BERITABETA.COM – Sosoknya jadi viral di media sosial, lantaran menjadi buruan orang, sejak penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara.

Pria paruh baya ini bernama Yan Mongula. Apa sebabnya?  Yan, merupakan petani yang berhasil  membuat cairan antiseptik pembersih tangan (hand sanitizer) dari bahan baku Cap Tikus (miras tradisional) yang di Maluku biasa disebut Sopi.

Seiring masker dan hand sanitizer menjadi barang langka di pasaran, Yan Mongula malah kewalahan melayani konsumen yang terus memasan hasil karyanya.

Seperti dikutip dari manadopedia.com, Yan Mongula, seorang petani Seho (aren) asal Sulawesi Utara.  Ia kembali memproduksi hand sanitizer berbahan dasar cap tikus. Produk ini dilabeli merk SEHO itu laris manis di pasaran.

Dengan kadar alkohol di atas 70 persen, produk olahan Yan memenuhi persyaratan WHO sebagai cairan antiseptic untuk membunuh kuman dan virus.

“Semoga antiseptic SEHO ini bisa ikut  menolong pencegahan corona di Sulawesi Utara” katanya.

Yan Mongula menceritakan jatuh bangun yang pernah dialami. Dikisahkan, hand sanitizer produksi industri rumahan ini sudah dimulai sejak enam tahun lalu (2014). Sayang, usahanya tak mendapatkan dukungan banyak pihak.

“Khusus produk Hand Sanitizer bahan dasar cap tikus sudah beberapa kali dia tawarkan di apotek dan rumah sakit tetapi tidak digubris,” jelasnya.

Selain hand Sanitizer, Yan Mongula juga memproduksi Bio Ethanol, gula aren dan berbagai olahan dari pohon seho.  Satu hal yang dititipkan Yan Mongula, agar pemerintah dan aparat melihat hasil usahanya.

Cairan antiseptik pembersih tangan (hand sanitizer) hasil karya Yan Mongula dari bahan baku Cap Tikus (miras tradisional) yang di Maluku biasa disebut Sopi.

“Kami mengembangkan industri olahan dari pohon Seho, Ini adalah potensi masa depan petani Sulawesi Utara. Jangan dikejar-kejar atau ditangkap,” pungkasnya.

Cap tikus sendiri merupakan minuman beralkohol khas Sulawesi Utara hasil olahan dari pohon Seho. Petani cap tikus sering menjadi kambing hitam seiring maraknya aksi kriminalitas yang terjadi. Hal ini terus menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat, pemerintah dan aparat.

Terkonfirmasinya kasus positif COVID19 di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (14/3/2020), membuat Pemerintah Provinsi mengambil sejumlah langkah pencegahan penyebaran.

Salah satunya dengan  membagikan hand sanitizer berbahan dasar cap tikus kepada masyarakat. Pemprov bahkan sudah memasok 30 galon @30 liter Cap Tikus dengan kadar alkohol 50 persen dari daerah penghasil.

“Hand Sanitizer yang langka di pasaran ternyata boleh dibuat dengan cap tikus, dengan catatan alkoholnya harus kadar 50 persen,” kata Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, Rabu (18/03/2020).

Kandouw juga menjelaskan, larutan berbahan cap tikus ini bisa dipakai untuk penyemprotan disinfektan. Rencana Pemprov tersebut disambut baik masyarakat. Namun sebagian masyarakat yang kritis mempertanyakan kadar alkohol 50 persen yang disyaratkan Pemprov Sultra.

Unsrat Produksi Massal Hand Sanitizer

Selain Yan, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), melalui Fakultas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), juga akan memproduksi antiseptik dan hand sanitizer sekitar 100 liter/hari dengan menggunakan bahan Cap Tikus, produk alkohol tradisional.

Dekan FMIPA Unsrat, Prof Benny Pinontoan menyampaikan bahwa produksi antiseptik dan hand sanitizer massal ini wujud kepedulian Unsrat sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran virus covid di masyarakat.

Untuk tahap pertama produk ini untuk kalangan warga kampus namun akan diproduksi massal untuk masyarakat umum.

“Semoga dapat membantu untuk pencegahan virus dan bentuk pengabdian dan kepedulian Unsrat pada masyarakat,” ucapnya seperti dikutip dari komentaren.net, Sabtu (21/03/2020)

Sementara itu, Kepala Jurusan Fisika FMIPA Unsrat, Dr Hanny Sangian yang merupakan otak dibalik pembuatan Cap Tikus menjadi alkohol 96% mengatakan teknologi antiseptik dan hand sanitizer dibuat berdasarkan paten dengan nomor register P14201803714 dengan holder Unsrat.

“Kami menggunakan teknologi reflux dengan packing material berpori. Untuk itu, kami menambahkan aroma dari essential oils untuk meminimalkan bau cap tikus yang cukup menyengat,” terang pemilik Publikasi 19 Jurnal Terindeks Scopus dan Index Author 5 ini.

Dia menjelaskan pentingnya menggunakan riset dan pengembangan dalam pembuatan antiseptik dan hand sanitizer. “Antiseptik dan hand sanitizer yang diracik di laboratorium Unsrat ini sudah standar WHO dan melalui analisis komposisi, jadi aman digunakan,” kata Sangian yang merupakan satu-satunya Doktor Teknik Kimia di Sulawesi Utara.

Menurutnya, tim ahli yang ada di laboratorium siap membantu pihak terkait jika memang ingin memproduksinya. “Ada juga UKM Seho Minahasa dibawah pimpinan Yan Mongula yang sejak 2017 bekerjasama LPPM Unsrat,” ungkapnya.

Adapun saat ini, FMIPA Unsrat telah membeli sekitar ratusan liter Cap Tikus asal Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan guna diubah menjadi alkohol 96%. Nantinya alkohol dari bahan Cap Tikus tersebut akan dibuat antiseptik dan hand sanitizer secara massal. Rencana Unsrat akan memproduksi antiseptik dan hand sanitizer sekitar 100 liter/hari.(BB-MD-DIO)