BERITABETA.COM, Ambon – Sebuah kabar baik datang dari Negeri Kincir Angin, Belanda.  Tepatnya di Kota Den Haag, Rabu (3/7/2019) telah digelar  sebuah seminar pendidikan bertema “Gerakan Bersama Untuk Maluku Cerdas”.

Seminar yang diselenggarakan di Aula KBRI Den Haag dan dihadiri sekitar 60 orang peserta yang menghimpun sejumlah tokoh dari komunitas Maluku di Belanda, mahasiswa, penggiat pendidikan dan masyarakat umum, seakan mengulang nostalgia sejarah pendidikan di Maluku pada masa-masa kolonial Belanda.

Ambon, Maluku dan Belanda memang punya sejarah masa lalu yang begitu kuat. Di zaman itu, pendidikan di Maluku, khususnya Ambon cukup bergeliat dengan hadirnya BNJ Roskott, seorang guru muda asal Belanda yang dikirim ke Maluku. Maka tak salah jika menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda untuk urusan pendidikan seperti kembali mengulang nostalgia sejarah masa lalu.

Pendidikan di Maluku lahir di era kolonial Portugis, sekitar tahun 1565. Orang-orang Portugis mengintroduksi pendidikan di Maluku dengan menggunakan akasara Latin dalam bahasa Melayu. Namun, geliat pendidikan, baru terasa pada tahun 1615, saat VOC/Belanda melanjutkannya.

Pada tahun 1627 di Ambon terdapat 46 buah sekolah, yang mana bahasa Belanda diajarkan.  Saat itu muncul keputusan Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen bahwa ‘setiap anak yang rajin datang di sekolah akan diberikan satu pon beras sehari, sebagai konpensasi terhadap orang tua mereka untuk mengantarkan ke sekolah akibat hilangnya waktu kerja’ (Bataviaasch handelsblad).

Kadis Pendidikan Kota Ambon Dr. Fahmi Sallatalohy bersama Walikota Assen, Marco Out

Semangat membangkitkan dunia pendidikan Maluku, sepertinya tidak  lekang oleh zaman. Buktinya, tampak terlihat dari kunjungan yang dilakukan delegasi Maluku ke Belanda saat ini.

“Kami baru saja selesai mengikuti seminar pendidikan di KBRI Den Haag, dan juga menemui Walikota Assen di Belanda,” kata Kadis Pendidikan Kota Ambon Fahmi Sallatalohy menjawab beritabeta.com dalam pesan singkatnya melalui WhatsApp, Sabtu sore (6/7/2019).

Menurut Fahmi, seminar tentang pendidikan ini, digelar atas kerjasama KBRI Den Haag dengan Yayasan Pendidikan Heka Leka yang berbasis di Kota Ambon ini. Sedangkan pertemuan dengan Walikota Assen, Marco Out, Kamis (4/7/2019), juga banyak membicarakan terkait masalah pendidikan di Maluku.

“Topiknya masih terkait bidang pendidikan, khususnya bagi anak-anak di Provinsi Maluku. Dan Walikota Assen sangat antusias dengan hal ini,” ungkap Fahmi.

Fahmi menjelaskan, Walikota Assen menerima kunjungan delegasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda yang diwakili Counsellor Fungsi Politik, Yuliana Bahar didampingi Sekretaris Kedua, Ni Putu Widia S.Asak dan rombongan delegasi asal Maluku.

Delegasi asal Maluku yang menemui Walikota Assen terdiri dari, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon Fahmi Salatalohy, Kepala SMA Kristen YPKPN Ambon Elonamayo Laturiuw, Pimpinan Yayasan Heka Leka Stanley Ferdinandus dan Mega Pattiasina serta perwakilan Tim Kerja Heka Leka di Belanda, Antis Maryanan dan Augustinus Tuparia.

Marco Out, kata Kadis,  banyak memberikan apresiasi atas gerakan pendidikan yang dibangun delegasi Maluku. Ia juga mendorong untuk kedepannya akan ada program-program kolaborasi bersama Pemerintah Kota Assen atau stakeholder pendidikan lainnya di Kota Assen, dalam rangka kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan di Maluku.

Bahkan Walikota Assen  sangat mengapresiasi jalinan kerja sama yang sudah dibangun oleh Tim Kerja Heka Leka Belanda bersama Sekolah Het Kompas dan CS Vincent Van Gogh di Assen.

“Intinya  kerja sama yang sudah terjadlin dengan kelanjutan  sumbangan untuk membantu program-program kerja Yayasan Heka Leka di Maluku itu sangat direspons postif,” tuturnya.

Penerimaan Walikota Assen Marco Out, seakan menjadi penyemangat  bagi peningkatan dunia pendidikan di Maluku, khususnya Kota Ambon. Seperti halnya yang pernah dilakukan Pemerintah Belanda di masa kolonial dengan peran Roskott yang dianggap berhasil mengembangkan pendidikan di Maluku.

Kehadiran BNJ Roskott di Ambon memang telah mengubah segalanya dan mulai memusat di Ambon. Namun, NBJ Roskott sebagai bagian dari misi (Nederlandsch Zendeling Genootschap/NZG) pendidikan bagi pribumi mengalami reduksi (hanya terbatas untuk kepentingan misi).  Meski demikian, kehadiran NBJ Roskott di Ambon telah menaikkan level pendidikan ke tingkat (tahapan) yang lebih tinggi.

Menurut Koran Roterdam (Rotterdamsche courant), di zaman BNJ Roskott,  hampir semua guru sekolah di Ambon adalah lulusan sekolah guru Ambon yang dipimpin oleh Roskott. Pemerintah mengangkat Roskott sebagai pengawas sekolah di Ambon yang juga mencakup Haroekoe (Pulau Haruku) dan Saparoea (Pulau Saparua) (BB-DIO)