BERITABETA.COM, Jakarta – Distribusi alat rapid test Biozek ke fasilitas layanan kesehatan jejaring laboratorium pemeriksaan dan Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia, sementara dihentikan.

Perusahaan farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebagai pihak yang melakukan distribusi rapid test ini, memutuskan untuk menghentikan sementara distribusi rapid test itu.

Manajemen perusahaan menyebutkan langkah ini ditempuh setelah adanya temuan bahwa alat tersebut memiliki tingkat akurasi rendah dan bermasalah. PT Kimia Farma saat ini tengah meminta klarifikasi kepada produsen test kit tersebut, yakni Inzek International Trading BV Belanda. Pemberhentian distribusi ini dilakukan hingga menunggu klarifikasi dari perusahaan tersebut.

“Kimia Farma telah melakukan langkah-langkah, yakni meminta klarifikasi kepada Inzek International Trading BV Belanda atas pemberitaan tersebut dan melakukan penghentian sementara distribusi Rapid Test sambil menunggu hasil klarifikasi dari produsen,” tulis manajemen perusahaan dalam siaran persnya, Rabu (13/5/2020).

Adapun perusahaan ini telah melakukan impor atas test kit tersebut sejak pertengahan April 2020. Alat tes ini disebutkan telah lulus dari persyaratan hukum untuk diperdagangkan dan dikomersialisasikan di Eropa.

Alat tes ini diklaim telah dilengkapi dengan dokumen mutu berupa uji klinik yang menunjukkan hasil uji Sensitivitas Relatif Rapid Test BNCP-402 dan BNCP-402S lebih dari 99,9% untuk IgG dan 85% untuk IgM.

Sedangkan spesivitas Relatif Rapid Test adalah 98% untuk IgG dan 96% untuk IgM dibandingkan dengan hasil PCR; serta hasil uji klinik yang dilakukan oleh CNR Virus des Infections Respiratoires Institut Pasteur Perancis juga menunjukkan hasil yang baik pada Rapid Test Biozek BNCP-402 dan dokumen pendukung lainnya.

“Rapid Test Biozek merupakan Rapid Test IVD Antibody hanya digunakan untuk screening test dan diperlukan pengujian lebih lanjut untuk penegakan diagnosa salah satunya melalui metode pemeriksaan Polimerase Chain Reaction (PCR) Test serta tidak disarankan digunakan secara personal tetapi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten,” tulis manajemen KAEF.

Kimia Farma menegaskan bahwa pihaknya hanya mendistribusikan alat tes tersebut ke jejaring penjualannya yakni fasilitas layanan kesehatan, laboratorium pemeriksaan dan dinas kesehatan mulai dari tingkat provinsi/kabupaten/kota.

Sementara dari hasil investigasi  yang dilakukan Tempo bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) justru menemukan bahwa alat itu produksi Cina, bukan Belanda.

Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma Andi Prazos menuturkan kesepakatan dengan Perusahaan Farmasi Inzek Internasional Trading BV di Belanda terjadi pada awal April 2020.

Ia menyakini Biozek benar-benar diproduksi di Apeldoorn, Gelderland, Belanda. Kepercayaan itu diperkuat mana kala Inzek memperbolehkan Kimia Farma datang mengunjungi mereka.

“Ada sejumlah produsen yang tidak memperbolehkan kami menemui mereka, sehingga kami tidak jadi deal,” ucap Andi seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi Senin, 11 Mei 2020.

Berdasrkan penelusuran OCCRP bersama Tempo menunjukkan Biozek bikinan Hangzhou Alltest Biotech Co. Ltd di Cina. Alat rapid test Covid-19 tersebut hanya dikemas ulang di Belanda.

Chief Executive Officer Inzek international Trading BV Zeki Hamid mengatakan situs Biozek tak bermaksud menyebut alat itu diproduksi di Belanda.

“Melainkan merupakan merek Belanda,” kata Zeki.

Alat uji cepat Covid-19 itu ditemukan memiliki akurasi yang buruk. Sedangkan Hangzhou Alltest Biotech Co. Ltd mengklaim Biozek memiliki akurasi di atas 90 persen dalam mendeteksi dua sistem antibodi saat tubuh terkena infeksi bakteri, kuman, atau virus.

Berdasarkan beberapa penelitian, salah satunya adalah Studi non-peer review dari Spanyol, menemukan dari 55 sampel positif berdasarkan tes PCR lebih dari setengahnya dinyatakan negatif palsu melalui pengujian Alltest.

“(Hasil) Negatif palsu adalah bencana,” ucap Marien de Jonge, ilmuwan yang terlibat dalam penelitian Coronavirus Disease (BB-DIP-TMP)