BERITABETA.COM – Siapa yang tak kenal dengan Ustadz Abdul Somad (UAS)?. Sebagai seorang pendakwah videonya pun banyak menyebar di media sosial dan  sudah populer di seluruh penjuru Indonesia. Dia sempat dilarang Ormas di Bali dan terakhir diusir dari Hongkong. Terlepas dari itu, Ustad Abdul Somad adalah sosok ulama cerdas dengan latar belakang pendidik Islam yang mempuni.

Banyak kalangan yang bersimpati dan ada juga yang tidak peduli. Sebelumnya Ustad Abdul Somad menjadi korban dugaan persekusi oleh beberapa ormas di Bali saat hendak menjadi penceramah di sebuah acara tabligh akbar. Saat menginap di Hotel Aston Denpasar Bali, tiba-tiba datang sekelompok massa ke tempat menginapnya.

Ormas yang datang menilai Abdul Somad tidak memiliki jiwa nasionalisme, tidak NKRI, serta dalam berbagai ceramahnya dianggap mendiskreditkan beberapa pihak, sehingga masa menolak ustad asal Riau itu untuk berdakwah di Bali.

Peristiwa terakhir, lagi-lagi Abdul Somad kembali mendapat perlakuan negatif saat hendak berceramah. Kali ini terjadi saat dirinya berkunjung ke Hongkong memenuhi panggilan jamaah ta’lim asal Indonesia yang menetap di Hongkong.

Sesaat setelah dia mendarat, Abdul Somad dihadang oleh beberapa orang petugas kemudian dipisahkan dengan rombongannya untuk dilakukan intograsi dan penggeledahan. “Begitu sampai (Hongkong) ada beberapa orang menunggu keluar dari pintu pesawat, saya dipisah,” kata Abdul Somad.

Selama 30 sampai 45 menit dilakukan penggeledahan, akhirnya petugas Bandara meminta Abdul Somad untuk pulang kembali ke Indonesia tanpa alasan yang jelas. “Saya (Abdul Somad) tanya kenapa? Dia (petugas) bilang kita belum bisa memberi izin untuk masuk tanpa menyebut alasan,” lanjut Ustad Somad.

Nama Ustaz Abdul Somad semakin melejit setelah direkomendasikan oleh para ulama sebagai salah satu cawapres Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.

Di detik-detik akhir atau ‘last minutes’ masa kampanye pemilihan presiden 2019. Pendakwah kondang Indonesia yakni Ustad Abdul Somad (UAS), Ustad Adi Hidayat (UAH) dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menjatuhkan pilihan kepada pasangan Prabowo-Sandi.

Pada Kamis (11/4), UAS bertemu Prabowo untuk menitipkan sejumlah pesan yang berasal dari ulama penjuru negeri. Esok harinya, giliran UAH yang mendatangi kediaman mantan Danjen Kopassus itu untuk menyampaikan pesan yang tidak jauh berbeda.

Video pertemuan UAS dengan Prabowo menjadi viral. Banyak pesan yang dititipkan UAS kepada capres nomor urut 02 itu. Walau demikian, tak banyak orang yang mengetahui latar-belakang Ustaz Abdul Somad.

UAS lahir pada hari Rabu, 18 Mei 1977 atau 30 Jumadil Awal 1397 H di sebuah kampung yang bernama Silo Lama, Silau Laut, Kabupeten Asahan, Sumatera Utara.

Moyangnya adalah Syekh Abdurrahman yang pernah belajar ilmu agama Islam di Mekkah, Arab Saudi. Sepulangnya dari Mekkah, Syekh Abdurrahman menghadap Sultan Asahan dan diberikan sebidang tanah yang kemudian di atasnya dibangun sebuah rumah.

“Lalu dibuatnyalah rumah yang masih ada sampai sekarang, namanya rumah besar, satu arsitek dengan Istana Lima Laras di kabupaten Batubara, Sumatera Utara,” ujar Ustaz Abdul Somad.

Di tempat itulah Syekh Abdurrahman membangun biduk rumah tangga hingga turun-temurun sampai ke generasi Ustaz Abdul Somad.

“Kemudian beranak pinaklah Syekh Abdurrahman tadi, punya anak perempuan bernama Siti Aminah, Siti Aminah punya anak perempuan bernama Hajjah Rohana, Hajjah Rohana punya anak itulah saya Abdul Somad,” tutur UAS.

Walaupun moyangnya adalah seorang Syekh, Ustadz Abdul Somad tidak dianggap demikian, sebab Sumatera Utara menganut paham patrilinial atau berdasarkan keturunan ayah.

“Tapi saya tidak dianggap keturunan Tuan Syekh karena dari pihak perempuan. Makanya kalau ada yang bertanya keturunan Tuan Syekh, tidak saya bilang. Terus, ayah saya petani, orang biasa. Kami bukan keturunan bangsawan, bangsa yang hidup di awan,” kata UAS.

Ustaz Abdul Somad menempuh pendidikan dasar di SD Al-Washliyah Medan dan tamat tahun 1990. Ia lalu melanjutkan ke MTs Mu’allimin Al-Washliyah yang juga masih di Medan dan tamat tahun 1993. Selama satu tahun setelahnya, UAS menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Arafah, Deliserdang, Sumatera Utara.

Kemudian keluarga UAS memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, bekas kerajaan Melayu Pelalawan yang merupakan pecahan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Di tanah perantauan itu UAS melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu sampai lulus tiga tahun kemudian. Pada tahun 1998, UAS mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. UAS dan 99 orang lainnya berhasil menyingkirkan 900 peserta yang ikut seleksi.

“Lalu kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar tahun 1998 sampai 2002. Empat tahun saya pulang, melanjutkan ke UKM, Universiti Kebangsaan Malaysia jurusan FPI, Faculti Pengajian Islam,” ucap Ustad Abdul Somad. Namun di UKM Malaysia, UAS hanya sempat kuliah selama dua semester saja.

Ia kemudian mendapatkan beasiswa S2 dari The Moroccan Agency of International Cooperation di Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko.

“Lalu dapatlah tahun 2004 saya berangkat, 2006 akhir dapatlah gelar setelah dua tahun di sana dari Darul Hadits di Rabat, nama gelarnya DESA. Tapi malu saya memakainya. Masa jauh-jauh balik Desa. Jadi saya tulis ajalah Lc, MA. Karena kebanyakan orang pakai MA,” kata UAS.

Menurutnya, Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko, setiap tahunnya hanya menerima 20 mahasiswa melalui jalur beasiswa. 15 di antaranya diperuntukkan bagi pelajar Maroko dan 5 sisanya diperebutkan oleh pelajar dari seluruh dunia.

Ustad Abdul Somad (kiri) bersama KH Dr Ahmad Fauzi Tidjani saat berada di Hotel C1 Sumenep dalam sebuah kesempatan.

“AMCI memberi beasiswa tujuh tahun, saya baru habiskan dua tahun, berarti ada jatah lima tahun lagi. Tapi kata emak saya waktu saya mau lanjut Doktor, tak ada gunanya kau balik Doktor kalau aku almarhumah. Akhirnya saya baliklah. Itulah mengapa saya tak Doktor. Kesal seumur hidup tak dapat dijemput balik. Makanya kalau udah salaman, kenalkan Doktor, aduh ciut saya,” ujar UAS.

Setelah selesai wisuda, UAS menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi. Kebetulan waktu itu musim haji pada bulan Desember. Selesai berhaji, UAS terbang dari Jeddah ke Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam menggunakan pesawat Royal Brunei.

“Itulah singgah saya ke rumah guru saya Haji Armawi Abdurrahman. Beliau juara Musabaqoh Tahfiz Quran di Mekkah Al-Mukarramah tahun 1987-1988. Kemudian beliau mengajar di Pondok Tahfiz Quran. Jadi saya dapat info, ustad saya mau datang ke Brunei, datanglah, maksudnya mau transit kalau bisa dapat kerja di Brunei,” tutur UAS.

Setelah melamar pekerjaan ke sejumlah tempat, UAS lalu pulang ke rumah orangtuanya di Riau dan menjadi dosen di sebuah universitas swasta.

Ia kemudian mengikuti tes untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. UAS mendapatkan kabar bahwa dirinya diterima sebagai dosen kontrak di universitas yang ada di Brunei Darussalam.

“Hari itu pikiran bercabang. Kata emak saya tak usahlah kau pergi lagi karena sudah terlalu lama jauh. Anak tak banyak, saya anak pertama adik saya anak ke-dua. Kau di sini sajalah walaupun hujan batu di sini hidup juga kau nanti. Itu skenario Allah SWT,” ucap UAS.

Ustaz Kondang

Berbekal ilmu agama yang cukup, Abdul Somad menjadi penceramah agama hingga ia dikenal sebagai ustaz. Namanya tersohor karena materi ceramahnya sering diunggah ke youtuube. Tak hanya orang Riau, tapi pelosok Indonesia pun bisa menyimaknya lewat jejaring media sosial.

Pria yang kerap menggunakan peci ini memiliki kajian-kajian yang tajam dan lugas. Banyak orang yang menyukai tausiahnya karena dikemas dengan menarik. Ceramahnya juga mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.

Selain sebagai ustaz, Abdul Somad juga menjadi dosen di beberapa Perguruan Tinggi Islam. Ia mengajar Bahasa Arab, Tafsir dan Hadits, dan Agama Islam. Tak hanya itu, ia juga anggota Komisi Pengkajian dan Keorganisasian, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau dan Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Riau.

Ustaz Abdul Somad juga terbilang produktif dengan telah merilis beberapa buku di antaranya yaitu 37 Masalah Populer, 99 Pertanyaan Seputar Sholat, 33 Tanya Jawab Seputar Qurban, dan 30 Fatwa Seputar Ramadhan. Selain itu, juga menerjemahkan karya ilmiah luar ke dalam bahasa Indonesia.

Nama Ustaz Abdul Somad mendadak ramai dibicarakan di dunia sosial media terkait komentarnya terhadap artis Rina Nose yang membuka hijabnya. Namanya kembali mencuat tatkala safari dakwahnya di Bali pada 8 Desember 2017 dijegal oleh kelompok ormas yang mengatas namakan Komponen Rakyat Bali (KRB) dan anggota DPD RI, Arya Wedakarna. Namun, dengan keyakinan dan keberaniannya serta negosiasi yang alot, ustaz Abdul Somad akhirnya tetap berdakwah di Bali. Ia menolak dituduh sebagai ustaz anti NKRI, bahkan ia dengan lantang tidak akan tunduk atas intimidasi preman-preman bungkus nasi.   (berbagai sumber) 

PENDIDIKAN

SD al-Washliyah, Medan (1984-1990)

MTs Mu’allimin al-Washliyah, Medan (1990-1993)

Pesantren Darularafah Deliserdang Sumatera Utara (1993-1994)

Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragini Hulu, Riau (1994-1996)

UIN SUSKA Riau

S1 Al-Azhar University, Mesir

S2 Daar al-Hadits Al-Hassania Institute, Maroko (2008)

KARIER

Penceramah Agama

Dosen Bahasa Arab di Pusat Bahasa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau

Dosen Tafsir dan Hadits di Kelas Internasional Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA, Riau

Dosen Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar, Yayasan Masmur Pekanbaru

Anggota MUI Provinsi Riau, Komisi Pengkajian dan Keorganisasian (2009-2014)

Anggota Badan Amil Zakat Provinsi Riau, Komisi Pengembangan (2009-2014)

Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau (2009-2014)

Karya Buku

37 Masalah Populer

99 Pertanyaan Seputar Sholat

33 Tanya Jawab Seputar Qurban

30 Fatwa Seputar Ramadhan