Catatan : Mary Toekan Vermeer (Pengagum Sejarah, Menetap di Belanda)

BARU seminggu lalu kita memasuki gerbang  tahun 2021, walau bumi masih berjuang melawan virus yang membombardir pertahanan hidup manusia, kita masih tetap dapat melihat warna warni kembang api menyala – nyala memecah langit  malam.

Bumi yang sedang sakitpun harus memahami keinginan makhluk yang menghuninya di seluruh penjuru negeri. Kultur peradaban Barat sungguh telah merasuki jiwa jiwa manusia, menerobos dinding – dinding iman setiap keyakinan. Tak perduli Islam, Kristen,Yahudi,Hindu, Budha maupun yang lain. Ia menghantam tak tebang pilih.

Peradaban Barat ini datang dgn kekuatan penuh bagai gelombang tsunami. Menyilaukan mata,  mendorong nafsu dunia merajai hati,  seakan mati urusan nanti. Kelulusan untuk mendapat surga Allah SWT yg dijanjikan teramat sangat mudah menurut rumus hidup mereka dibanding gelar akademik dari Universitas ternama di dunia.

Mari kita tolehkan kepala kita sejenak kebelakang, susuri lorong waktu berabad lalu. Bawa seluruh jiwa kita ke abad – abad ini, wujudkan diri bersama mereka yang hidup di zaman itu, supaya kita tahu apa penyebab peradaban canggih ini yang mengamuk bagai  singa luka, meletakkan Tuhan dan Setan pada level yang sama, sepanjang tak menyentuh kehidupan bertetangga dan bernegara.

Maka jangan hanya sekedar menyibakkan tirai waktu, sebab bisa  berakibat fatal. Pahami peradaban Barat yg sedang menginvasi ini, terutama yang bermuara kepada peradaban dan pemikiran umat muslim. Jika salah menafsirkan, tentu akan berpengaruh kepada cara berpikir, hingga bisa  merobohkan bangunan iman di atasnya.

Kisah ini adalah sejarah peradaban Eropa. Tentang perbuatan orang orangnya, bukan  tentang agamanya. 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗯 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗮𝘁𝘂𝗽𝘂𝗻 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗶 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝘆𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗷𝗮𝗵𝗮𝘁𝗮𝗻.

Belajarlah memilah – milah suatu persoalan agar terlihat jernih. Selami sejarah ini, bukan untuk  menudingkan jari kita ke arah mereka, namun untuk saling menggenggam dan segera berlari memeluk kembali iman kita, mengenalinya lagi dengan  baik dan benar.

Sebab cinta sesungguhnya, telah Allah ajarkan melalui duta negeri langit yang Allah pilihkan untuk manusia di setiap zaman, sebagai khalifah di bumi Allah. Jika ada begitu banyak kejahatan dan kemunafikan, jangan pernah salahkan agama yg membersamai mereka.

Dalam perjalanan sejarah peradaban Barat  ( 𝘞𝘦𝘴𝘵𝘦𝘳𝘯 𝘊𝘪𝘷𝘪𝘭𝘪𝘻𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 ), ternyata tersimpan trauma yg dalam. Masa – masa pahit itu mereka sebut ” zaman kegelapan ” ( 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘢𝘳𝘬 𝘢𝘨𝘦𝘴 ) atau ” zaman pertengahan ” (𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘦𝘥𝘪𝘦𝘷𝘢𝘭 𝘢𝘨𝘦𝘴).

Disinilah awal kisah tragis itu. Ketika Jenderal Romawi Jermanik Odoacer taklukkan Kaisar Romulus Augustulus, runtuhlah Imperium Romawi pada tahun 476 M, kemudian muncul Gereja Kristen sebagai institusi dominan dlm masyarakat Kristen Eropa.

Masyarakat Eropa hidup di bawah kekuasaan gereja dalam bentuk pemerintahan ” 𝘵𝘦𝘰𝘬𝘳𝘢𝘴𝘪 ” yang berasal dari bahasa Yunani 𝘛𝘩𝘦𝘰𝘴 dan   𝘒𝘳𝘢𝘵𝘰𝘴. 𝘛𝘩𝘦𝘰𝘴 bermakna Tuhan dan 𝘒𝘳𝘢𝘵𝘰𝘴 memiliki arti memerintah.

Kenapa pemerintahan Tuhan?  Sebab menurut mereka Tuhan mempunyai wakil di bumi ini yang diberi gelar ” Paus “.  Paus mewakili Tuhan, maka seorang Paus tidak bisa salah ( 𝘵𝘩𝘦 𝘗𝘰𝘱𝘦 𝘤𝘢𝘯 𝘥𝘰 𝘯𝘰 𝘸𝘳𝘰𝘯𝘨 ).

Konsep Gereja sebagai monarkhi berasal dari tradisi Imperium Romawi karenanya Paus berhak mengangkat  dan memberhentikan para Uskup, mengadakan Sidang Umum dan mengeluarkan peraturan moral dan keagamaan.

Untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakatnya, seluruh raja raja di tanah Eropa harus mendapatkan persetujuan Paus. Jika seorang raja dikucilkan Paus, si raja akan terlempar dari tubuh Kekristenan dan tak dapat memimpin wilayah Kristen (𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯𝘥𝘰𝘮).

Paruh abad ke- 11, Raja Henry IV di Jerman menolak klaim Paus Gregorius VII sebagai pemegang penuh kekuasaan. Dalam pertarungan ini, Henry IV takluk dan dipaksa menemui Paus Gregorius di Canossa tahun 1077.

Henry dijatuhi hukuman yang ringan namun ia  kehilangan kekuasaannya.  Kisah ini menunjukkan betapa efektifnya kekuasaan Paus atas pemerintah. Meskipun tak bertentara, institusi kepausan mampu buntungkan kekuasaan Raja yang sangat besar pengaruhnya di Eropa.

Di era hegemoni kekuasaan Gereja inilah lahir sebuah institusi Gereja dengan nama INQUISISI, sebuah Pengadilan Gereja untuk memusnahkan bidaah (dalam Islam kita sebut bid’ah ). Dibuatlah Mahkamah Inquisisi untuk menangkap kelompok – kelompok yang dianggap sesat. Mereka bertindak atas perintah wakil Kristus ( 𝘝𝘪𝘤𝘢𝘳 𝘰𝘧 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵 ).

Dengan kekuasaan ini, para pemuka agama dalam Mahkamah Inquisisi melakukan banyak  penyelewengan. Mereka menghukum kaum

” 𝘩𝘦𝘳𝘦𝘵𝘪𝘤𝘴 ” ( kaum yg dicap menyimpang dari doktrin resmi gereja ) dengan membakar mereka hidup -hidup.

Alat alat penyiksaan Mahkamah Inquisisi masih dapat kita temui di berbagai Torture Museum di sejumlah negara – negara di Eropa.  Belanda ikut menyimpan alat -alat penyiksaan ini sebagai dokumentasi sejarah kelam mereka.

Robert Held dalam bukunya 𝘐𝘯𝘲𝘶𝘪𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯, memuat foto – foto dan lukisan – lukisan yang sangat mengerikan tentang kejahatan Inquisisi yang dilakukan tokoh tokoh agama saat itu.

Setidaknya ada 50 jenis dan model alat- alat penyiksa yg sangat brutal seperti alat pencungkil mata, alat penyayat daging, alat khusus penghancur ibu jari, alat cakar kucing yang menggunakan metode 𝘧𝘭𝘺𝘪𝘯𝘨 untuk proses penyiksaan menguliti manusia. Mereka sangat kreatif dalam inovasi alat alat penyiksa.

Ada alat peremuk tulang – tulang, alat pemotong lidah, alat penghancur kepala bahkan ada hukuman manusia ditarik dengan  empat ekor kuda secara berlawanan hingga anggota tubuh hancur berceceran.

Ketika baru diinterogasi saja, ” orang sesat ” ini sudah disiksa di kursi menyeramkan bernama ” 𝘐𝘯𝘲𝘶𝘪𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘊𝘩𝘢𝘪𝘳 “, sebuah kursi penyiksaan yang dipenuhi dgn besi – besi tajam yang mencuat. Bagi kaum pencinta sejenis, tubuh mereka akan dibelah dua, digergaji hidup hidup.

Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaan dan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1450 – 1800 M, diperkirakan sekitar 2 sampai 4 juta wanita telah dibakar hidup – hidup di daratan Eropa. Kabarnya ada satu kota di Jerman sampai punah jenis kelamin wanitanya, saking banyaknya yang meregang nyawa di altar – altar Mahkamah Inquisisi.

𝘚𝘱𝘢𝘯𝘪𝘴𝘩 𝘴𝘱𝘪𝘥𝘦𝘳 adalah alat berbentuk kaki laba laba, terbuat dari logam, untuk memutilasi dan merobek – robek payudara wanita. Zaman itu kaum wanita memang dianggap lemah iman. Kebanyakan mereka dituduh sebagai  penyihir – penyihir jahat.

𝘗𝘦𝘢𝘳 𝘰𝘧 𝘢𝘯𝘨𝘶𝘪𝘴𝘩, sebuah alat penyiksa wanita berupa rangka payung yang dimasukkan ke alat kelamin wanita lalu perlahan besi akan mekar seperti bunga kemudian diputar menghancurkan kemaluan wanita.

Inilah mengapa genderang pembebasan di Eropa itu dicetuskan dari kaum perempuan yg sungguh banyak mengalami penyiksaan, belum termasuk penyiksaan dalam rumah suami – suami mereka.

Mereka tumbuh menjadi wanita –  wanita pemberontak. Dalam kasus gerakan feminisme sekarang, akhirnya para wanita diberi kebebasan tanpa batas sebagai penebus dosa masa lalu mereka.

Dalam urusan keilmuanpun tak jauh berbeda.  Kasus Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei dgn teori Heliosentrisnya membawa mereka dalam pengamatan mahkamah Inquisi karena menurut mahkamah Inquisisi, ilmu mereka berlawanan dgn isi kitab suci.

Copernicus terselamatkan dari jeruji besi bawah tanah. Maut menjemputnya lebih dulu. Sementara Galileo Galilei menghabiskan hidupnya di penjara bawah tanah hingga tak bernyawa.

Namun malang bagi Giordano Bruno penerus teori Heliosentris ini, akhirnya dibakar hidup –  hidup, sebab ilmunya dianggap mencederai iman suci Kristen. Dia mati dalam kekakuan di atas bara api, menjadi martir ilmu pengetahuan.

Sampai pada tahun 1500-an, semua manusia terdidik di Eropa masih meyakini bahwa matahari dan planet planet mengelilingi bumi, sesuai teks astronomi pemahaman kitab suci.

Baru pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi, bahwa penghukuman itu adalah salah dan pada 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi nama mereka sebagai ilmuwan.

Kekuasaan gereja yang absolut terbukti telah  menyelewengkan dan memanipulasi kekuasaan  untuk  kepentingan pemuka agamanya. Api pemberontakanpun mulai tersulut, membakar hampir seluruh daratan Eropa.

Perancis memulai pergerakan dengan  revolusinya yang dahsyat tahun 1789 dgn mengusung jargon ” 𝘓𝘪𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦, 𝘌𝘨𝘢𝘭𝘪𝘵𝘦, 𝘍𝘳𝘢𝘵𝘦𝘳𝘯𝘪𝘵𝘦 ” ( kebebasan , persamaan , persaudaraan ). Pada masa itu, para agamawan ( 𝘤𝘭𝘦𝘳𝘨𝘺 ) di Perancis menempati kelas istimewa bersama para bangsawan. Mereka mendapat berbagai hak istimewa termasuk pembebasan pajak.

Kekuatan massa dari akar rumput ini akhirnya memenggal kekuasaan gereja atas negara. Dari rahim pemberontakan ini, lahirlah pemerintahan baru dengan bentuk Demokrasi Liberal. 𝘋𝘦𝘮𝘰𝘴 yang artinya rakyat dan 𝘒𝘳𝘢𝘵𝘰𝘴 yang berarti memerintah, sedangkan liberal adalah sebuah kebebasan.

Moment ini diberi nama RENAISSANCE bermula dari bahasa Perancis yang bermakna  ” 𝘙𝘦𝘣𝘪𝘳𝘵𝘩 ” atau ” lahir kembali “.

Tidak heran jika pada era ini muncul sikap anti pemuka agama dgn istilah ” 𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘤𝘭𝘦𝘳𝘪𝘤𝘢𝘭𝘪𝘴𝘮 “.  Pada abad ke- 18, sebuah ungkapan populer ketika itu : ” Berhati –  hatilah, jika anda berada di depan seorang wanita, berhati – hatilah jika anda  berada di belakang seekor keledai dan berhati – hatilah jika berada di depan atau di belakang seorang  pendeta”.

Sejarah mengenaskan  ini menjadi trauma sangat dalam, menjadi mimpi – mimpi buruk masyarakat Eropa. Inilah akarnya penyebab  mereka lahir kembali bersarungkan  sekularisme, liberalisme, pluralisme. Sebuah peradaban baru yang sedang berlari dari titik ekstrim yang satu ke titik ekstrim yang lain.

Dulu mereka begitu terkekang tak dapat berbuat apa apa, kini mereka bebas sebebas –  bebasnya. Tuhan tak lagi diberi otoritas. Simpan saja tuhanmu dalam bilik -bilik rumahmu. Jangan paksakan lagi kami untuk meyakini tentang ada atau tiada Tuhan. Cukup sudah pembantaian atas nama agama.

Karena derita penyiksaan begitu hebatnya, mereka tak dapat lagi melihat dengan jernih. Agama beserta pemuka agamanya disingkirkan dari kehidupan mereka. Mereka mengamuk melepaskan rantai – rantai pencabut nyawa – nyawa manusia. Kini mereka tersedot dalam lingkaran kebebasan. Tak ada yg bisa menyetopnya. Tak ada lagi nilai salah benar dalam kamus mereka.

Berdirinya gereja gereja setan, adalah jawaban atas balas dendam Tuhan yang jahat. Salah satu gereja ” 𝘚𝘢𝘵𝘢𝘯𝘴𝘬𝘦𝘳𝘬 ” berada di jantung ibu kota negeri mungil ini.

Tak sampai disitu, kebebasan dalam menafsirkan kitab suci menjadi biasa. Gereja –  gereja telanjang mulai tumbuh sebab ” katanya” saat Adam dan Eva dipertemukan juga dalam keadaan tak berbusana.

Menurut Prof. Naquib Alatas, disinilah perbedaan antara peradaban Barat dan peradaban Islam. Tersebab sakit yang begitu hebatnya, peradaban Barat ini berubah tanpa parameter, bebas bergulir lepas entah dimana titik hentinya, sementara peradaban Islam punya stabilisator, meskipun dinamis, namun ada nilai nilai abadi yang tak mungkin berubah.

Contoh sangat sederhana seperti babi di zaman Rasulullah akan tetap sama dengan babi zaman now, hukumnya haram. Begitupun dengan zina maupun khamr. Tak ada yang spesial pake telor utk dihalalkan.Umat Islam tahu betul hal – hal yang melanggar agamanya.

Meskipun seribu penafsiran kembali dari kalangan ulama liberal Islam sekelas profesor sekalipun, tak akan bisa mengubah nilai – nilai abadi ini. Dinding kokoh itu telah dibangun dengan ilmu ulumuddin oleh para ulama – ulama pendahulu. Luasnya ilmu mereka, telah membentuk benteng pertahanan dari serangan – serangan di luar Islam.

Akibat meledaknya bom peradaban Barat di daratan Eropa, membuat masyarakatnya tak banyak lagi mau beragama. Agama seakan menjadi momok. Sebabnya Islam dilabeli agama prehistory sebab masih mempertahankan syariat Islam.

Teman – temanku di kelas bahasa Belanda, jika menyebut Yesus, sambil jari – jari tangan mereka membentuk tanda kutip (“). Kalaupun masih ada sisa – sisanya, banyak hanya sebatas percaya adanya Tuhan, namun Tuhannya disuruh duduk  beristirahat.

Pew Research Center adalah lembaga peneliti non partisan yang berpusat di Washington DC.  Menurut penelitian mereka thn 2018, rata rata penduduk Eropa Barat tinggal 20 persen yang masih meyakini agamanya.

Nah, teman – temanku  dan beberapa keluarga disini,  termasuk dalam 20 persen itu. Buatku, mereka  orang orang tangguh yang mempertahankan iman Kristen mereka di tengah arus kebebasan. Aku menyayangi mereka sebab bernasib sama di daratan ini.

Begitulah gelombang peradaban Barat modern menghantam semua agama sebab ulah manusianya. Perayaan Natal dan Tahun Baru hanya sekedar pesta rutin akhir tahun. Jadi tak usah heran ketika Mohamed Salah dan keluarga kecilnya turut berpotret di depan pohon natal.

Perayaan Natal memang dibuat menjadi kultur Barat, tidak lagi menjadi perayaan agama bagi 80 persen penduduknya. Kristen di Barat menjadi Kristen yg tersekulerkan. Berbeda dengan Kristen di Indonesia yang masih memegang teguh iman Kristennya. Dan itu bisa terlihat di masyarakat Maluku di sini. Mereka sungguh orang- orang hebat yang kuat menggenggam imannya.

Jadi buat teman teman muslimku jangan salah kaprah. Tak perlu latah trauma seperti masyarakat Eropa, mengolok – olok syariat agamanya sendiri. Sungguh orang- orang seperti ini, tanpa mereka sadari, mereka telah bercermin pada cermin yang salah.

Perhatikan tahun tahun di atas, justeru di tahun tahun itu, Islam sedang di puncak keemasan. Andalusia dgn Cordoba dan Granadanya berikut Kekhalifahan Turki Utsmani, menjadi pusat – pusat ilmu pengetahuan, sedang di saat yang sama, Eropa tertinggal 600 tahun di belakangnya.

Saudara Kristen kita telah menebus kesalahan Mahkamah Inquisisi mereka dgn menenggelamkan catatan zaman tragis itu. Mereka lahir kembali dengan wajah penuh kasih. Tugas kita hanya saling memahami , saling menyayangi sesama makhluk Allah SWT.

Buat teman teman muslimku, carilah ilmu dari sumber yang benar. Jika mau menyelami Islam, datang dan hadiri majelis – majelis ilmu, jangan berguru pada kaum Orientalis ( para ahli ilmu Islam tapi bukan beragama Islam) .

Dus, seahli – ahlinya mereka dalam ilmu Islam, tetaplah mereka melihat Islam dari cara pandang Barat yg berlumuran darah. Bisa jadi mereka mampu mengajari cara bersujud, namun mereka tak mampu mengajari cara Islam menguntai lafadz kepada Sang Khalik.

Semoga Allah lembutkan hati setiap muslim, memasukkan hidayah-Nya  ke dalam setiap hati yg mencari cahaya Islam dengan  ikhlas. Pantaskan diri kita untuk dicintai Allah sebelum dicintai dan mencintai makhluk- Nya.

Percayalah, dear.. Jika bumi ini tak mampu lagi memberimu solusi, tataplah langit Allah yang Maha luas yg tak akan pernah lelah berbagi. ( Ust. Budi Ashari ) Sepertinya memang kita perlu menyelam lebih dalam lagi, memungut serpihan – serpihan ” 𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮𝘪𝘤 𝘎𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘈𝘨𝘦 ” yang ikut ditenggelamkan bersama tragedi sejarah Barat.

Sayangnya, meskipun dunia informasi semakin canggih, dan menjamurnya majelis – majelis ilmu, masih banyak umat muslim yg belum juga  mengenal sejarah agamanya dengan baik dan benar, sehingga terbelenggu faham kebebasan yang tak punya sebab dalam sejarah Islam.

In sha Allah, semoga potongan ilmu ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja yg Allah gerakkan hatinya untuk  membaca.

Wallahu a’lam bishowab..

Sumber : Kuliah Online Peradaban Barat –  Attaqwa College – Depok  (bedah buku Wajah Peradaban Barat oleh Dr. Adian Husaini ) 24 Jumadil Awal 1442 H.