Kegiatan ini diselenggarakan dalam dua bahasa dan dihadiri 125 orang peserta dari kalangan media, organisasi masyarakat sipil dan lembaga pemerintah, melalui platform Zoom maupun live streaming Youtube Asosiasi Media Siber Indonesia.

Jason Lambert menjelaskan media menghadapi tantangan yang besar saat ini karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Tantangan itu diantaranya terkait kemampuan inovasi, COVID-19, dan turunnya tingkat kepercayaan publik.

“Tingkat kepercayaan pada media turun pada beberapa tahun ini, karena naiknya dis dan mis-informasi. Masyarakat tidak tahu di mana menemukan berita yang dapat dipercaya. Khususnya berita COVID-19, terjadi blur informasi antara berita yang benar dan dis-informasi yang beredar, ini menjadi tantangan sendiri bagi media untuk mendapatkan kepercayaan publik,” ujarnya. 

Ia menambahkan ekosistem yang kurang mendukung lainnya bagi media, pendapatan iklan digital naik signifikan secara global, tapi dinikmati oleh perusahaan teknologi besar. Jason Lambert mendorong media terus melakukan inovasi.

Sedangkan Ignatius Haryanto mengatakan riset ini menggambarkan sikap optimisme para pelaku media menjalankan bisnis media, hanya saja tidak ditunjang dengan kemampuan memadai untuk menghadapi perubahan bisnis media ke depan.

“Banyak yang masih menggunakan modal mandiri yang tidak besar, perangkat analitik yang sederhana, pemasukan yang tidak optimal, dan ketergantungan yang tinggi pada dengan iklan pemerintah, sehingga memunculkan pertanyaan pada independensi media ke depan,” ujarnya.

Tim riset menyusun laporan ini dengan membagi hasil survey berdasarkan responden Jakarta dan luar Jakarta dan analisis komparasi dari dua area tersebut. Ignatius menjelaskan pembagian tersebut dilakukan karena perbedaan kondisi antara media Jakarta dan luar Jakarta.

“Terdapat perbedaan situasi yang signifikan antara media di Jakarta dan di luar Jakarta, terdapat disparitas terkait kapasitas dan pemanfaatan teknologi, yang masih cukup tinggi,” ujarnya. 

Temuan riset tersebut diantaranya terkait harapan pada kelangsungan (viability) dan keberlanjutan (sustainability) media di Indonesia, baik pada media di Jakarta dan di luar Jakarta menunjukkan para pengelola media Jakarta dan luar Jakarta masih memiliki harapan.

Pengelola media di Jakarta 88.2% merasa bahwa industri media masih memiliki harapan ke depan, sementara itu 79.7% pengelola media siber di luar Jakarta merasa bahwa industri media masih memiliki harapan, namun media harus melakukan inovasi, dan 19 % yang lain merasa bahwa industri media masih memiliki masa depan yang cerah. 

Terkait dengan inovasi yang bisa dikembangkan untuk menjadikan media siber lebih sukses, pengelola media siber di Jakarta mengaku mengembangkan interaktivitas media lewat media sosial (24,1%), kemudian 22,2% responden menggunakan teknologi baru untuk penyebarluasan berita, dan 20,4% responden membangun sistem berlangganan lewat dompet digital seperti GoPay, Ovo, dan DANA.

Sementara itu 28,3% pengelola media siber di luar Jakarta percaya bahwa mengembangkan interaktivitas media lewat media sosial bisa menjadi inovasinya, sementara 23% responden menyatakan bahwa inovasi bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi baru untuk penyebarluasan berita.

Sehubungan dengan jumlah karyawan yang melek teknologi, pengelola media siber di Jakarta (sebanyak 25,0% responden) menyebut persentase karyawan yang punya kemampuan teknologi hanya 50% dari total karyawan. Ada 25,0% responden lainnya yang mengaku persentase karyawan yang punya kemampuan teknologi dalam perusahaan sudah mencapai 100%.