BERITABETA.COM, Ambon – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, mengungkapkan cita-citanya untuk menghimpun kelompok penenun dari kalangan generasi muda di Maluku.

Cita-cita ini dimaksudkan untuk terus mempromosikan tenun khas Maluku dengan penenun mudanya sebagai ciri khas budaya daerah, di kancah nasional maupun internasional.

“Saya optimis, insya Allah di Maluku kedepan akan ada penenun muda kebanggaan kita semua. Kita harus melestarikan budaya tenun Maluku. Jangan sampai kita kalah dengan provinsi lain. Nanti kita punya motif justru ada di daerah lain. Kita tidak punya sesuatu,” kata Widya usai membuka acara Pelestarian Pakaian Adat Khas Maluku di SMK Negeri 7 Ambon, Jln. OT. Pattimaipauw Talake, Kelurahan Wainitu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Selasa (24/11/2020).

Dalam acara yang diusung dengan tema “Eksistensi Kain Tenun dalam Simpul Budaya Maluku”, ini  Widya mengaku telah berbicara singkat dengan Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku Insun Sangadji, perihal usaha tenun ini. Jika dalam seminggu, para siswa SMK atau SMA nantinya sudah bisa memakai seragam hasil tenun.

Sebagian besar para lulusan dan siswa yang sudah pandai menenun, menjadi salah satu alasan penting bakal diterapkannya program pemakaian seragam tenun tersebut. Kepastian ini, diketahui setelah Widya berbincang singkat dengan salah satu instruktur tenun.

“Sekolah itu sudah menggunakan satu aksen seragam yang menggunakan tenun. Entah berupa dasi, syal atau skraf. Insya Allah 2021, Ibu Insun akan atur seperti itu,” ujarnya.

Istri Gubernur Maluku ini berkeinginan, para tamatan SMK tidak harus dibiarkan begitu saja usai lulus sekolah. Namun diberi peluang bergabung kedalam kelompok binaan Degranasda Maluku, agar ilmu tenun yang mereka pelajari saat sekolah bisa dikembangkan melalui sebuah karya.

“Untuk itu saya berharap, lulus dari SMK ini tidak lepas begitu saja tetapi mari sama- sama masuk dalam satu kelompok. Sudah saya sampaikan bahwa kelompok baru untuk penenun nanti ada di masing-masing SMK khusus kelas Tenun atau Batik. Supaya anak-anak muda ini tidak lulus lepas bagitu saja, tapi justru terus mengasah keterampilannya,” tandasnya.

Tujuan dibentuknya kelompok tenun yang dimaksud Widya, adalah untuk menciptakan tenaga kerja atau wirausahawan tenun dari kalangan generasi muda. Mengingat, selama ini mayoritas penenun di Dekranasda Maluku masih didominasi kalangan lanjut usia (Lansia). Dengan begitu, Widya berkeyakinan, generasi muda Maluku bakal mampu mengukir prestasi di bidang tenun.

“Mudah-mudahan di tahun 2021, saya dengan Ketua Harian Degranasda Maluku Elvis Pattiselano dan Ibu Insun, bahwa kami mungkin akan membuat perjanjian atau apalah, supaya anak-anak ini terpacu tetap bisa menenun,” kata Widya.

Menurut Widya, untuk menopang semangat dari generasi muda untuk terus menenun, pihaknya telah menyiapkan bahan baku benang khusus tenun. Benang tersebut berwarna tapi bukan benang celup. Dan ketersediaan bahan baku benang inilah yang menjadi salah satu dasar para penenun kesulitan untuk menenun, selain harga yang mahal dan modal pembuatan tenun.

Ketua Dekranasda Maluku Widya Murad Ismail tengah berbicang-bincang dengan Ketua Harian Dekranasda Maluku Elvis Pattiselano, Kepala Sekolah SMK 7 Ambon Syaiful dan salah satu desainer tenun khas Maluku yang juga salah satu Guru di SMK 7 Ambon, Selasa (24/11/2020)

“Kesulitannya penenun selama ini, ada di bahan bakunya berupa benang. Disamping mahal dan mereka rata-rata kan butuh modal untuk membuat tenun. Kami Degranasda menyiapkan tapi bukan benang celup, melainkan benang yang sudah berwarna. Itu hasilnya beda. Kalau benang pabrik itu seperti yang saya pakai. Warnanya kelihatan lebih pekat. Semakin dicuci tidak luntur,” ujarnya.

Kedepan, lanjut Widya, Degranasda akan menyiapkan stok bahan baku tenun. Pihaknya juga sudah memberikan benang tenun ke beberapa pengrajin kelompok binaan mereka.

“Perihal batik, Degranasda Maluku juga akan berusaha untuk membatik motif khusus Maluku bukan batik yang dibikin mesin di luar Maluku. Kebanyakan seperti itu. Ternyata di SMK 7 ini ada kelas membatik dan anak-anak juga mampu,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Negeri 7, Drs. Syaiful M.pd memberikan apresiasi atas apa yang dicita-citakan Ketua Dekranasda) Provinsi Maluku itu. Cita-cita tersebut, kata Saiful berkaitan dengan program SMK. Salah satu program tersebut adalah dari kompetensi yang ada di SMK 7.

“Karena kita masuk didalam kelompok seni dan kria. Maka harapan kami seluruh tamatan siswa SMK itu paling tidak bisa terhimpun didalam industri atau kelompok UMKM itu sendiri,” katanya.

Dia berkeinginan, seluruh tamatan SMK 7 bisa terhimpun dalam komunitas bidang kompetensi tenun maupun batik. Dengan begitu, pihaknya bisa melakukan pendataan sebelum dibentuknya satu kelompok atau wadah untuk melanjutan pelestarian pakaian budaya melalui tenun maupun batik Maluku.

Syaiful menjelaskan, program mereka memang telah tertata di dalam kurikulum. Dan salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah untuk kompetensi kria tekstil. Para siswa atau tamatan harus menguasai tenun, membatik dan menjahit. Selain itu, mereka juga diberikan kebebasan mencari orderan sesuai keinginan pelanggan.

“Termasuk salah satu cinderamata asal Maluku itu dibuat disini, seperti penyerahan-penyerahan kepada tamu (Pejabat) negara ataupun dari provinsi lain,” jelasnya.

Sementara data yang dihimpun beritabeta.com menyebutkan, di tahun 2017 jumlah pengrajin kain tenun ikat di Provinsi Maluku, khusus di Kabupaten Kepulauan Tanimbar  berjumlah sebanyak 1.715 orang. Para penenun ini tersebar di 10 kecamatan di kabupaten tersebut.

Namun, perkembangan tenun Tanimbar belum terbilang optimal sehingga komoditi tenun Tanimbar dianggap belum memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.

Kondisi ini membuat Bank Indonesia pernah melakukan program pengembangan terhadap kegiatan  Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tenun ikat Tanimbar.

Pembinaan dilakukan dengan memberikan rekomendasi terkait komoditas strategis dan bentuk olahan untuk meningkatkan nilai tambah produk tenun ikat tanimbar. Program pembinaan dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kreativitas dan kompetensi pengrajin tenun tanimbar.

Bank Indonesia yang telah membina UMKM, menggandeng desainer nasional yakni Wignyo untuk menghasikan produk turunan, serta mendorong pemasaran ke skala nasional bahkan dunia.

Program pengembangan tenun tanimbar antara lain pelatihan pewarnaan, penggunaan benang dengan kualitas lebih baik, penerapan teknik tenun dengan alat tenun ATBM untuk melengkapi alat tenun gedogan, dan eksplorasi desain motif (BB-DIO)