Inilah mengapa genderang pembebasan di Eropa itu dicetuskan dari kaum perempuan yg sungguh banyak mengalami penyiksaan, belum termasuk penyiksaan dalam rumah suami – suami mereka.

Mereka tumbuh menjadi wanita –  wanita pemberontak. Dalam kasus gerakan feminisme sekarang, akhirnya para wanita diberi kebebasan tanpa batas sebagai penebus dosa masa lalu mereka.

Dalam urusan keilmuanpun tak jauh berbeda.  Kasus Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei dgn teori Heliosentrisnya membawa mereka dalam pengamatan mahkamah Inquisi karena menurut mahkamah Inquisisi, ilmu mereka berlawanan dgn isi kitab suci.

Copernicus terselamatkan dari jeruji besi bawah tanah. Maut menjemputnya lebih dulu. Sementara Galileo Galilei menghabiskan hidupnya di penjara bawah tanah hingga tak bernyawa.

Namun malang bagi Giordano Bruno penerus teori Heliosentris ini, akhirnya dibakar hidup –  hidup, sebab ilmunya dianggap mencederai iman suci Kristen. Dia mati dalam kekakuan di atas bara api, menjadi martir ilmu pengetahuan.

Sampai pada tahun 1500-an, semua manusia terdidik di Eropa masih meyakini bahwa matahari dan planet planet mengelilingi bumi, sesuai teks astronomi pemahaman kitab suci.

Baru pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi, bahwa penghukuman itu adalah salah dan pada 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi nama mereka sebagai ilmuwan.

Kekuasaan gereja yang absolut terbukti telah  menyelewengkan dan memanipulasi kekuasaan  untuk  kepentingan pemuka agamanya. Api pemberontakanpun mulai tersulut, membakar hampir seluruh daratan Eropa.

Perancis memulai pergerakan dengan  revolusinya yang dahsyat tahun 1789 dgn mengusung jargon ” 𝘓𝘪𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦, 𝘌𝘨𝘢𝘭𝘪𝘵𝘦, 𝘍𝘳𝘢𝘵𝘦𝘳𝘯𝘪𝘵𝘦 ” ( kebebasan , persamaan , persaudaraan ). Pada masa itu, para agamawan ( 𝘤𝘭𝘦𝘳𝘨𝘺 ) di Perancis menempati kelas istimewa bersama para bangsawan. Mereka mendapat berbagai hak istimewa termasuk pembebasan pajak.

Kekuatan massa dari akar rumput ini akhirnya memenggal kekuasaan gereja atas negara. Dari rahim pemberontakan ini, lahirlah pemerintahan baru dengan bentuk Demokrasi Liberal. 𝘋𝘦𝘮𝘰𝘴 yang artinya rakyat dan 𝘒𝘳𝘢𝘵𝘰𝘴 yang berarti memerintah, sedangkan liberal adalah sebuah kebebasan.

Moment ini diberi nama RENAISSANCE bermula dari bahasa Perancis yang bermakna  ” 𝘙𝘦𝘣𝘪𝘳𝘵𝘩 ” atau ” lahir kembali “.

Tidak heran jika pada era ini muncul sikap anti pemuka agama dgn istilah ” 𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘤𝘭𝘦𝘳𝘪𝘤𝘢𝘭𝘪𝘴𝘮 “.  Pada abad ke- 18, sebuah ungkapan populer ketika itu : ” Berhati –  hatilah, jika anda berada di depan seorang wanita, berhati – hatilah jika anda  berada di belakang seekor keledai dan berhati – hatilah jika berada di depan atau di belakang seorang  pendeta”.

Sejarah mengenaskan  ini menjadi trauma sangat dalam, menjadi mimpi – mimpi buruk masyarakat Eropa. Inilah akarnya penyebab  mereka lahir kembali bersarungkan  sekularisme, liberalisme, pluralisme. Sebuah peradaban baru yang sedang berlari dari titik ekstrim yang satu ke titik ekstrim yang lain.

Dulu mereka begitu terkekang tak dapat berbuat apa apa, kini mereka bebas sebebas –  bebasnya. Tuhan tak lagi diberi otoritas. Simpan saja tuhanmu dalam bilik -bilik rumahmu. Jangan paksakan lagi kami untuk meyakini tentang ada atau tiada Tuhan. Cukup sudah pembantaian atas nama agama.

Karena derita penyiksaan begitu hebatnya, mereka tak dapat lagi melihat dengan jernih. Agama beserta pemuka agamanya disingkirkan dari kehidupan mereka. Mereka mengamuk melepaskan rantai – rantai pencabut nyawa – nyawa manusia. Kini mereka tersedot dalam lingkaran kebebasan. Tak ada yg bisa menyetopnya. Tak ada lagi nilai salah benar dalam kamus mereka.

Berdirinya gereja gereja setan, adalah jawaban atas balas dendam Tuhan yang jahat. Salah satu gereja ” 𝘚𝘢𝘵𝘢𝘯𝘴𝘬𝘦𝘳𝘬 ” berada di jantung ibu kota negeri mungil ini.

Tak sampai disitu, kebebasan dalam menafsirkan kitab suci menjadi biasa. Gereja –  gereja telanjang mulai tumbuh sebab ” katanya” saat Adam dan Eva dipertemukan juga dalam keadaan tak berbusana.

Menurut Prof. Naquib Alatas, disinilah perbedaan antara peradaban Barat dan peradaban Islam. Tersebab sakit yang begitu hebatnya, peradaban Barat ini berubah tanpa parameter, bebas bergulir lepas entah dimana titik hentinya, sementara peradaban Islam punya stabilisator, meskipun dinamis, namun ada nilai nilai abadi yang tak mungkin berubah.