Ini menunjukkan bahwa keheningan malam harus dimaknai sebagai suasana untuk mendekatkan diri pada-Nya.  Sunyinya malam, syahdu dan sepinya suasana dapat menyebabkan tumbuhnya rasa kedekatan, dalam hal ini kedekatan seorang makhluk pada Khaliqnya.

Bukankah pembicaraan yang tenang dan hening bisa mendekatkan seseorang pada lainnya. Malam, sebagai media yang penuh dengena keheningan menjadi sarana taqarrub ilallah.

Dari tiga makna di atas, jika dikaji lebih jauh, menurut Prof. Nasaruddin Umar bahwa peristiwa ini lebih menonjol aspek spritualitas imani ketimbang rasionalitas aqli. Dan disinilah diuji keberimanan seseorang untuk sesuatu yang kadang tidak masuk akal, untuk sesuatu yang diluar nalar manusia.

Abu Bakar ash-shiddiq menjadi pelopor keberimanan pada yang ghaib dan irrasional. Intinya adalah kalau Allah SWT yang menjalankan maka tidak ada kata tidak mungkin. Kun Fayakun.

Sholat menjadi media penghubung antara makhluk yang dhoif kepada Khaliq yang qowiy. Semakin bagus dan khusyuk sholatnya maka makin tinggi kemirajtannya pada Allah SWT. Semakin dekat seseorang pada Allah SWT maka semakin menipis jarak dan jedanya pada Allah SWT.

Ketika sudah posisi demikian, Allah SWT memaklumkan dengan firman-Nya yang menyatakan bahwa mereka yang bertakwa kepada Allah, maka akan diberikannya jalan keluar dari persoalan yang ada, dan kepadanya diberikan rezeki, karunia dari arah yang tidak disangka-sangka.

Isra miraj harus dimaknai sebagai media mendekati Allah SWT dengan fasilitas yang telah disediakan yakni sholat, semakin baik dan khusyu’ sholat seseorang (mi’raj) maka semakin baik ucapan dan sikapnya saat ia kembali ke bumi.

Imam Ghazali pernah menyebutkan dalam kitabnya Iyha Ulumuddin, bukanlah disebut sebagai orang yang berilmu orang yang hafal dan tahu teks-teks ayat tetapi orang yang berilmu adalah orang yang mampu mentransfer nilai-nilai ibadah yang dilakukannya dan mampu mengungkap rahasia serta hikmah yang terkandung  di dalamnya.

Keberhasilan sholat sebagai pesan terpenting dalam Isra Miraj adalah ketika kita mampu mengakutualisasikan nilai-nilai sholat dari semata ibadah ritual menjadi ibadah sosial. Ia menjadi manusia yang saleh ritual tapi juga saleh sosial. Semoga*

Sumber : kalbar.kemenag.go.id