BERITABETA, Ambon – Wajah Ismail Rumau terlihat sumringah. Berdiri di atas dermaga,  lelaki paruh baya ini dari kejauhan dengan sigap menunggu di tengah terik matahari pagi.

Hampir 20 menit, dia harus bersabar berdiri di pelabuhan Geser. Salah satu kota kecamatan tertua di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).

Kapal Aliks Mulia pun tertambat dengan baik di dermaga itu. Tak lama Ismail  bergegas naik ke kapal dengan menyambut beberapa tamu yang ditunggu.

“Ayo pak, kita langsung ke desa, hidangan makan  sudah disiapkan,” ajak Ismail penuh keramahan.

Mail begitu sapaan akrbanya adalah warga Desa Kilwaru, Kecamatan Seram Timur. Desa yang terpisah beberapa kilo meter dari Kota Geser.

Penduduk desa itu, setiap saat mengunjungi Kota Geser, untuk menjalankan semua aktivitas keseharian mereka. Dari belanja kebutuhan rumah tangga dan melakukan aktivitas jual beli, bahkan sekolah anak-anak Kilwaru juga berlangsung di Kota Geser.

Perjalanan ke Kota Geser, ditempuh dengan perahu motor sekitar 10 menit dari Kilwaru. Kilwaru laiknya disebut sebagai desa pulau.

Desa iduk dengan sejumlah anak dusun itu berada di sebuah pulau kecil dengan panjang kurang lebih 1 km. Kilwaru bukan desa semata wayang, di pulau itu juga ada desa kembarnya bernama Kiltai.  Diapit laut, berada di Kilwaru dan Kiltai serasa berada di atas galangan kapal induk yang sisi kanan dan kirinya terlihat air laut.

Pagi itu Ismail sedang menjemput tamu dari Manajemen Program Smallholder Livelihood Development (SOLID) Kabupaten SBT. Sebuah program yang fokus pada pemberdayaan petani kecil di pedesaan. Kilwaru menjadi salah satu desa binaan yang dikhususkan untuk pengembangan home industry pengolahan hasil laut.

Hanya berselang 10 menit, rombongan kemudian menepi di tiang rumah Ismail. Rumah Ismail dibangun menjulur di bibir pantai Kilwaru. Aroma ikan bakar mulai menggoda. Satu persatu tamu special mulai turun dari tambatan perahu.

Mail rupaya bukan bercanda. Sejak ditunjuk oleh 10 kelompok mandiri (KM) binaan Program SOLID di desa itu sebagai Ketua Federasi Karya Mandiri, pria berkulit gelap ini, hampir separuh waktunya dipakai untuk mengurus kelompok binaan SOLID. Tak heran kedatangan tim manajemen SOLID, sering dimanfaatkan sebagai wadah diskusi demi pengembangan federasi yang dipimpinnya.

Istrinya yang juga menjadi anggota binaan Program SOLID, tak ketinggalan. Pagi-pagi  sudah menyiapkan  hidangan ikan bakar di atas lantai dermaga kecil samping rumahnya.

“Ayo langsung makan saja, mumpung masih panas,” ajak istri Mail yang bisa disapa mama Ani.

“Sedap, aromanya menggoda. Pagi-pagi kita sudah makan ikan segar,” sahut Syafrudin Bugis, Officer Pertanian SOLID Kabupaten SBT yang menjadi salah satu tamu di pagi itu.