BERITABETA.COM, Namlea – Satgas Percepatan Penanganan Covid -19 Kabupaten Buru, di hari pertama gagal melakukan tracing pasien Covid -19 akibat rekan kontak sejumlah pasien menolak diuji melalui di-rapid test maupun di-swab.

Hal ini diungkapkan Jubir Satgas Covid -19 Kabupaten Buru, Nani Rahim kepada awak media melalui  WhatsApp Group Media Covid, Senin malam (15/6/2020). “Tracing hari ini semua menolak. Seng (tidak) ada yang mau di-rapid test apalagi di-swab,”beber Nani Rahim.

Walau ada penolakan, tim Satgas tidak patah arang. Tim akan terus melakukan pendekatan terhadap kontak para pasien positif  Covid -19 ini.

“Kami tetap menggunakan pendekatan persuasif agar masyarakat yang kontak dengan pasien positif sadar dan  mau memeriksakan diri,”harap Nani Rahim.

Kepada awak media Nani Rahim lebih jauh menjelaskan, dari tracing hari ini, hanya kontak pasien perempuan F dan pasien laki MW yang persuasif. Tiga rekan kontak erat F termasuk suaminya dan 1 kontak erat MW.

“Baru 4 orang yang ditracing dari 2 pasien.  Kontak dari 6 pasien lain belum berhasil  dihimpun karena banyak yang tidak mengaku pernah kontak. Ada juga yang mengaku sebagai kontak tapi menolak diuji sampelnya,”lanjut Nani Rahim.

Ketika ditanya alasan penolakan kontak dalam ditracing, Nani Rahim nembeberkan pula, yang menolak ini berdalil karena pemberitaan media.

“Penolakan ini lebih disebabkan karena pemberitaan di media. Ada pasien yang disebutkan nama dan alamatnya hingga viral di masyarakat”contohkan Nani Rahim mengutip dalil mereka yang menolak bekerjasama ini.

Ditantang awak media agar data lengkap dan alamat dibuka saja ke publik sesuai anjuran IDI, sehingga masyarakat tahu dan mawas diri, kata Nani Rahim kalau satgas Covid -19 Buru maunya juga begitu.

“Tapi kondisi masyarakat kita belum siap dengan dampak di lingkungan sosialnya”imbuh Nani Rahim.

Ia juga menambahkan, bahwa Covid-19 ini bukan hal baru.Sudah banyak sosialisasi, advokasi dan edukasi yg disampailan lewat media dan masyarakat sudah faham.

Bukan hanya tentang pencegahan, tetapi juga pengobatannya.

“Jadi saat ini waktunya untuk massif tracing dan agresif testing, sehingga mempercepat pemutusan mata rantai penularan “pungkas Nani Rahim.

Sementara itu satu pasien Covid -19 Kabupaten Buru berinisial, MAM, melalui perantaraan beberapa rekan-rekannya lewat media facebook, mengeluhkan data pasien Covid -19  Kabupaten Buru berupa surat dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan lampirannya yang dilempar di WhatsApp,  konon dilakukan oleh orang yang tidak berkepentingan.

MAM menulis kalimat,”Hallo masyarakat Kabupaten Buru beta (saya) mau bercerita kronologis beta dinyatakan sebagai pasien positif Covid-19 hasil swab tahap 1, beta bercerita ini untuk melihat tanggapan masyarakat Kabupaten Buru dan teman semua yang berteman dengan beta di Sosmed bisa menilai protokoler Covid -19 Kabupaten Buru,” berkicau MAM di sosmed.

MAM mengaku disebut Orang Tampa Gejala (OTG). Hasil swabnya keluar hari Minggu (14/6).

Dia belum sempat diperlihatkan hasil swab, dan hanya dapat surat edaran dari tim medis provinsi yang dikirm sama salah satu teman bukan petugas kesehatan di dalam WhatsApp group angkatan.

“Nah beta kaget dong liat beta hasil tes kok sudah keluar dan beta sendiri pun belum tau tetapi suda ramai di dalam grup itu,”protes  MAM.

Kata dia, harusnya tim kesehatan konfirmasikan dulu kepadanya terkait hasil tes, jangan langsung share (bagikan), karena menyangkut nama baik dan dilindungi oleh undang-undang.

“Beta punya hak untuk tuntut loh karena ini menyangkut nama baik, hasil tes dari provinsi itu berupa surat yang bersifat penting, yang artinya tidak boleh disebarluaskan tampa izin dari pasien perlu dinkonfirmasi dahulu, lah kenapa hasil tes itu sudah menjadi konsumsi publik,”tulis MAM bertanya.

MAM mengungkapkan, kalau datanya bocor karena di-share pejabat publik di group Covid -19  yang di dalamnya ada berbagai macam kalangan. Dari situlah kemudian tersebar (BB-DUL)