Tanggal 25 November 1955 Menteri Dalam Negeri Mr. Sunaryo dan Gubernur Maluku S.M. Djosan mengunjungi lokasi cikal bakal ibukota Maluku Tengah.  Dan awal pembangunan ibukota Kabupaten Maluku Tengah dimulai dengan  peletakan batu pertama pada tanggal 3 November 1957 oleh Presiden RI Ir. Soekarno, sekaligus memberi nama ibukota Kabupaten Maluku Tengah “Masohi”, yang artinya “Gotong Royong”.

Di rimba Pulau Seram nan sepi inilah, dataran ‘Nama’ berganti nama  menjadi Masohi.  Tanggal 7 Maret 1957 sebuah perjanjian kemduian kembali digelar antara Pemerintah Daerah dengan Saniri Negeri Amahai dan Haruru yang dilanjutkan dengan perjanjian tanggal 21 Agustus 1957 yang bersisi penyerahan secara cuma – cuma dataran ‘Nama’ sebagai lokasi Ibukota Kabupaten Maluku Tengah.

Dataran ‘Nama’ kemudian dipermak, setelah  CV.Kalimadu dari Jakarta bersama  DPD menyepakati kontrak pembauatan rencana kota dan lahirlah Master Plan I lengkap dengan tata guna tanah, rencana jalan, listrik, air minum dan sejumlah fasilitas lainnya. 

Surat Keputusan DPD Maluku tanggal 25 Juli 1959 Nomor 38/DPD/D kemudian menetapkan terhitung tanggal 17 Agustus 1959 pemindahkan tempat kedudukan Pemerintah Daerah Maluku Tengah dari Ambon ke Masohi ditandai dengan penanaman pohon beringin di lapangan Nusantara.

Penanaman ini dilakukan oleh Panglima Militer Maluku dan Irian Barat Letkol. H. Pietersz. Dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 23 Desember 1959 No 52/12/5-207 ditetapkan Masohi sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tengah.

Motto “Jangan Jemu Mendaki Kalau mau Ke Puncak Cita” menjadi pemantik semangat pembangunan ibukota baru ini. Masohi tumbuh  begitu pesat. Dan saat kunjungan Presiden RI Ir. Soekarno yang ke-dua kalinya  di Masohi tanggal 19 Juni 1959 Bupati pertama Abdullah Soulisa memeberikan laporannya bahwa pembangunan ibu kota diletakkan dalam tempo yang sangat tinggi.

Walaupun tidak didukung material yang memadai disamping momok birokrasi dan kekurangan dana yang merupakan hambatan utama dalam pembangunan ibukota, namun karena sifat hakiki dari semangat pembangunan adalah “semangat pionir” maka semangat pembangunan kota Masohi tetap berjalan.(catatan :sejarah kota masohi)

Kini Masohi telah menjadi kota nun asri, sejuk dan tertata apik. Gambaran ini akan hadir disetiap  benak orang yang berkunjung  ke sana.  Masohi memang meninggalkan kesan yang cukup baik. Berada  di poros Nusa Ina, Masohi tumbuh dengan sejuta pesona.

Banyak sudut yang sudah berubah. Kesan kumuh yang tersisa pacakonflik komunal pecah perlahan ditata kembali. Metropolis sudah terlihat, berkat tangan sang pemimpin Tuasikal Abua.

Meski demikian, keindahan Masohi tidak bisa menyilaukan mata, karena Masohi masih harus berbenah, karena Kota Masohi diusia yang ke-62 harus menjadi kota industri yang menjanjikan seperti harapan para pendahulu “Nunusaku Sama Ito Waelo Telo,” (dhino pattisahusiwa)

Disadur dari berbagai sumber