Oleh : Zulfikar Halim Lumintang, SST (Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara)

PENYEDIAAN Makan Minum atau biasa disebut PMM merupakan subsektor yang diam-diam penting bagi Indonesia. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa makan dan minum merupakan kebutuhan pokok manusia. Dengan makan dan minum manusia bisa mendapatkan energi untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Bahkan ada istilah yang berbunyi, “kita ini makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan”. Artinya, seberapapun pendapatan yang kita miliki kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah kebutuhan makan dan minum.

Di tengah gelombang emansipasi perempuan, dimana mereka tidak lagi di rumah saja, melainkan ikut bekerja membantu perekonomian keluarga, tentu ada sebagian tugas mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sebut saja memasak. Memasak adalah kegiatan yang cukup memakan waktu, disaat para wanita karir pulang dari kantor, tentu tidak cukup waktu jika harus memasak juga. Hal inilah yang membuat kita sering menemukan di lapangan banyak wanita karir yang memilih untuk membeli masakan jadi di kedai makanan untuk keluarga.

Ada kalanya kita juga membutuhkan jasa penyedia makan dan minum, saat kita mengadakan hajatan, seperti khitanan, pernikahan, ataupun selamatan. Bisa melalui catering. Tentu, jasa catering sangat membantu keperluan kita sebagai pemilik acara.

Dengan menggunakan jasanya kita cukup memilih menu apa yang ingin disajikan dan berapa porsi yang akan disajikan. Sangat efisien. Ketika kita ingin kumpul santai dengan teman-teman semasa sekolah dulu, ataupun kumpul dengan keluarga di luar rumah.

Restoran dan kafe akan menjadi sasaran. Tentu saja restoran dan kafe menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang siap disajikan. Selain itu, suasana tempat yang mengadopsi tema tertentu akan menambah kehangatan saat berkumpul.

Tatkala sedang malas keluar rumah, penyedia makan minum keliling pun siap melayani kita. Sebut saja tukang bakso keliling, tukang sate keliling, tukang siomay keliling. Kelihatannya remeh, tapi posisi mereka yang sering terabaikan. Apalagi saat ini sedang pandemi Covid-19. Tak hanya mereka yang berjualan keliling, bahkan sekelas kafe dan restoran pun sepi pengunjung.

Mengingat penting dan sangat sentralnya peran para pengusaha penyedia makan dan minum di Indonesia. Maka menyimak data dan kondisi lapangan mereka saat ini adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan.

Data Berbicara

Pada masa awal pandemi Covid-19 ini, tepatnya triwulan I 2020. Jika dilihat dari kontribusi subsektor penyedia makan minum sudah terlihat efeknya. Meningkat pastinya. Pada triwulan I 2020 kontribusi subsektor penyedia makan minum mencapai 2,20%. Naik 0,01 poin dari triwulan IV 2019, yang mencapai 2,19%.

Namun secara nilai yang disumbangkan ternyata mengalami penurunan. Tercatat nilai PDB pada triwulan IV 2019 subsektor penyedia makan minum mencapai Rp 88.169,90 miliar. Kemudian pada triwulan I 2020 nilai PDB subsektor penyedia makan minum hanya mencapai Rp 86.111,10 miliar.

Hasil evaluasi Bank Indonesia pada triwulan I 2020 menunjukkan bahwa kegiatan usaha subsektor restoran mengalami kontraksi atau penurunan. Hal tersebut ditunjukkan oleh Saldo Bersih Tertimbang (SBT) subsektor restoran yang menyentuh angka -0,88%. Angka tersebut lebih rendah dari triwulan IV 2019 yang terakselerasi dengan SBT 0,35%.

Kendati begitu, Bank Indonesia memprediksi bahwa subsektor restoran akan mengalami peningkatan kegiatan usaha pada triwulan II 2020. Walaupun masih tetap mengalami kontraksi. Hal tersebut ditunjukkan dengan SBT yang mencapai -0,37%.

Sejalan dengan kegiatan usaha yang menurun pada triwulan I 2020, realisasi penggunaan tenaga kerja subsektor restoran juga mengalami hal yang sama. Ditandai dengan SBT yang mengalami kontraksi, mencapai angka -0,17%. Realisasi tenaga kerja tersebut berbeda jauh dengan triwulan IV 2019, yang mengalami akselerasi di angka 0,17%.

Sama persis dengan ramalan kegiatan usaha pada triwulan II 2020. Bank Indonesia juga memprediksi bahwa realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan II 2020 tetap mengalami kontraksi. Namun lebih baik jika dibandingkan triwulan I 2020. Hal tersebut ditunjukkan dengan SBT yang mencapai -0,07%.

Saran Kebijakan

Dengan menyebarnya Covid-19 di Indonesia. Pincangnya berbagai sektor lapangan usaha menjadi hal yang wajar. Termasuk sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Anjuran pemerintah untuk tetap di rumah menjadi masalah. Para pengusaha makan minum pun bingung harus berbuat apa.

Tapi, ini baru awal. Vaksin virus belum juga ditemukan. Artinya, kita harus berjuang memutar perekonomian seaman mungkin dengan cara menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi. Kita dipaksa terbiasa untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat.

Ingat, kata “kita” itu berarti semua manusia tanpa terkecuali. Jika satu orang melanggar, maka akan menyebabkan jatuhnya korban. Pemerintah juga mulai mendengungkan new normal yang akan dilaksanakan masyarakat Indonesia.

Berbagai sektor, seharusnya juga sudah mulai menyusun protokol yang sesuai dengan SOP masing-masing. Terseok-seok diawal pandemi merupakan hal yang wajar, ditengah persiapan yang sangat minim, bahkan cenderung meremehkan. Semua harus bangkit dengan memanfaatkan segala peluang yang ada.

Seperti peluang pelanggan yang sedang melaksanakan kerja dari rumah. Kerja dari rumah belum tentu masak di rumah juga. Hal ini merupakan peluang dari restoran maupun kafe untuk menyediakan jasa pesan antar makanan dan minuman. Dan opsi makan di rumah tentu akan dipilih para pekerja yang sedang kerja dari rumah. Hal ini untuk menghindari kerumunan, yang berpotensi menyebarkan virus.

Bagi mereka para penyedia makanan dan minuman keliling, mereka tidak punya banyak pilihan. Seperti yang kita lihat saat ini, masih banyak dari mereka yang berjualan keliling kompleks. Sembari berharap ada pelanggan yang membeli. Kebijakan yang bisa diterapkan kepada mereka adalah bantuan pelonggaran kredit bagi yang sedang dalam masa mengangsur. Karena omzet yang mereka dapatkan tentu tidak seperti biasanya.

Inti dari semuanya, para pelaku usaha penyedia makanan dan minuman harus tetap kreatif dalam menjajakan produknya. Roda perekonomian harus tetap berputar, meskipun pandemi belum jelas kapan akan berakhir. Tapi, kesehatan adalah harga mati. Kita semua tentu tidak ingin menambah kasus Covid-19 di negeri kita ini (***)