Oleh : Teuku Fajar Shadiq (Dosen Universitas Islam Syekh-Yusuf) 

Mengukur Ancaman

Tiada seorang ahli pun yang mampu memperkirakan dalam waktu berapa lama wabah virus ini akan berakhir, beberapa lembaga atau pengamat hanya dapat memperkirakan dampak atau ancaman resesi ekonomi yang diukur dari indikator pertumbuhan akibat terjadinya perlambatan ekonomi.

Bagi Indonesia sebagian pihak memperkirakan pertumbuhan kita hanya akan mampu menyentuh angka 4.8% atau lebih rendah dari target psikologis pertumbuhan ekonomi sebesar 5.1% atau bahkan lebih rendah lagi.

Semua bergantung pada ketahanan fundamental ekonomi serta berapa lama peristiwa ini akan berlangsung, bahkan Italia yang merupakan negara dengan victims terbesar akibat virus corona.

Diperkirakan pertumbuhannya minus atau dapat diartikan sebagai resesi, begitu pula Tiongkok atau China yang diperkirakan turun petumbuhan ekonominya. Industri China menghadapi tekanan produksi, selain aktivitas terbatasi persoalan lain adalah kebijakan lockdown, memperpanjang masa libur, menjadikan para pekerja yang berasal dari wilayah pinggiran atau pedesaan tidak dapat memasuki wilayah perkotaan.

Selain itu, industri manufaktir terganggu dan dipastikan memangkas pendapatan, walau di sisi lain Pemerintah China melakukan langkah ekonominya seperti menurunkan suka bunga dan fasilitas pinjaman lunak agar gerak industri terjaga.

Benturan Ekonomi Lapis Bawah

Skala ekonomi pedagang level ultra dan mikro sangat dipengaruhi akibat persoalan virus ini, kebijakan Work From Home berdampak pada kegiatan barang/jasa yang ditawarkannya.

Walaupun sebenarnya konsumsi rumah tangga turun terjadi sebelum outbreak virus corona dari angka 5% ke 4.97% (yoy).  Apalagi dengan kebijakan Work From Home dipastikan akan mengganggu pendapatan mereka dalam membiayai kebutuhan ekonomi nya sehari-hari.

Dampak yang ditimbukan akibat persoalan dengan penurunan pendapatan berimplikasi pada ketidakcukupan pemenuhan kesehatan, pendidikan hingga pemenuhan kebutuhan pokok lainnya, kita tidak berharap hal ini terjadi karena begitu besar masyarakat yang bergantung pada skala usaha pada level ini.

Muslim Brotherhood

Bagi umat Muslim di Indonesia dan seluruh dunia yang berjumlah 1.8 Milyar dari total seluruh penduduk dunia, pandemi Covid-19 merupakan tantangan sekaligus ujian untuk di hadapi. Kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum kita juga wajib melaksanakan ikhtiar melalui kemampuan kita untuk menghadapi peristiwa ini.

Kita mesti meyakini bahwa semua kejadian ini merupakan atas izin Allah dan sudah selayaknya kita memohon perlindungan kepadaNYA, sesuai terjemahan Surat Yusuf : 64 “Allah adalah sebaik-baiknya penjaga dan DIA lah yang Maha Penyayang di antara para penyayang”.

Makna lain dari terjemahan surat tersebut menjadi isyarat bagi umat Manusia untuk saling mencintai serta saling membantu satu dengan lainnya, jangan biarkan saudara-saudara kita larut dalam kesulitan. Semestinya kita harus memperhatikan dan menyayanginya sebagaimana Allah sayang pada diri kita. Kita bergandeng tangan (hand in hand), tingkatkan solidaritas dengan membantu saudara saudara kita yang menjalankan kehidupannya pada usaha ultra dan mikro apapun bentuk, model serta jenis usaha yang mereka lakukan.

Kita lakukan upaya untuk membelanjakan harta dan materi yang kita miliki dengan semaksimal mungkin mengkonsumsi barang/jasa yang merupakan produktifitas hasil mereka. Namun tentunya dengan memperhatikan aspek kesehatan di tengah suasana seperti ini. Kita sama sama jaga, agar ekonomi masyarakat kecil tidak lumpuh, daya beli mereka terjaga dan mereka dapat survive keluar dari tantangan kesulitan ini.

Sesuai dengan tujuan (Maqasid Syariah) hidup seorang Muslim yaitu Well-being, mencari keberkahan serta keselamatan Fid Dunya Wal Akhirah yaitu Jiwa, Akal, Harta, Tahta serta Keturunan kita untuk umat.

Islamization of Economy

Teringat sepenggal syair, “Anugerah dan bencana seluruhnya adalah kehendakNYA, kita mesti tabah menjalani”. Kita harus selamatkan Saudara- saudara kita tanpa mengenal latar belakang kesukuan dan agama, jangan hanya menjadi pewarta dan pemirsa, lakukan ikhtiar serta upaya yang sederhana sekalipun.

Selamatkan ekonomi mereka yang tengah bertarung menjalani usahanya, jalani konsepsi Muslim Solidarity, laksanakan Sharing Economics. Perintah agama sangat jelas dalam Al Qur’an Surah Al-Maidah Ayat 2, oleh Ibnu Katsir menafsirkannya sebagai “al-birru”, memerintahkan untuk seluruh orang-orang yang beriman untuk berbuat kebaikan dengan cara tolong-menolong atau konsepsi Islam yang diterjemahkan kedalam praktek ekonomi sebagai “Ta’awun”.

Insya Allah pandemi Covid-19 ini tidak berlangsung lama, Ramadhan bulan penuh Rahmat semakin dekat, puncak kebutuhan semakin tinggi mengingat populasi penduduk Muslim sebesar 87% akan menjalaninya dan berdoa seraya kepada Allah agar dapat menjalaninya dengan Khidmat dan Khusyu.

Kita juga do’akan para Pemimpin kita dalam menghadapi kondisi yang amat dilematis ini, dimana harus mempertimbangkan keselamatan rakyatnya dan potensi terjadinya economic declined atau recession. Wallahu A’lam (selesai)