BERITABETA.COM – World Instant Noodles Association mencatat konsumsi mie instan di Indonesia mencapai 12,45 miliar porsi selama tahun 2018.  Jumlah tersebut sekitar dua kali lipat lebih banyak dari total konsumsi mie instan di Jepang dan juga di India.

Dibalik kelezatan mie instant ternyata ada bahaya yang terkandung. Makanan favorit ini banyak disukai orang di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Jika diperingkat, maka Indonesia nomor dua mengenai negara pengonsumsi mie instan tertinggi setelah China.

Mie instan banyak dikonsiumsi karena sifatnya yang praktis, enak dan cepat disajikan. Harganya pun yang terjangkau membuat mie instan menjadi primadona di akhir bulan. Namun  mengonsumsi mie instan secara terus menerus dapat membahayakan kesehatan secara serius.

Salah satu kandungan yang berhaya adalah kandungan Monosodiun Glutamat (MSG) yang dapat membahayakan kesehatan otak. Selain  MSG ada pula beberap senyawa lainnya.

Dikutip dari healthline.com, orang yang mengonsumsi mie instan terlalu sering akan mengakibatkan gejala sakit kepala, mati rasa di beberapa bagian tubuh juga kesemutan berkepanjangan.

Berikut ini beberapa kandungan mie instan yang berbahaya:

1. Monosodium Glutamate (MSG)

Monosodium Glutamate membuat rasa mie instan menjadi lebih asin, gurih, manis, dan asam. Namun di sisi lain MSG memiliki risiko kesehatan yang cukup berbahaya.

Konsumsi MSG berlebih dapat menyebabkan rasa sakit dada, jantung berdebar, pusing, dan memperparah gejala penyakit berat lainnya.

2. Tinggi Natrium/Sodium

Sama seperti MSG, natrium atau sodium juga jadi salah satu zat yang berbahaya dalam kandungan mie instan. Zat kimia ini berasal dari bumbu kaldu yang terdapat dalam setiap kemasan mie instan.

Setiap kemasan mie instan mengandung sekitar 860 mg natrium, sementara batas maksimal asupan natrium per hari adalah 2.000-2.400 mg saja.

Itu baru dari sebungkus mie instan, bagaimana kalau lebih dari sebungkus dalam sehari?

3. Kandungan Zat Pengawet

Proses pembuatan mie instan di pabrik tak terlepas dari penggunaan zat-zat kimia yang salah satunya digunakan sebagai bahan pengawet.

Zat pengawet yang paling dominan yaitu lilin dan nipagin. Lilin digunakan untuk melapisi mie instan yang telah dikeringkan agar ketika dibungkus dan dimasak tak saling menempel satu sama lain.

Sedangkan zat nipagin (serta benzoat) biasanya digunakan untuk membuat bumbu kecap. Sayangnya, tak diketahui pasti apakah kandungan nipagin dalam mie instan ini masih berada dalam batas standar atau tidak. Agar bisa terhindar dari kandungan MSG yang membahayakan beberapa cara ini bisa dilakukan dalam memasak mie instant :

Pertama, buanglah air rebusan awal mie instan. Kenapa? hal ini dikarenakan saat merebus mie maka kandungan zat pengawet akan ikut larut ke dalam air. Dengan membuangnya dan mengganti dengan air panas yang baru (untuk mie kuah) maka zat pengawet tidak akan ikut termakan.

Kedua, jangan pakai bumbu yang sudah ada di dalam kemasan mie. Setiap mie instan memiliki bumbu yang berbeda-beda. Bumbu bersachet kecil di mie instan inilah yang mengandung MSG.

Sebaiknya bikin sendiri bumbu dengan bahan alami dapur. Caranya mudah, beri sedikit garam, bawang putih, bawang merah, lada, dan ketumbar yang sudah dihaluskan. Itu akan jauh lebih menyehatkan daripada makan hanya dengan bumbu bawaannya.

Ketiga, campur dengan sayuran. Sebenarnya dalam bungkus mie instan selalu terpampang jelas ada beragam sayuran, daging dan telur sebagai pelengkap sajian mie instan entah itu goreng atau kuah. Namun, terkadang konsumen acuh akan hal itu.Padahal sangat dianjurkan jika kita hendak memasak mie selalu campurkan sayuran, daging dan telur.

Menambahkan sayur, daging, atau telur akan melengkapi nutrisi yang tidak ada di dalam mie instan. Sehingga mie instan yang kita makan dapat memberikan manfaat lebih ke tubuh selain rasa kenyang (BB-DIP)