BERITABETA.COM, Masohi –Sudah dua bulan berlalu, sejak Tahun Ajaran Baru 2020/2021 dimulai,  metode pembelajaran tatap muka di sekolah belum dapat dilakukan, menyusul belum adanya kepastian berakhirnya penyebaran Covid-19.

Menyiasati hal ini, banyak sekolah akhirnya memilih metode belajar secara online atau dalam jaringan (daring) dengan menggunakan perangkat internet. Namun, metode daring juga banyak menyisahkan banyak masalah, sehingga metode alternative pun harus ditempuh.

Metode alternatif inilah yang diterapkan oleh Madarasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) I Masohi. Di sekolah ini para pelajarnya tidak hanya menggunakan metode pembelajaran secara daring, tapi juga dengan metode luring.

Kepala MIN 1 Masohi, Abdul Wahid Sanaky, S.Pdi kepada beritabeta.com di Masohi, Rabu (12/08/2020) mengatakan, pihaknya memilih dua metode pembelajaran ini, lantaran metode daring juga banyak menuai masalah, karena terkendala dengan kelengkapan perangkat android yang harus dimiliki para siswa-siswi.

“Proses pembelajaran di masa pandemi ini harusnya disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki para siswa-siswi.   Nah, inilah yang kita gunakan. Selain metode  daring ada juga metode luring,” kata Sanaky.

Menurut Wahid, metode pembelajaran daring yang digunakan MIN yang dipimpinnya yanki melalui, WhatsApp Gorup (WAG). Metode ini melibatkan interaksi antara siswa dan guru.

Sedangkan untuk metode luring, pihaknya menggunakan cara belajar berkelompok dengan melibatkan 5 – 6 siswa yang dikumpulkan di satu tempat.

Kepsek yang dikenal supel ini mengakui, penggunaan metode daring dalam pembelajaran dengan interaksi siswa-siswi dengan guru, memang memiliki keuntungan dan juga masalah. Keuntunggannya, antara kedua pihak terbantu di masa pandemic dengan tidak harus bertatap muka.

Siswi MIN 1 Masohi belajar dengan menggunakan metode luring dengan cara berkelompok yang melibatkan 5 sampai 6 siswa-siswi

Tapi alasan lain yang harus dipikirkan adalah,  materi pelajaran yang dibagikan melalui WAG itu tidak semua siswa dapat mengikutinya.

“Jadi pertimbangan seperti siswa yang tidak mempunyai hand phone android dan laptop menjadi masalah bagi kita sebagai pimpinan. Untuk itu, meeting/pertemuan tatap muka secara virtual antara guru dan siswa juga tidak mungkin diandalkan,” bebernya.

Wahid juga mengaku, rata-rata siswa menggunakan hand phone android milik orang tua. Kondisi ini tentunya, sangat menyulitkan, karena  sebagai alat interaksi antara guru dan murid  untuk mendapatkan materi pembelajaran, para siswa harus siap dan lebih mudah memiliki perangkat teknologi itu. Apalagi media pembelajaran via WAG juga dibuat sangat variatif sesuai kreatifitas guru.

Ia mencontohkan, seperti video pembelajaran ataupun quis online dengan tujuan agar siswa mudah memahami materi yang diberikan serta siswa tidak bosan dalam menerima materi belajar.

Sementara untuk metode luring, para siswa dikelompokkan menjadi 4  kelompok dalam satu rombongan belajar (rombel) dimana setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anak siswa. Waktu tatap muka adalah sekali dalam seminggu dengan durasi dua jam pembelajaran atau 70 menit.

“Kurikulum yang diajarkan sampai saat ini masih menggunakan K13 revisi terbaru yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi pandemic, “kata Abdul Wahid.

Sebagai informasi, Wahid menambahkan, bahwa  Kementrian Agama telah menerbitkan Panduan Kurikulum Darurat pada madrasah sebagai pedoman bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran di masa darurat Covid-19 melalui Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam No. 2791/2020 tanggal 18 Mei 2020.

“Dengan demikian pembelajaran madrasah akan tetap menjamin keamanan, kesehatan, dan keselamatan siswa serta pelaksanaan pembelajaran bermutu akan tetap bisa dirasakan oleh siswa MIN 1 Masohi,” tutup Wahid (BB-ES)