Meski berjasa bagi banyak masyarakat, seseorang tetap tidak bisa menghindar dari penyakit. Pertengahan Januari lalu, Sutopo divonis menderita kanker paru-paru stadium 4. Di tengah kesakitannya, Sutopo masih menjalankan tugasnya dalam menyebarkan informasi terkait bencana,”

BERITABETA. COM – Indonesia menjadi negara yang rawan terhadap bencana. Ini menyusul letak geografisnya yang berada di atas kawasan ring of fire atau cincin api. Tak hanya memiliki gunung berapi yang masih aktif, Indonesia juga mengandung ratusan sesar aktif di perut Ibu Pertiwi. Kondisi ini dapat memicu potensi bencana yang menerjang Indonesia kapan saja.

Di saat bencana melanda, ada sosok yang selalu menjadi andalan masyarakat Indonesia. Ia adalah Sutopo Purwo Nugroho. Kepala Humas Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) ini selalu dinantikan informasinya terkait kondisi terkini dari bencana tersebut.

Dengan detail dan penuh kesabaran, Sutopo menjelaskan segala hal terkait dengan bencana. Mulai dari perkembangan jumlah korban meninggal, kondisi para pengungsi, hingga terkait masalah teknis penanggulangan bencana.

Sutopo Purwo Nugroho kembali mendapat perhatian luas atas sepak terjangnya. Media internasional asal Amerika Serikat (AS), New York Times, memuat hasil wawancara khusus dalam sebuah artikel yang dirilis pada Jumat 28 Desember 2018 lalu

Wartawan New York Times, Richard D Paddock, datang ke Indonesia untuk mewawancara dan melakukan sesi foto khusus dengan Sutopo. Penggemar Raisa itu dinilai menginspirasi karena berdedikasi, tetap sigap memberikan informasi seputar bencana di Tanah Air, di tengah penyakit kanker paru-paru stadium 4 yang dideritanya.

Sebagaimana dikutip dari artikel terkait pada Senin (31/12), New York Times menulis bahwa Sutopo Purwo Nugroho (49) telah menggunakan waktu yang tersisa (divonis hidup tiga tahun lagi) untuk fokus mengurusi pekerjaannya, di mana hal itu berhasil menuai kekaguman dari rekan senegaranya dan mendapatkan banyak pengikut di media sosial.

Sutopo memberikan penjelasan tentang gempa yang terjadi di Indonesia

Kicauannya di Twitter dipenuhi dengan video dramatis tentang tanah longsor, banjir deras, dan gunung meletus, yang diselingi dengan beberapa foto dirinya menjalani kemoterapi di rumah sakit Jakarta.

“Ketika ada bencana dan saya harus melakukan konferensi pers, adrenalin saya meningkat dan bahkan lupa jika saya sedang sakit,” katanya kepada New York Times. “Begitu sampai di rumah, saya baru merasakan sakitnya.”

Pak Topo, begitu ia akrab disapa, tumbuh besar di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tidak jauh dari Gunung Merapi, yang merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Ia meraih gelar S1 pada disiplin ilmu geografi dari Universitas Gadjah Mada, serta gelar doktor dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dari Institut Pertanian Bogor.

Selama 16 tahun, Sutopo Purwo Nugroho bekerja untuk lembaga pemerintah sebagai peneliti, terutama pada masalah air. Ia juga diketahui menjadi sosok yang sigap menyampaikan informasi ketika bendungan Situ Gintung jebol pada 2009 lalu, menewaskan lebih dari 100 orang.

Sutopo menganalisis foto-foto bendungan itu dan mengumumkan kepada publik bahwa keretakan pada struktur tersebut menyebabkannya gagal. Sebelumnya, Sutopo juga masuk sebagai salah satu penerima penghargaan The First Responders, dalam ajang tahunan The Straits Times Asian of the Year. Pengumuman terkait disampaikan pada Rabu 28 November, di tengah pelaksanaan Global Outlook Forum 2019, yang diadakan oleh surat kabar The Straits Times di Singapura.

“Ketika malapetaka menyerang, naluri alami manusia adalah melarikan diri. Namun ada jenis manusia yang, daripada meninggalkan tempat kejadian, berputar untuk menghadapi bahaya dan bertarung mempertaruhkan nyawa, mereka melindungi orang keselamatan orang lain. Keempatnya adalah contoh terbaik tentang kemanusiaan,” tulis berkas sambutan penghargaan terkait, sebagaimana dikutip dari The Straits Times.

Dalam memutuskan Sutopo dan tokoh-tokoh lainnya yang masuk ke dalam daftar The First Responders, yang merupakan kedua kalinya dilakukan sejak pertama kali dihelat pada 2012, para editor The Straits Times mengingat fakta bahwa di seluruh Asia, skala bencana dan dampak kerusakan yang diakibatkannya telah meningkat selama satu dekade terakhir.

Tahun ini, kata mereka, Jepang mengalami beberapa kali banjir terburuk dalam ingatan sejarah, begitu juga hal serupa terjadi di negara bagian Kerala di India Selatan.

Mereka juga menyinggung tentang beberapa kali gempa parah yang terjadi di Indonesia, seraya menambahkan bahwa total empat negara di Asia Tenggara masuk ke dalam daftar 10 wilayah paling rawan bencana akibat perubahan iklim.

Seorang Penyintas Kanker

Meski berjasa bagi banyak masyarakat, seseorang tetap tidak bisa menghindar dari penyakit. Pertengahan Januari lalu, Sutopo divonis menderita kanker paru-paru stadium 4. Di tengah kesakitannya, Sutopo masih menjalankan tugasnya dalam menyebarkan informasi terkait bencana.

Hingga saat ini, Sutopo masih bertahan dalam kondisi penyakit yang sama. Tetapi ia tetap bersemangat dan menunjukan dedikasinya terhadap pekerjaan yang ia emban. Bahkan setelah selesai menerima infus di rumah sakit, ia langsung kembali menyebarkan informasi tentang Gempa Palu dan Donggala.

Selesai infus di rumah sakit langsung konferensi pers di depan 135 orang media asing dan nasional. “Rasanya sedang memberikan kuliah umum di depan mahasiswa dari berbagai media. Selalu saya sisipkan pengetahuan baru tentang kebencanaan, gempa, geoscience, tsunami dll.” pic.twitter.com/hpoCTpQRtO

— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) October 1, 2018

Penulis Jurnal Ilmiah

Latar belakang orangtua yang berprofesi sebagai Guru SD di Boyolali menjadi salah satu landasan cita-cita Sutopo menjadi seorang guru. Setelah menyelesaikan pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor, Sutopo juga menjadi dosen di Pascasarjana UI, IPB, dan Universitas Pertahanan. Sutopo juga sering mengajar di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI.

Sejak masih menjadi mahasiswa, Sutopo telah memenangkan juara lomba karya tulis inovatif tingkat nasional dua tahun berturut-turut. Ia bahwa menjadi mahasiswa teladan, wisudawan terbaik, dan meraih cum laude di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Karya tulis ilmiah yang ditulis Sutopo tidak hanya masuk ke jurnal ilmiah nasional, tetapi juga internasional. Ada 77 artikelnya yang masuk ke jurnal ilmiah nasional, dan 7 yang masuk ke jurnal ilmiah internasional. Sutopo juga pernah menjadi pembicara dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, dan bahkan melakukan penelitian dengan dana riset luar negeri.

Penggemar Raisa

Di balik pekerjaannya yang menantang, Sutopo tetaplah pria biasa yang bisa mempunyai kegemaran. Untuk Sutopo, publik figur yang ia gemari adalah Raisa. Sutopo sempat me-mention akun penyanyi ‘Serba Salah’ ini.

Meski kanker paru stadium 4B, saya tetap berusaha melayani media dan masyarakat dengan baik. Untuk rekan penyintas kanker. Jangan patah semangat. Tetap sabar, kerja dan berdoa. Hidup itu bukan panjang-pendeknya usia. Tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain.@raisa6690 pic.twitter.com/RZVSnSOTkW — Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) October 1, 2018

Warganet merespons tweet tersebut dengan memviralkan tagar #RaisaMeetSutopo. Tagar itu tak lepas dari perhatian Raisa.

Hari ini twitterku ramai dengan #RaisaMeetSutopo, dan ngebaca semua cerita di tweet temen2, bikin aku rasanya udh kenal deket sama Pak Sutopo yang disayang banyak orang. Semangat dan terus menginspirasi ya Pak @Sutopo_PN 🙂 — Raisa Andriana (@raisa6690) October 2, 2018

Sutopo pun akhirnya meresponi tagar itu dengan kolase foto dirinya dan Raisa. Ia juga menyebut Raisa sebagai sosok yang inspiratif.

Masya Allah, saya tidak tahu kalau #RaisaMeetSutopo di medsos sampai trending topic. Raisa adalah inspiratif. Jika bertemu nanti saya malah bisa “Terjebak Nostalgia”. Bisa “Serba Salah”. Malah sampai “Jatuh Hati” & akhirnya menganggap sebagai “Mantan Terindah” haha.. @raisa6690 pic.twitter.com/AsJoLlvxQl — Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) October 2, 2018

Dalam tweet tersebut, Sutopo menyebut empat judul lagu istri Hamish Daud ini, yakni Terjebak Nostalgia, Serba Salah, Jatuh Hati, dan Mantan Terindah. Ia juga kembali me-mention akun Twitter Raisa.

Pertemuan antara Raisa dan Sutopo akhirnya terjadi pada Rabu (3/10/2018). Kala itu, Sutopo yang sedang menggelar jumpa pers terkait penanganan gempa bumi dan tsunami Palu dan Donggala didatangi oleh sesosok perempuan berjilbab. “Pak Sutopo ada video call dari Raisa,” ujar perempuan tersebut.

Sutopo yang kala itu sedang berbincang-bincang dengan wartawan langsung mengambil handphone dan menyapa Raisa. Dalam perjumpaan singkat itu, Sutopo tak hanya menyampaikan rasa kagumnya kepada Raisa tetapi juga berpesan agar Raisa menjaga kesehatannya.

Raisa pun membalas doa yang disampaikan Sutopo. “Bapak juga semangat terus ya,” balas Raisa. “Take care,” ‎ucapan Sutopo itu disambut riuh oleh para wartawan yang hadir. (BB- berbagai sumber)