalah obesitas diketahui tinggi di sana,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne, Kamis (9/4).

Prof Delfraissy mengatakan, 88 persen dari mereka yang terinfeksi Covid-19 hanya menderita gejala mirip flu. Tingkat kematian pada kalangan muda yang masuk rumah sakit dengan penyakit pernapasan Covid-19 yang parah adalah sekitar 2 persen.

Rekomendasi di Prancis adalah melanjutkan status lockdown beberapa minggu dari sekarang untuk menurunkan kurva. Apalagi di sana juga banyak panti jompo yang rentan (BB-DIP)