Masyarakat Maluku, kata Murad Ismail adalah masyarakat yang terbiasa dengan sikap toleransi tinggi terhadap perbedaan agama, status sosial, sentra budaya dalam semangat bhineka tunggal Ika dan NKRI.

Gubernur juga berharap, festival ini dapat menghasilkan semangat kebersamaan dan solidaritas secara harmonis untuk membangun Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.

“Pemprov Maluku menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang telah menaruh perhatian penuh terhadap sektor pariwisata di Maluku. Kami berharap semua yang hadir dalam pembukaan festival ini, diberkahi oleh Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa,” harapnya.

Dikatakan, pariwisata Maluku dapat bangkit dan terus berinovasi memberikan distribusi positif bagi pembangunan Maluku yang terkelola secara jujur, bersih dan melayani serta terjamin dalam keseteraan. 

Sementara itu, Menteri Sandiaga Salahuddin Uno dalam kesempatan itu menyatakan dukungannya atas diselenggarakannya festival ini. Event ini, kata Sandiaga menunjukkan sebuah bentuk apresiasi masyarakat Maluku khususnya Banda, untuk mengenang dua tokoh perjuangan nasional tersebut.

“Tentu selama enam tahun berada di pengasingan, Hatta –Sjahrir tidak berhenti berjuang. Keduanya justur diketahui membantu anak-anak Banda dalam hal pendidikan,” ungkapnya.

Untuk diketahui, event ini digagas untuk mengenang kembali perjuangan Bung Hatta dan Sjahrir selama 6 tahun masa pengasingan mereka di Banda Naira. Semangat juang keduanya, yang tidak pernah padam dengan dukungan masyarakat Banda yang terbuka dan ramah, menjadi teladan bagi setiap generasi.

Turut hadir secara virtual, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Keynote Speaker Seminar Nasional Hatta – Sjahrir, Meutia Farida Hatta/Rabyah Parvati Sjahrir/Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, para narasumber Babe Ridwan Saidi/M.J Huliselan dan Forkopimda Maluku/Sumbar (*)

Pewarta : Febby Sahupala