BERITABETA.COM, Namlea – Mahasiswa asal Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), berinitial A (25 tahun) yang diisolasi Tim Satgas Covid-19 Kabupaten Buru ke RSUD Lala, dinyatakan  positif melalui hasil Rapid Test.

Pasien menunjukan positif terinfeksi Covid-19. Sementara 11 rekannya yang mengajak korban berlibur ke Buru, masih negatif.

Ketua Satgas Covid -19 Kabupaten Buru, Ramly Ibrahim Umasugi kepada beritabeta.com, di Namlea, Selasa malam (08/04/2020)  mengaku malam ini sedang melakukan rapat khusus terbatas dengan tim Satgas, membahasa hal ini.

“Dalam rapat ini akan dibahas khusus masalah tersebut dan langkah-langkah penting yang harus diambil Pemerintah Kabupaten Buru,” tegasnya.

Ditanya apakah status waspada akan berubah menjadi status darurat menyusul munculnya satu kasus ini, Ramly mengaku juga akan dibahas dalam rapat.

“Mungkin kita akan ikut jejak kota Ambon, naikkan status dari waspada menjadi darurat,”pungkas Ramly.

Sementara secara terpisah, Jubir Gugus Tugas Covid -19 Kabupaten Buru, Nani Rahim dalam jumpa pers terbatas dengan wartawan mengungkapkan, pasein  telah dievakuasi dari Penginapan Senyum Bupolo pada pukul 18.10 WIT.

Pasien bersangkutan bersama 11 rekannya mahasiswa asal Kabupaten Buru sedang menjalani karantina di Penginapan Senyum Bupolo setelah datang dari Jakarta sepekan lalu dengan KM Dorolonda.

Terkait keberadaan mahasiswa asal NTT ini di Kabupaten Buru, Nani mengungkap, yang bersangkutan tidak pulang ke Alor, tapi diajak rekan-rekannya sekampus mahasiswa asal Buru di Jakarta datang berlibur di daerah ini.

Menurut Nani Rahim, walau hasil Rapid Test menunjukan positif, dan telah diisolasi, mahasiswa asal Alor masih berstatus Pasein Dalam Pengawasan (PDP), karena masih harus menunggu diambil spesimen sweb tenggorokan untuk uji PCR.

Sehari sebelumnya, tim satgas juga menjemput satu mahasiswa Buru berinitial YN.

“Belum sempat YN pulang ke rumah dan sudah diisolasi. Sehubungan dengan info dan video yang beredar di masyaralat terkait pasien ini, dia  tiba di Namlea dengan kapal feri. Gejala  yang dialami PDP  adalah batuk dan sesak nafas akibat penyakit TB yang dideritanya. Jadi butuh perawatan intensif di RS,”jelas Nani rahim.

“Hasil Rapid Test negatif. Sehingga statusnya PDP karena masih perlu pemeriksaan ulang dalam 1 minggu – 10 hari ke depan. Yang merupakan adalah mahasiswa Buru yang  belajar di Mataram,”sambungnya lagi.

Lebih jauh dijelaskan, sejak tanggal 17 Maret sampai 8 April 2020, sudah 74 ODP ditangani sejak screning kesehatan di pintu masuk pelabuhan dan bandara. Ditemukan juga 1.074 Orang Dengan Resiko (ODR), di dunia kesehatan disebutkan dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Dari jumlah 74 ODP, 17  orang selesai menjalani isolasi mandiri dan dinyatakan sehat.  Tersisa, 56 ODP dan 2 orang PDP.

“Tadi 28 ODP telah dilakukan rapid test. sesuai hasil rapid test, satu orang berinitial A positif dan telah dievakuasi ke RSUD.Kondisi masih kita masukan ke PDP , sambil menunggu pemeriksaan sweb tenggorokan dari  Dinas Kesehatan Propinsi Maluku,”ujar Nani Rahim.

PDP A ini diisolasi terpisah dengan YN yang menderita TB Paru. PDP A menunjukan gejala ringan, baru mengalami flu dan sedikit hidung tersumbat, sehingga mampu ditangani tim dokter di RSUD Lala.

Selain berkoordinasi dengan Dinkes Maluku, Tim Satgas Covid-19 juga sudah melakukan tracing terhadap rekan bersangkuta. 11 orang itu hasilnya negatif, tetapi mereka tetap wajib karantina mandiri sampai selesai batas 14 hari dan hasil pemeriksaan kesehatan terakhir dinyatakan negatif.

Pihak Satgas Covid 19 Kabupaten Buru akan mengabari keluarga A di Alor NTT, perihal kondisi pasein tersebut. Namun pihak keluarga tidak diperbolehkan datang menengok anaknya ke Namlea.

Sekertaris Satgas, Azis Tomia dan Nani Rahim menambahkan,  PDP A tetap dirawat di RSUD Lala, dan tidak dievakuasi ke RSUD Haulussy Ambon.Keduanya optimis, PDP A dapat disembuhkan.

Alasan tidak dilakukan langkah evakuasi PDP A ke Ambon, seperti pasein yang  juga positif Covid-19 hasil Rapid Test di Bursel, Nani Rahim dengan nada yakin menjelaskan kalau Bursel tidak siap fasilitas kesehatannya. PDP  A ini baru akan dievakuasi kalau menunjukan gejala berat .

“Kita ini punya dokter spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit paru.Bahkan ada dokter patologi klinik untuk mendiagnosa rapid test di sini,”ucap Nani Rahim (BB-DUL)