Oleh ; M.J. Latuconsina, SIP, MA (Pemerhati Sosial Politik)

BARON Araruna, suatu nama populer bagi para pemirsah, yang menyukai telenovela Little Missy dari Brazil, yang ditayangkan di Televisi Republik Indonesia (TVRI), pada penghujung tahun 1980-an. Baron adalah nama juragan pemilik sebuah kompleks peternakan dan perkebunan, dengan puluhan budak pekerjanya, yang tinggal di Araruna Brazil, yang diperankan Rubens de Falco. Dalam kesehariannya, dia selalu menggunakan topi cowboy, ciri khas topi yang sering digunakan para tuan tanah (landlord).

Baron beristrikan Candida, yang diperankan Elaine Cristina, dia memiliki seorang putri bernama Nona Missy, yang diperankan Lucelia Santos. Sejak kecil Nona Missy, tidak menyukai perbedaan kehidupan kulit putih, dan kulit hitam, yang diskriminatif rasis, ia pun sangat akrab dengan para budak negro.

Peran fiksi yang dimainkan Nona Missy bak peran nyata, yang dimainkan Abraham Lincoln (1861-1865) Presiden Amerika Serikat ke-16, dimana dia mempelopori penghapusan perbudakan di Amerika Serikat, pada 1 Januari 1863.

Telenovela Little Missy atau di negara asalnya berjudul Sinhá Moça, menceritakan tentang seorang gadis yang biasa dipanggil Nona Missy yang merupakan anak dari Tuan Baron, pemilik tanah dan mempunyai banyak budak.

Begitu juga layaknya peran nyata, yang dilakukan Nelson Rolihlahla Mandela (1994-1999) Presiden Afrika Selatan, dimana dia menentang apartheid lantaran mendiskrimanasi warga kulit hitam di Afrika Selatan. Sehingga kemudian dihapuskan pada 21 Februari 1991.

Sepulang dari sekolah di Rio De Janeiro, Nona Missy menjadi pribadi yang lebih kritis, dan lebih berani (critical and brave), dalam menentang kesewenang-wenangan yang dilakukan ayahnya Baron terhadap para budak negro, yang dipekerjakan di kompleks peternakan, dan perkebunannya.

Di tengah sikap kritis dan beraninya itu, ia pun mengagumi Rafael, yang diperankan Raymundo de Souza, seorang budak berdarah campuran (mixed-blood slaves), teman masa kecilnya yang menghilang lama dan kembali sebagai Dimas, pemuda yang melakukan banyak hal untuk menentang perbudakan. Tak diduga, Rafael ternyata saudara seayah dengan Nona Missy, namun dari ibu seorang budak.

Sebagai tuan tanah, tentu Baron tidak menyukai ide-ide pembebasan (liberation ideas) terhadap para budak, dia masih mengedepankan pemikiran-pemikiran feodalisme yang kolot. Pasalnya, jika ide-ide pembebasan terhadap para budak itu tumbuh subur, bukan tidak mungkin Baron tidak akan lagi memiliki pekerja peternakan dan perkebunan yang gratis, tanpa diberi upa tiap bulannya. Sehingga Baron dengan gigih menentang gagasan-gagasan tentang pembebasan terhadap para budak itu.

Meskipun kisah ini merupakan kisah fiksi semata, tentu siapapun termasuk saya, yang bergaya bak tuan tanah, yang memiliki peternakan dan perkebunan, dengan puluhan pekerja, yang sering tampil menggunakan topi cowboy enggan identik dengan Baron dari Araruna.

Pasalnya, hati saya tergetar (my heart trembles) melihat penindasan, sebagaimana kata bertuah dari Ernesto “Che” Guevara (1928-1967), seorang figur revolusioner berkebangsaan Argentina berhaluan Marxis, yang pernah mengobarkan revolusi di Amerika Selatan bahwa, “Jika Anda bergetar saat melihat ketidakadilan, berarti Anda kawan saya”. (***)