BERITABETA.COM – Hidup berpetualang adalah ciri khas yang bisa didapatkan dari sosok yang satu ini. Bagi yang dekat dengannya pasti mengetahui lika-likunya. Baik kiprah dan keberadaannya, hampir tidak menentu.

The Never Ending Story. Begitulah cinta yang dirasakan semua orang. Termasuk pula yang menimpa sang petualang ini. Ia akhirnya mengakui telah menemukan cintanya di negeri bahari yang bernama Sawai. Dialah Taha Bachmid, sang petualang yang menuagkan rasa cintanya  lewat sebuah karya unik yang diberinama ‘Keramba Cinta’.

Padahal beberapa jabatan di perusahaan pernah dipegang. Tercatat sembilan kali dia menduduki jabatan sebagai manager di beerapa perusahaan,  tapi pada akhirnya dilepas juga. Itulah sosok bernama Taha Bachmid.

Pria kelahiran 26 Juli di Saparua ini, belakangan menjadi perbincangan di dunia maya, lantaran sebuah karyanya yang menjadi perhatian banyak orang. Ia muncul secara sepintas lewat media sosial Facebook, wajahnya kerap nampak  dengan latar belakang sebuah pemandangan yang indah.

Taha yang pernah mengenyam study selama lima semester di Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan, Universitas Pattimura ini, tak disangka kini berhasil menggoda para pelancong dan warga pada umumnya dengan karyanya yang diberi nama ‘keramba cinta’.

Dari tangannya, tercipta sebuah tempat  unik dan indah serupa  heart island  yang sekaligus dijadikan tempat tinggalnya di tengah laut Pulau Seram. Tepatnya di Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Di Negeri Sawai yang letaknya strategis di bawah taman Nasional Manusela dan diapit tebing batu dan birunya laut Seram itu, pria petualang ini membangun impiannya.

Keberadaan Taha sempat menjadi perhatian redaksi beritabeta.com, Selasa malam (25/8/2020).

Lewat sebuah unggahan netizen yang menampilkan hasil karyanya di tengah laut itu, Taha alias Amran, kemudian hadir memberitahukan keberadaannya.

“Saya di tengah laut. Disini tempat tinggal saya. Silahkan datang ke keramba cinta. Jang bilang sudara kalau belum datang kesini,” tulis Taha menggoda wartawan beritabeta.com dalam komentar pada postingan itu.

Dari perbicangan singkat itu, alumni di Hakodate Politeknik Center Jepang ini kemudian mengisahkan tentang perjalananya hingga kembali ke Pulau Seram dan membangun sebuah tempat tinggal yang diberi nama ‘keramba cinta’ itu.

Keramba Cinta hasil karya Taha Bachmid

Melalui saluran telponnya,  Taha mengaku sudah hampir setahun berada di tengah laut. Ia membangun tempat tinggalnya itu dengan melibatkan partisipasi warga setempat.

“Sudah setahun, tepatnya Idul Fitri 2019 silam. Saya kembali ke sini dan membangun tempat ini yang akhirnya oleh warga sendiri diberi nama keramba cinta,” ungkapnya.

Ide keramba cinta, diakuinya sebagai sebuah karya imajinasi yang sudah sejak lama tertanam dibenaknya. Taha mengaku, sejak kecil dirinya ingin berbuat sesuatu yang merupakan  hasil imajinasi yang dilatari cinta.

Ia kemudian mencontohkan setiap orang di waktu kecil pastinya punya impian membuat sesuatu. Seperti halnya  yang dilakukan Gustave Eiffel orang yang merancang  Menara Eiffel, bangunan tertinggi di Paris.

“Saya tidak takut mati suatu saat nanti, saya hanya takut ketika mati apa yang akan ditulis dalam sejarah. Makanya saya membangun ini dengan imajinasi dan cinta,” ucap Taha puitis lewat saluran telpon selulernya.

Dibekali impian ini, suatu saat  ketika berbaur dengan warga Negeri Sawai, Taha yang suka memanfatkan waktu luangnya dengan mencari ikan, menemukan sebuah lokasi yang tak jauh dari wilayah dua pulau yang berhadapan dengan negeri itu.

Di saat melewati lokasi tersebut, Taha mengaku terkagum –kagum dengan tempat tersebut.

“Saya melihat tempatnya cukup strategis, di lokasi ini ada sedikit palung, kemudian pemandagannya cukup asri. Latar belakngnya terlihat ada gunung batu. Dari situ saya mulai berpikir untuk berbuat sesuatu,” katanya.

Setelah pulang dari kegiatan mencari ikan itu, mantan Menager Nipon Suisan Indonesia (Nissui) Seram ini, kemudian memulai rencana membangun sebuah tempat tinggal yang dilengkapi keramba ikan di lokasi tersebut.  Dengan melibatkan warga setempat, Taha mempekerjaan warga untuk mencari kayu dan membuat kerangka keramba berbentuk love.

Tak tanggung-tanggung ukuran keramba itu pun dibangun dengan luas 50-50 meter. Kayu-kayu yang dibeli dari warga kemudian dijadikan pagar sesuai bentuk love  yang diinginkan.

“Jadi ada misi dalam pembuatan lokasi ini. Selain membantu ekonomi warga, saya juga memberikan edukasi kepada masyarakat nelayan tentang konservasi alam dengan melindungi semua yang ada disini,” bebernya.

Pagar keramba itu dibangun mengelilingi palung yang dilihatnya sejak awal. Setelah kerangka keramba selesai dibangun, pagarnya kemudian dilapisi waring (jala ikan).

Selanjutnya Taha membeli lagi anakan ikan hasil tangkapan nelayan yang masih hidup dan dilepaskan ke dalam keramba. Jumlahnya pun ada puluhan ribu ekor.

“Di dalam keramba ini sudah ada sekitar 15 ribu ikan bubara (kuwe). Jenis ini mendominasi isi keramba, sisanya diisi dengan ikan jenis lainnya berupa ikan dasar,” jelasnya.

Setelah keramba cinta terisi dengan ikan, pekerjaan selanjutnya, pagar keramba cinta yang dibangun dikuatkan lagi dengan susunan batu mengikuti bentuk keramba.

Bantu-batu itu pun dibawa oleh nelayan dan warga setempat. Satu demi satu susunan batu dibuat berupa tembok mengelilingi keramba, sehingga melindungi pagar kayu yang dibuat sebelumnya.

Indahnya panorama alam di lokasi keramba cinta

“Alhamdulillah, hasilnya seperti yang Anda lihat saat ini. Keramba cinta menjadi rumah saya saat ini. Saya membangun gubuk di sisi kanan keramba sebagai tempat tinggal,” terangnya.

Saat ditanya apakah, setiap orang yang berkunjung akan dipungut biaya? Atlit Karate dan pemilik sabuk hitam ini menjawabnya dengan tegas bahwa yang dibuat adalah rumah atau tempat tinggalnya. Kalaupun ada yang tertarik dan berkunjungi kesini karena dianggap sebagai tempat wisata, itu hanyalah efek yang ditimbulkan.

“Ini rumah saya. Setiap yang datang kesini adalah tamu. Masak tamu harus dipungut biaya?”jawabnya sambil melepas tawa.

Taha mengaku, selama ini setiap orang yang datang selalu disuguhi dengan makanan ikan bakar. Sambil menikmati keindahan alam di keramba cinta ini, secara gratis.

“Ikannya tinggal ambil dengan cara memancing di keramba, tapi syaratnya harus lebih dulu menaruh wajan di atas api. Sebelum wajan panas ikannya sudah ada. Inilah yang dibilang ikan dan udang menghampiri dirimu,” pungkasnya mengutip lirik lagu Koes Plus.

Dari hasil kerjanya selama setahun ini, Taha mengaku ‘keramba cinta’ yang menjadi rumahnya itu, sudah dikunjungi ratusan orang mulai dari para turis manca negara hingga para pejabat di daerah.

“Kapolda Maluku dan istrinya juga pernah kesini. Saya harap anda juga bisa kesini untuk menikmati semua yang tercipta karena cinta ini,” tutup Taha mengakhiri perjumpaan lewat salurannya telponnya (*)

Pewarta : Dhino Pattisahusiwa