BERITABETA.COM, Ambon – Pada tahun politik, suhu politik memanas. Tidak sampai sebulan lagi, presiden baru sudah terpilih. Siapapun yang terpilih, jangan sampai persaudaraan di Maluku menjadi hancur berkeping.

Begitulah pendapat Habiba Pelu dari Tim Pemenangan Daerah Jokowi-Amin maupun M. Taufik Saimima dari Badan Pemenangan Daerah Prabowo-Sandy.

Habiba Pelu dan M. Taufik Saimima sama-sama menyatakan menolak hoaks dalam perhelatan politik mutakhir yakni pemilihan presiden. Hal itu diungkapkan dalam diskusi di D’Lekker Food Court Tanah Tinggi Ambon, Senin (18/3) malam ini.

Kedua tokoh diundang hadir dalam diskusi tersebut oleh The Kacamata Project. Diskusi bertajuk “Orang Muda dan Hoaks Para Calon Presiden. Selain kedua narasumber, hadir pula barasumber Ustuti Usman Marasabessy dari Bawaslu Maluku dan Kompol Max Tahiya dari Dirkrimsus Polda Maluku.

Ada juga panelis Ketua AJI Ambon Abdul Karim Angkotasan dan Ketua Relawan TIK Maluku Semuel Toding. Reree Khairiyah yang menjadi pemandu diskusi lebih dulu memancing pendapat kedua tim pemenangan calon presiden.

Menurut Reree, pada tahun politik ini banyak berita di medsos mengandung ujaran kebencian yang menyebabkan polarisasi dalam masyarakat Indonesia yang berazas Pancasila.

Ia mempertanyakan, apakah hoaks menjadi strategi pemenangan kedua tim. Menanggapi pancingan Reree tersebut, baik Habiba Pelu maupun Taufik Saimima sama-sama menepisnya. Menurut keduanya, cara-cara kampanye dengan hoaks sama sekali tidak menjadi bagian dari strategi pemenangan.

Habiba Pelu bahkan mengatakan, dalam Islam, terdapat ajaran bahwa fitnah lebih kejam dari membunuh. Sebab itu, menghadapi hoaks dalam politik, ia menyerukan semua pihak harus sanggup memfilter diri sehingga hoaks bisa ditepis.

“Di HP saya, semuanya terbuka.  Banyak sekali akun palsu dengan ujaran kebencian. Kita harus siap bentengi diri. Tidak perpanjang. Sebab itu, kita harus cek informasi yang datang,”papar Habiba.

Diakui Habiba, saat ini suhu politik memang memanas, akan tetapi selalu harus ada etika. Dia menyebutkan bahwa berpolitik itu seni sehingga harus dilakoni dengan penuh kedewasaan.

“Jika ada ujaran kebencian, mari kita lakukan pendewasaan diri. Ada akun palsu di sini dan di sina, sehingga jikaada hoaks, mari kita cari solusi. Bukankah kita ini punya Bineka Tunggal Ika. Mari kita jaga supaya tidak kita hancur berkeping,” papar Habiba. Sekarang fitnah di medsos.

Dulu duduk cerita orang sana sini, tetapi tidak termediakan tetapi sekarang orang produksi hoaks di medsos. Kini dengan paham kebangsaan Indonesia, dengan bineka tunggal ika, kita bentengi diri. Tidak lebih sebulan. SIapapun terpilih, marilah. Saimima sependapat dengan Habiba.

Menurut dia, hoaks memang terus diproduksi, namun dia mengajak semua orang agar selalu menghadapi semua itu secara kritis. “Saya sependapat dengan Ibu Habiba. Kita tidak setuju hoaks. Siapapun yang menjadi presiden, kita perlu menjaga persaudaraan di Maluku,” kata Saimima. (Rudi Fofid)