Oleh: Dr John Ruhulessin (Dosen Fakultas Teologi UKIM)

KITA mengapresiasi berbagai langkah strategis Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota di Maluku untuk bersama-sama bersinergi mengatasi penyebaran Covid 19.

Kita juga patut terus mendukung berbagai kebijakan dan program untuk menolong mereka yang terdeteksi positif kena Covid-19 maupun program-program pemberdayaan dan pemberian bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak, khususnya masyarakat miskin dan masyarakat ekonomi lemah.

Selain pendekatan-pendekatan medis dan upaya-upaya menerapkan protokol penanganan pandemi covid 19, maka salah satu hal prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mengatasi wabah ini adalah melalui  pendekatan sosial budaya.

Terkait hal ini ada beberapa pikiran pokok yang dapat disampaikan. Pertama, pendekatan sosial budaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan berbagai pranata sosial dan budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat, yang mengandung nilai-nilai solidaritas, kepedulian (ale rasa beta rasa).

Komitmen ini untuk saling membantu serta bertindak bersama untuk mengatasi masalah yang muncul, dengan memanfaatkan berbagai kearifan lokal yang hidup di masyarakat. Hal ini terkait dengan sistem sosial, adat kebiasaan dan tradisi-tradisi pada masing-masing kelompok sosial budaya di Maluku.

Kedua, terkait point 1 diatas, kita perlu melakukan pemetaan dan pemanfaatan berbagai kekuatan sosial  budaya itu sebagai energi positif yang dapat menggerakan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat untuk mendukung langkah-langkah pemerintah sambil mengaktivkan berbagai kebiasaan baik yang bertujuan saling menolong dan saling berbagi di saat menghadapi bencana alam maupun bencana non-alam.

Pemetaan dan pemanfaatan energi sosial budaya dapat dilakukan oleh pemerintah, akademisi, tokoh adat dan pemuda agar energi sosial budaya itu makin fungsional dan produktif mengatasi masalah-masalah yang muncul di masyarakat, khususnya yang terkait dengan pamdemi Covid -19.

Ketiga, tokoh adat seperti para Latupatih, para raja, kewang, para pemerhati sosial budaya dan kompononen masyarakat lainnya dapat melakukan percakapan dan diskusi secara langsung (dengan tetap memperhatikan protokoler Covid-19 maupun menggunakan media online seperti ZOOM Meeting, Google Meeting, dll.

Tujuannya agar tersedia forum komunikasi dan dialog yang dapat membangun semangat dan tindakan-tindakan nyata untuk sama-sama mengatasi pandemic kovid 19 saat ini. Dengan begitu, bukan saja pemerintah yang diberi beban menangani pandemic ini tetap seluruh elemen sosial budaya dapat berperan aktif dan fungsional.

Keempat, partisipasi elemen pemuda juga perlu digerakan agar dapat melakukan kerja-kerja kemanusiaan berdasarkan komitmen dan kesadaran kritis untuk terlibat menjawab persoalan masyarakat, sehingga tidak menjadi pasitif dan apatis, atau melakukan hal-hal yang kontra-produktif.

Ketika pemuda dapat terlibat bersama komponen lainnya, maka persoalan-persoalan sebesar apapun dapat diatasi secara bersama-sama. Dalam kaitan ini, generasi milenial dapat menggunakan media sosial secara kreatif guna menghasilkan konten-konten kreatif yang memberi solusi terhadap masalah pandemik yg sedang dihadapi saat ini.

Kelima, Pendekatan yang holistik dan berkesinambungan. Ketika pendekatan medis dan pendekatan sosial budaya dapat dipadukan maka hal ini dapat makin memperkuat ketahanan masyarakat serta daya juang (resiliensi) sehingga masalah pandemi kovid 19 ini dapat diatasi bersama. Dengan semangat “masohi”, gotong royong, sagu salempeng dibage dua, Ain ni Ain, Kalwedo, dan sebagainya, maka kita akan lebih optimis dan tangguh mengatasi berbagai dampak yang muncul di era pendemi covid 19 ini.

Demikian beberapa pikiran pokok yang dapat disampaikan, dengan harapan ada tindak lanjutnya, agar melalui tindakan-tindakan nyata secara sinergis dan kolaboratif antar pemerintah dan masyarakat maka kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap pandemi covid 19 dapat kita kurangi bahkan kita hilangkan (***)