Tentara Jepang Yang Tersesat dan Hidup Bagai Tarzan

BERITABETA.COM – Bermula dari agresi militer yang dilakukan tentara sekutu di Pulau Morotai, Maluku Utara. Tentara  Jepang yang awalnya menguasai pulau itu dengan kekuatan sebanyak satu batalyon atau sekitar 1000 orang personel, kocar-kacir melarikan diri.

Pasukan sekutu yang terdiri dari Amerika Serikat dan Australia mengirimkan sembilan divisi atau sekitar 90 ribu pasukan untuk merebut pulau itu dari penguasaan tentara Jepang.

Pristiwa inilah menjadi,  awal mula tentara Jepang, Teruo Nakamura kemudian memutuskan bersembunyi di pulau itu selama 30 tahun. Kisah Nakamura bagaikan dongeng Tarzan yang tertinggal oleh kemajuan zaman. Kisah sejati ini dialami oleh Kolonel (Pur) FX Soepardi yang menembus belantara Morotai untuk memburu eks tentara Jepang era Perang Dunia II, Teruo Nakamura.

Menjadi bagian dari sebuah kisah besar dan akan selalu dikenang orang adalah sebuah keberuntungan. Tidak banyak orang mempunyai kesempatan serupa dalam perjalanan waktu. Sejarah akan menjadi dongeng yang tidak akan pernah usang.

Beruntung Kolonel (Pur) FX Soepardi AS menjadi pelakon dalam drama penangkapan eks tentara Jepang, Teruo Nakamura, di belantara Morotai, Maluku Utara, pada pertengahan Desember 1974. Nakamura telah terjebak dalam dimensi waktu selama 30 tahun tanpa ia sadari. Penangkapan Nakamura bermula dari ditemukannya secara tidak sengaja bekas tentara Jepang ini oleh warga lokal bernama Doya pada 1963.

Saat itu Doya berburu ke hutan bersama beberapa anjingnya. Belum sempat menemukan buruannya, ia malah melihat seorang pria berdiri di dekat gubuk di sebuah kebun dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana dalam. Ia takut, karena pria putih itu menenteng senapan laras panjang. Sialnya, anjing-anjingnya malah mengelilingi pria itu sambil menggonggong. Tidak mau ambil risiko, Doya memanggil anjingnya dan secepatnya pergi dari tempat itu.

Doya betul-betul takut, karena sebagai penduduk asli Morotai, sejak kecil ia sudah mendengar dongeng leluhurnya tentang keberadaan makhluk halus di belantara Morotai yang disebut Orang Moro.

Gubuk tempat persembunyian Nakamuro di Hutan Morotai, Maluku Utara (Dok: Supardi)

Ia semakin percaya karena beberapa hari kemudian memberanikan diri kembali ke tempat tersebut, namun sudah tidak menemukan kebun kecil dan orang putih yang dilihatnya.

Pengalaman ini ia pendam bertahun-tahun sampai akhirnya pada suatu hari di tahun 1972, ia ceritakan kepada temannya Gayus Tulis. Usai mendengar cerita Doya, Gayus memintanya untuk ditunjukkan tempatnya. Mereka mengajak seorang lagi bernama Gonaga. Mereka berhasil menemukan persembunyian.

Saat ketiganya mendekati pada jarak yang aman, tiba-tiba orang misterius itu bersiul menyanyikan lagu Jepang. Benar, ini orang Jepang, bukan Orang Moro, begitu mereka bersepakat. Temuan ini dilaporkan Gayus kepada kepala kampung, namun mengabaikannya. Seminggu kemudian Doya meninggal karena sakit.

Aparat pemerintah dan polisi juga menganggapnya membual ketika membuat laporan. Sampai ketika Gayus menceritakan peristiwa itu kepada PNS (pegawai negeri sipil) Lanud Morotai bernama Demi Iwisara.

Demi melaporkannya kepada Peltu Tonny Rahmanto dari bagian komunikasi dan elektronika Lanud Morotai, selaku atasannya. “Berita itu oleh Peltu Tonny dilaporkan kepada saya, yang kebetulan diberi tugas sebagai pejabat sementara komandan Lanud Morotai, karena komandan Lanud Mayor (Pas) Sutadji sedang melaksanakan tugas ke Jakarta,” ujar FX Soepardi AS, alumni AAU 69 membuka kisahnya.

Kenali Nakamura

Teruo Nakamura lahir di sebuah kota kecil bernama Taitung di pantai timur Taiwan pada 1919. Ayahnya keturunan Jepang sementara ibunya asli Taiwan, namun Nakamura memperoleh istri asli Taiwan bernama Li Lam Yung.

Nakamura adalah salah seorang pemuda asli Taiwan yang direkrut Jepang dalam masa Perang Dunia II untuk bergabung dengan resimen infanteri Jepang di Taiwan sebagai sukarelawan pada November 1943.

Tepatnya Januari 1944, ia dipindah ke unit gerilya. Unit gerilya ini meninggalkan Taiwan pada April 1944 sampai akhirnya mendarat di Morotai pada Juli 1944. Saat Jenderal Douglas MacArthur dan pasukannya menyerang Morotai September 1944, pasukan Jepang dipimpin oleh Mayor Kawashima dengan kekuatan 2.500 personel.

Dari pertempuran itu, sekitar 1.700 tentara Jepang tewas dan 800 sisanya menyerah atau meninggal karena sakit. Sementara 10 prajurit memisahkan diri dan tidak mau menyerah. Mereka memilih lari ke dalam hutan. Dari 10 orang itulah, salah satunya Nakamura. Entah kenapa, Nakamura akhirnya terpisah dari sembilan temannya.

Tahun 1956, kesembilan prajurit Jepang ini yang terdiri dari enam orang berasal dari Taiwan dan tiga orang berkewarganegaraan Jepang, ditemukan di Morotai dan menyerahkan diri kepada pangkalan AURI Morotai.

Mereka dikembalikan ke negaranya masing-masing oleh Pemerintah RI. Adapun Nakamura, memilih tetap bersembunyi di dalam hutan Morotai. Karena terpisah, ia tidak tahu kalau teman-temannya sudah kembali ke negaranya. (bersambung)