BERITABETA.COM, Ambon – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Maluku terus mengasah kepeduliannya kepada masyarakat yang terdampak pandemic Covid-19 di kota Ambon.

Ada sebanyak 1.700 pelajar di Maluku yang disasar untuk mendapatkan kuota internet gratis dari PKS Maluku melalui program Gerakan Berbagi Kuota Internet (GREGET)

Salah satu aksi yang dilakukan adalah  menggelar peluncuran Gerakan Berbagi Kuota Internet (GREGET) untuk pelajar, dan mahasiswa di Provinsi Maluku  yang dilangsung di kantor DPW PKS Maluku, Kamis pagi (27/8/2020).

Kegiatan ini diikuti sebanyak 40 peserta yang terdiri dari para pelajar dan mahasiswa di kota Ambon.

GREGET  yang diusung sebagai upaya mengurangi beban orang tua dalam memenuhi kebutuhan kuota internet kepada anak untuk proses belajar ini, juga dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku, DR. Insun Sangadji.

Selain itu hadir pula Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Mutiara Dara Utama, Ketua Fraksi PKS Maluku Turaya Samal, Anggota Dewan Provinsi Maluku Rostina Hasyim, dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Abdullah Asis Sangkala.

Wakil Ketua DPRD Provinsi Maluku, Asis Sangkala dalam sambutannya mengatakan proses belajar menggunakan sistem online di masa pandemi ini membuat pihaknya mengakui masyarakat sering mengeluhkan beban kuota internet, yang sering diakses saat melakukan proses belajar online.

“Sebagai wakil rakyat ketika turun di lapangan banyak masyarakat, yang mengeluh terkait kuota internet ini,” ungkapnya.

Untuk itu, kata Asis, untuk melanjutkan program GREGET ini, PKS  telah diberi porsi masing-masing, tiap wilayah sesuai intruksi dari pusat.

“Kami (red.PKS) memutuskan untuk berbagi uang sebesar Rp. 75.000 per pelajar se-Indonesia. Nominal ini sesuai dengan momentum 75 tahun Indonesia merdeka. Dan PKS Maluku mendapatkan kuota 1.700 pelajar, dan jumlah ini kami distribusikan merata,” jelas Asis.

Menurutnya, selain itu PKS juga akan membuka sekitar 161 titik hospot di kantor-kantor partai.

“Semua orang bisa pake bebas juga di semua DPD se-Maluku, dan rumah-rumah dewan yang bisa dipakai untuk keperluan belajar online,” tuturnya.

Dirinya menegaskan kondisi ini perlu partisipasi publik, dan partisipasi masyarakat guna sama-sama berbagi kepedulian di masa covid-19.

“Di depan kantor ini, kita siapkan WiFi gratis. Bisa dipakai oleh 30 pelajar atau mahasiswa. Ada dari sekolah SMA 3 Ambon, SMP 7 Ambon, dan Unpatti. Kapan pun kami persilahkan datang mengaksesnya. Hal ini  untuk kepentingan pendidikan, dan  melaksanakan tugas-tugas belajar dan sebagainya,”beber Asis.

Sementara itu,  Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku DR. Insun Sangadji dalam kesempatan itu mengatakan, program GREGET yang diluncurkan  PKS ini, sangat membantu pemerintah, terutama dinas yang dipimpinnya.

“Saya bersyukur saya didukung oleh PKS, hal-hal seperti ini terus dilakukan oleh PKS. Saya sudah bersama-sama sejak awal. Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh PKS, dan ini sangat membantu kita di bidang pendidikan,” jelasnya.

Insun juga mengakui, selama ini di Maluku proses pembelajaran daring yang dijalankan, masalahnya adalah di kuota internet, sehingga apa yang dilakukan PKS ini sangat bagus sekali.

Dirinya berharap bukan hanya PKS yang melakukan hal ini,  mungkin di partai lain bisa melakukan hal serupa, agar  semua mahasiswa dan pelajar bisa dibantu.

Dikatakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku juga sudah me-launching Web Maluku Cerdas, di situ yang menggunakan microsoft 356 khusus untuk pembelajaran daring disekolah.

Putri Alhamid, salah seorang  mahasiswa dari FKIP Prodi Bahasa Inggris yang hadir pada kesempatan ini juga mengaku program GREGET sangat bagus dan membantu proses perkuliahan daring yang selama ini terkendala dengan kuota internet.

“Ketika pelajar dan mahasiswa merasa kesulitan,  tempat ini bisa dijadikan salah satu akses yang tepat untuk melakukan tugas mereka dari sekolah atau kampus. Karna letaknya juga strategis dekat dengan sekolah, kampus dan tempat tinggal mahasiswa dan pelajar,” akuiya.

Ia mengakui, selama ini untuk penggunaan internet dirinya  bisa menghabiskan Rp. 100.000 untuk sebulan, namun jumlah tersebut tidak sampai sebulan.

“Kadang hanya bisa sampai 2 minggu saja dan itu memerlukan biaya yang cukup banyak. Kami rasa ini merupakan salah satu langkah yang bagus untuk membantu mahasiswa menyelesaikan tugas lebih mudah,” terangnya (BB-DIO)