BERITABETA.COM, Ambon – Sudah dua hari pasca musiba tsunami menerjang sejumlah wilayah pesisir Banten, Abdurrahman Assagaf (50), warga Bekasi asal Desa Tehua, Kecamatan Teluti, Kebupatan Maluku Tengah (Malteng) Provinsi Maluku, hingga kini belum ditemukan.

Korban yang menetap di jalan Rumakso No 59, Pondok Ranggon, Jati Rangga Jati Sempurna, Kota Bekasi ini, menjadi korban bersama keluarganya saat mengikuti acara arisan keluarga di kawasan pantai Carita, Banten, Minggu (23/12/2018).

Abdurrahman Assagaf dinyatakan hilang bersama anak kandungnya Azis Assagaf (7 tahun) dan  Anwar Hanlua asal (Desa Wolu) dalam insiden tragis itu.

Minggu (23/12/2018) sore, Azis Assagaf ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Sedangkan Anwar Hanlua, juga ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, Selasa (25/12/2018) tadi pagi, saat keluarga mengindentifikasi jasad korban dalam kantong jenazah.

“Kemarin pagi sepupuh saya Azis Assagaf baru dimakamkan di lokasi pemakaman di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan paman saya Abdulrahman Assagaf belum ditemukan,”ungkap Fahri Asyatri kerabat dekat keluarga korban kepada beritabeta.com via saluran telepon selularnya, Selasa (25/12/2018).

Menurut Fahri, keluarga korban terus melakukan pencarian di lokasi kejadian. Namun hingga kini belum membuahkan hasil. Korban sehari-hari berprofesi sebagai pebisnis dan penyalur Tanaga Kerja Wanita (TKW) ke sejumlah negara. Terakhir, korban beralih profesi menjadi imam di masjid tempatnya menetap di Bekasi. “Beliau sering balak balik Jakarta – Masohi dan terakhir beralih profesi sebagai imam di masjid tempat tinggalnya,”kata Fahri.

Abdurrahman Assagaf bersama istrinya   Sari Widyawati dan anaknya Azis Assagaf menjadi korban terjangan gelombang tsunami, saat berada di loka

Abdurrahman Assagaf , korban yang hingga kini belum ditemukan.

si kejadian mengikuti acara arisan keluarga. Hanya Sari Widyawati yang selamat.

Gelombang pasang tsunami yang terjadi pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.27 WIB, telah mengakibatkan ratusan orang di kabarkan hilang.

Tercatat, sekitar 40 orang  asal Negeri Wolu, Angos dan Tehua, Kecamatan Telutih, yang tergabung dalam sebuah organisasi paguyuban Wolu Bersaudara (WOLBERS) di Jakarta ikut menjadi korban dalam musibah tersebut.

Mereka membuat program arisan keluarga yang dibuka setiap akhir tahun di tempat wisata. Di penghujung tahun 2018 ini, tempat yang mereka pilih adalah di Pantai Carita, Provinsi Banten.

Seperti dikutip Binaiyanews.com dari seseorang rekan para korban, Rustam Latael di Jakarta mengatakan, dirinya sempat di ajak oleh rekannya Kadir Leuly, untuk ikut bersama-sama  ke pantai Carita. Namun,m ajakakan itu ditolak. Alasannya, tidak bisa meninggalkan urusannya di Jakarta.

“Kadir sempat telpon ajak beta ikut, tapi beta masih ada urusan bisnis jual beli kayu gaharu yang seng bisa ditinggalkan,” kata Rustam.

Selanjutnya setelah mendengar musibah itu dirinya menghubungi semua rekan-rekannya yang pergi ke tempat wisata itu. Mereka di antaranya Basir Kohunussa, Kadir Leuly dan Ali Leuly namun sayang nomor HP ketiganya tidak aktif.

Warga yang ikut pada kegiatan itu berjumlah kurang lebih 40 orang. Jumlah itu diungkapkan oleh Helmi Silawane/Pattisahusiwa. Melalui sambungan telepon Rustam. Helmi adalah sepupu dari korban Abdurrahman Assagaf yang bersama anaknya pada saat kejadian tersebut.

128 Orang Belum Ditemukan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui jumlah korban akibat tsunami di Selat Sunda. Menurut data terbaru yang dirilis BNPB pada Senin (24/12/2018) malam sebanyak 373 orang meninggal, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang dan 5.665 orang mengungsi.

“Data sementara dampak bencana tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda hingga Senin (24/12) pukul 17.00 WIB, tercatat 373 orang meninggal dunia,” kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya.

Sementara untuk kerugian fisik akibat tsunami meliputi 681 rumah rusak, 69 hotel dan villa rusak, 420 perahu dan kapal rusak, 60 warung dan toko rusak serta puluhan kendaraan rusak.

Sutopo mengatakan tim SAR gabungan terus melakukan penyisiran, evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban bencana tsunami di sepanjang daerah terdampak landaan tsunami di Selat Sunda.

Ia juga mengatakan beberapa daerah yang sebelumnya sulit dijangkau karena akses jalan rusak dan tertutup oleh material hanyutan tsunami. Sementara sebagian sudah dapat jangkau petugas beserta kendaraan dan alat berat. “Hal itu menyebabkan korban terus ditemukan oleh petugas tim SAR gabungan,” kata dia (BB-DIO)