BERITABETA.Com, Banda – Sejak COVID-19 menyebar di seantero Maluku, Desa Pulau Rhun, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, sama sekali belum disentuh pemerintah, baik di level kabupaten, provinsi maupun pusat. Masyarakat Pulau Rhun seakan terpinggirkan.

Santi Hadina, Suster Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Pulau Rhun berkisah, sejak COVID-19 menyebar, mereka sama sekali belum mendapat bantuan kesehatan dari pemerintah.

Padahal ada rekam jejak, tiga warga di Kepulauan Banda yang pernah diisolasi ke kota kecamatan di Banda Neira. Tiga warga ini datang dari luar Ambon dan dinyatakan positif corona, setelah menjalani rapid dan swab.

“Dari awal memang biasa-biasa saja, namun saat bulan ketiga COVID-19 menyerang Maluku, tiga warga dinyatakan reaktif. Tiga kali menjalani rapid dan swab, hasilnya positif. Kemudian diisolasi, lalu dikembalikan dari Kepulauan Banda,” tutur Hadina kepada wartawan, Kamis (12/11/2020).

Dari kasus ini, mestinya Kepulauan Banda, termasuk Pulau Rhun harus menjadi perhatian serius pemerintah, terutama dalam hal pendistribusian bantuan paket kesehatan. Namun sejak kasus itu muncul, sampai saat ini belum ada satu pun bantuan yang datang.

Kalau pun ada, itu hanya masker yang diberikan Pemerintah Desa Rhun lewat program Dana Desa (DD). Yang desa bantu itu, masker dan ton cuci tangan. Sementara pemerintah, sama sekali belum memberikan bantuan kesehatan.

Dia mengaku, jika hendak rapid, warga Rhun harus ke kota kecamatan di Banda Neira, itu pun per kuota. Artinya, kalau kuota di hari Senin, maka yang rapid di Selasa, harus membayar sendiri, sebesar Rp 350.000.

“Sekarang ini sudah ada rapid yang diberikan Yayasan EcoNusa. Insya Allah, kita sudah bisa rapid sendiri, berkat alat rapid test dari EcoNusa ini,” ujarnya.

Jadi, kata dia, ke depannya Pustu mengeluarkan surat kesehatan, yang mengatakan bebas COVID-19, kemudian dari desa keluarkan surat jalan. Ia juga mengatakan, sejauh ini bantuan kesehatan yang diterima dari Puskesmas hanya berupa satu kotak obat.

Sehingga, mereka harus membeli obat ke Jakarta atau Makassar, kemudian dia jual ke masyarakat, dengan harga standar. Rata-rata orang tua dan sebagian masyarakat, di Pulau Rhun menderita hiperstensi atau tekanan darah tinggi.

“Alhamdulillah dengan hadirnya Tim Medis EcoNusa, saya juga sudah tahu cara menggunakan alat rapid. Jadi kita tidak harus keluarkan Rp 80.000 untuk pulang pergi, ditambah surat pembuatan rapid, di Neira,” katanya.

Senada, Kepala Desa Pulau Rhun, Salihi Surahi mengaku, bantuan paket kesehatan yang diberikan kepada Pustu, merupakan anggaran yang dialokasi dari Dana Desa. Alat-alat kesehatan yang dibeli yakni, sabun cuci tangan, penampungan cuci tangan, masker, dan alat semprot.

Ia menduga, pemerintah tidak ke Pulau Rhun lantaran akses transportasi laut yang terbatas. Namun bukan berarti, harus mengimarginalkan masyarakat di Pulau Rhun.

“Kok sejauh ini tidak ada bantuan dari pemerintah? Sementara kita juga membutuhkan bantuan kesehatan. Pasalnya, kalau ada tamu yang datang, kita pun ikut terapkan protokol kesehatan,” katanya.

Keluhan lain juga disampaikan Asis Latora, warga Pulau Rhun. Ia mengatakan, bantuan kesehatan datang, tapi kadang-kadang. Katanya, pernah ada bantuan kesehatan, tapi dari Lanud Ambon. Namun bantuan tersebut terkait khitanan massal.

Kalau soal COVID-19 sampai saat ini belum ada. EcoNusa merupakan yayasan, yang pertama menyalurkan bantuan paket kesehatan kepada masyarakat di Pulau Rhun.

“Kalau bantuan dari pemerintah belum ada, hanya sebatas medis saja, seperti mendatangkan satu orang bidan dan suster,” katanya.