BERITABETA, Ambon –  Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Maluku pada Oktober 2018, terkendali dan berada dalam sasaran inflasi 4,0 persen year on year (YOY). Inflasi IHK Provinsi Maluku pada Oktober 2018, tercatat sebesar 0,47 persen (month-to-month/MTM), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,39 persen (MTM).

Demikian disampaikan  Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku, Bambang Pramasudi, dalam rilisnya yang diterima beritabeta.com, Sabtu (03/11/2018).

Dikatakan, meningkatnya inflasi IHK terutama didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan Oktober 2018, inflasi IHK Provinsi Maluku tercatat 1,30% persen  (year-to-date/YTY) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,95 persen  (YOY), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,59 persen  (YOY).

“Secara tahunan (YOY), inflasi pada kelompok di atas tercatat mengalami peningkatan dari 4,30 persen (YOY) di September 2018, menjadi 5,72 persen (YOY) di Oktober 2018,”ungkap Pramasudi.

Peningkatan tekanan inflasi tersebut, terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi, khususnya pada komoditas kue kering berminyak dan roti manis. Hal ini sejalan dengan adanya penyelenggaraan event berskala nasional, Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Tahun 2018 di Kota Ambon.

Dampak yang cukup signifikan terhadap permintaan makanan jadi. Selain itu, penyelenggaraan event berskala nasional lainnya di Maluku Tenggara, yakni Festival Pesona Meti Kei Tahun 2018, juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya tekanan inflasi di bulan Oktober 2018.

Pramasudi menerangkan, kelompok transpor, komunikasi, dan Jasa Keuangan juga tercatat mengalami peningkatan inflasi pada Oktober 2018. kelompok transpor, komunikasi  dan jasa keuangan pada Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 1,02 persen  (MTM), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,54 persen (MTM).

“Secara tahunan, kelompok transpor, komunikasi  dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,93 persen (YOY), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,24 persen  (YOY),” jelasnya.

Pramasudi menambahkan, inflasi Provinsi Maluku pada Oktober 2018 tertahan dengan rendahnya tekanan inflasi dari kelompok nahan makanan. Kelompok bahan makanan pada Oktober 2018 tercatat, mengalami deflasi sebesar 0,85 persen (MTM), berasal hampir dari seluruh subkelompok pada bahan makanan. Seperti daging dan hasilnya, ikan segar, telur, susu, dan hasilnya, serta sayur-sayuran.

Hal ini, kata dia,  sejalan dengan koordinasi dan sinergi yang baik, antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku dengan Pemerintah Provinsi Maluku dan seluruh anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku, termasuk Satgas Pangan dalam pemantauan harga pangan dan komoditas utama penyumbang inflasi.

Melimpahnya stok ikan segar, daging dan bumbu-bumbuan, serta masuknya musim panen komoditas sayur-sayuran, juga menjadi faktor pendukung rendahnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan.

“Secara tahunan, kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami deflasi 4,91 persen  (yoy). Ke depan, inflasi Provinsi Maluku secara keseluruhan tahun 2018, diperkirakan masih berada pada level yang stabil serta berada pada sasaran inflasi 4,0 persen ±1 persen  (yoy),”sebutnya.

Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku,  senantiasa akan berkoordinasi dan bersinergi dengan Pemprov Maluku dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Terkait di Pemprov, TPID Provinsi Maluku, TPID Kota/Kabupaten se-Maluku, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Satgas Pangan  dan pihak terkait lainnya untuk melaksanakan program dan strategi pengendalian inflasi di Maluku. (BB-ZALI)