BERITABETA.COM, Ambon – Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Ambon menyampaikan telah terjadi kerusakan dua unit peralatan pendukung yang selama ini dipakai dalam mendukung proses deteksi virus Corona dari sampel yang diambil.

Kerusakan ini, terjadi akibat tidak stabilnya pasokan arus listrik dari PT PLN (persero) sehingga menyebabkan dua alat masing-masing laminaring dan freezer untuk penyimpanan sampel hangus terbakar.

Penjelasan ini disampaikan Kepala Seksi Pengembangan Teknologi Laboratorium BTKLPP Ambon, F. Adrians di Ambon, Sabtu (3/10/2020).

“Kedua alat ini hangus terbakar akibat naik turunnya voltage secara mendadak.Padahal, kedua alat ini memeiliki peran yang sangat vital untuk penyimpanan sampel yang diambil dari masyarakat untuk diuji apakah seseorang positif terpapar virus corona atau tidak,” jelasnya.

Menyikapi kondisi ini, kata dia, BTKLPP Ambon meminta dukungan DPRD Maluku untuk berkoordinasi dengan pihak PLN agar bisa menjamin stabilitas arus listrik di kawasan Karangpanjang dan Kopertis, Kecamatan Sirimau (Kota Ambon).

“Kami mohon dukungan pimpinan dan anggota DPRD provinsi menyangkut pelayanan jasa listrik oleh pihak PLN, kalau bisa jalur listrik di kawasan Karangpanjang dan Kopertis bisa mendapatkan pengawasan ekstra,” ujarnya.

Menurutnya,  bila peralatan ini tidak dapat berfungsi akan berakibat sampel yang disimpan juga ikut rusak, sehingga  akan berdampak pada harapan masyarakat yang menunggu hasil tes usap mereka.

“Kami dari BTKLPP juga memohon maaf kepada masyarakat terkait keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium ini,” pintanya.

Meski demikian, F. Adrians meastikan aktivitas pemeriksaan spesimen itu masih berjalan normal dan sampai 1 Oktober 2020, sudah dilakukan pengujian sampel sebanyak 14.525 spesimen.

Sampai Jumat, (2/10) 2020, spesimen yang tinggal dibaca hasilnya ada 200-an dan yang belum diproses sama sekali lebih dari 300 spesimen karena proses pengujiannya dilakukan secara bertahap.

Ia menambahkan, hingga saat ini BTKLPP Ambon didukung dengan tenaga analis sebanyak 16 orang di laboratorium dengan masing-masing kualifikasinya. Mereka juga kelabakan dengan begitu banyaknya spesimen yang masuk, sementara barang habis pakai juga menjadi kendala (BB-DIO)