BERITABETA.COM, Jakarat – Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 terus menyebar ke berbagai negara dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia sejak pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Hubei, China, pada Desember 2019.

Peneliti dari berbagai negara berlomba untuk menemukan vaksin yang ampuh untuk membunuh virus tersebut. Penelitian lain juga dilakukan guna mengungkap sumber, cara penularan, hingga cara mendeteksi virus tersebut. Saat pertama kali ditemukan, ilmuwan China langsung menyatakan bahwa Covid-19 berasal dari kelelawar. Pasalnya, virus tersebut hanya ditemukan pada kelelawar.

Namun para peneliti mengatakan ada perantara virus dari kelelawar ke manusia yang diduga adalah ular dan trenggiling. Warga China diketahui menyukai makanan eksotik seperti kelelawar hingga trenggiling. Saat ini beragam penelitian dilakukan untuk mengamati virus ini termasuk penelitian yang cukup ekstrem dilakukan peneliti di China saat ini.

Melansir Daily Star pada Rabu (15/4/2020), Ilmuwan China menyuntikkan anak babi dengan virus corona, kemudian menggilingnya untuk dijadikan makanan babi lainnya. Apa tujuannya melakukan penelitian itu?

Menurut laporan, penelitian yang diterbitkan oleh Institute Virology Wuhan tersebut dilakukan ilmuwan untuk menyelidiki penularan lintas spesies virus corona. Dengan menyuntikkan anak babi berusia 3 tahun dengan virus corona dan menjadikannya makanan untuk babi lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati wabah virus corona yang mungkin menyerang peternakan di China. Para ilmuwan dalam penelitian itu menuliskan, “Studi ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi keanekaragaman dan distribusi virus corona kelelawar untuk mengurangi wabah di masa depan.”

Meskipun diyakini bahwa lonjakan terjadi setelah virus itu menyebar dari hewan ke manusia. Namun beberapa meyakini bahwa virus itu sebenarnya buatan dan lepas dari sebuah laboratorium di Wuhan.

Menurut Daily Mail, pemerintah Inggris tak bisa mengabaikan tuduhan tentang virus yang lolos dari laboratorium. Meskipun pada kenyataanya China berulang kali menyangkal tuduhan itu. Sementara mereka mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada kebocoran virus terjadi di laboratorium China.

Laboratorium yang meneliti virus corona itu dibuat pada tahun 2002 dan 2003 setelah wabah SARS muncul. Pakar keamanan hayati AS Profesor Richard Ebright dari Institute Mikrobiologi Warksman Universitas Rutgers, New Jersey, AS mengatakan. Bahwa jika virus itu tidak diciptakan di laboratorium, virus itu bisa lolos dari sana ketika dianalisis.

Dia mengatakan, “pengumpulan virus, kultur, isolasi atau infeksi hewan akan menimbulkan risiko besar pekerja laboratorium dan masyarakat.” Tetapi banyak ilmuwan mengatakan mereka tidak percaya itu berasal dari laboratorium karena tidak ada bukti. Namun sebuah penelitian yang menyoroti virus corona mengatakan 13 dari 41 orang pertama yang terifeksi virus corona tidak memiliki kontak dengan pasar yang dituduh sebagai sumber virus.

Dr Cao Bin mengatakan, “Tampaknya jelas bahwa pasa hewan di Wuhan bukan satu-satunya asal virus tersebut.”

Sementara itu hingga kini China belum menemukan dan belum mengungkapkan dari mana asal mula virus itu, mereka hanya melaporkan bahwa sumber utamanya adalah kelelawar. Bahkan mereka sudah melakukan sol virus corona di kelelawar sejak 2011 dan diterbitkan pada 2017 silam sebelum menjadi wabah menular ke seluruh dunia (BB-DIP)