BERITABETA.COM – Mewabahnya virus corona (COVID-19) hingga ke Indonesia, membuat keberadaan hand sanitizer (larutan pencuci tangan) di toko alat kesehatan (alkes) dan apotek menjadi barang langka. Sejumlah pihak lalu berinovasi  dengan meraciknya sendiri bahan-bahan alami menjadi hand sanitizer. Bahan yang digunakan bervariasi. Antara lain mengandalkan bahan alami.

Seperti yang dilakukan seorang guru SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kota Barat, Surakarta, Nur Fitria, (31). Ia memanfaatkan kulit rambutan, daun sirih, kemangi, lidah buaya, dan kulit jeruk yang telah ditumbuk halus.

“Ada dua (jenis) hand sanitizer yang kami buat. Pertama dari bahan sirih dan kulit rambutan (Sikura) dan yang kedua dari bahan kemangi, lidah buaya dan kulit jeruk yang sudah dihaluskan,” terang guru mata pelajaran Fisika tersebut, Senin (16/3/2020) seperti dikutip JawaPos.com.

Dipilihnya bahan alami bukan tanpa alasan. Sebab kini mendapatkan alkohol mulai sulit. Pembuatan hand sanitizer dari bahan alami juga cukup mudah. Di antaranya merebus daun sirih dan kulit rambutan di wadah berbeda untuk diambil ekstraknya. Setelah itu baru dicampur sesuai selera. Baru ditambahkan minyak zaitun agar terasa lembut di tangan.

Hand Sanitizer

Cara kedua, daun kemangi dan lidah buaya diblender setelah dibersihkan dan dikupas kulitnya. Setelah itu, kedua bahan disaring untuk diambil ekstrak kemangi dan lidah buaya, sedangkan serbuk jeruk dilarutkan dengan air kemudian dicampur ekstrak kemangi dan lidah buaya.

“Pemilihan bahan ini juga dari pertimbangan khasiatnya. Seperti kemangi dan sirih yang berfungsi sebagai antiseptik pengganti alkohol. Sering juga digunakan untuk pengobatan,” imbuhnya.

Sementara kulit rambutan dan lidah buaya dipilih sebagai antioksidan. Bahan ini bisa diganti dengan kulit manggis yang memiliki khasiat sama. Karena menggunakan bahan alami, hand sanitizer tersebut aman digunakan.

“Hanya saja untuk daya tahannya (keawetan) tidak selama jika menggunakan alkohol. (Masa kedaluarsa) hand sanitizer ini bisa bertahan tiga pekan atau jika aromanya sudah memudar maka tidak usah dipakai,” beber dia.

Hand sanitizer tersebut hanya diperuntukkan di lingkup sekolah. Belum diperjualbelikan. Para siswa juga dilibatkan dalam pembuatannya. Khususnya yang mengikuti ekstrakurikuler karya ilmiah remaja (KIR). Dalam sekali praktik, siswa dapat membuat sebanyak 40 botol hand sanitizer kemasan 50 mililiter.

Untuk keampuhan hand sanitizer tersebut membunuh kuman dan bakteri, imbuh Fitria, perlu dilakukan uji lab lebih mendalam. “Biaya uji lab sudah cukup mahal. Makanya kami belum memperjualbelikan,” terang dia.

Rencananya, hand sanitizer tersebut dibagikan kepada peserta Muktamar Muhammadiyah 1 Juli mendatang. (BB-IS)