BERITABETA.COM, Ambon – Laju speed boat mini berkekuatan mesin 40 PK itu membelah laut dengan cepat di siang hari. Hanya terhitung sekira 20 menit, para penumpangnya sudah menginjakkan kakinya di pasir putih yang halus.

Mereka seakan terperangah melihat keindahan alam sekitar. Para warga pedatang itu tak mau berlama-lama,  ingin menikmati eksoktiknya pulau kecil yang mempesona yang terpisah dengan Pulau Saparua itu. Kebenyakan orang mengenal pulau itu dengan sebutan Molana.

Pulau Molana memang mengagumkan. Banyak orang meyakini  pada mulanya pulau ini terbentuk karena adanya gugusan karang yang mencuat hingga permukaan laut kemudian terbentuklah daratan pulau kecil.

“Wihh indahnya. Ini mah surge dunia,” cetus Imran seorang pendatang dari Jakarta di siang itu.

Imran dan beberapa rekannya saat itu memang tidak sengaja melintasi laut sekitar Molana,  ketika menuju Pelabuhan Haria ketika hendak ke Saparua. Disana kemudian dia mendapatkan banyak informasi tentang Pulau Molana yang indah itu.

Karena penasaran ia pun mengajak beberapa temannya menuju ke Pulau Molana menikmati pemandangan alam disana.

Secara geografis pulau cantik ini berbatasan dengan Pulau Haruku dan Saparua di sebelah Utara, sebelah baratnya berbatasan dengan Pulau Ambon serta Pulau Nusa Laut di sebelah Tenggaranya.

Dari gugusan pulau yang mengelilinginya tentu sangat menarik sekali bagi para wisatawan untuk mencoba berlibur ke sana. Namun di balik kecantikannya pulau yang memiliki luas sekitar 160 hektar itu ternyata menyimpan kisah yang panjang di masa kolonial.

Pulau Molana dari catatan akun Facebook Saparua Kota menyebutkan dalam arsip Belanda dan Inggris pulau ini biasa disebut sebagai Molano, Malana. Di zaman colonial Belanda pulau ini dijadikan sebagai Pos Militer yang dijaga oleh beberapa tentara.

Selain itu berdiri Leproseri atau Rumah Sakit Kusta (RSK), orang Belanda menyebut Rumah Sakit Kusta sebagai Lazarus Huis (Rumah Lazarus). Lazarus, diambil dari salah satu figur dalam Alkitab yang diketahui menderita sakit kusta, disembuhkan dan dibangkitkan oleh  Yesus setelah mengalami kematian, selama 4 hari. Nama Lazarus Huis merujuk kepada kisah Alkitab di atas.

Masih menurut Saparua Kota, laporan dari J.R. Paape, asisten Residen Saparua Haruku per Januari 1839, menulis jika di tahun 1836, penghuni Rumah Sakit Kusta di pulau Molana sebanyak 24 orang, tahun 1837 ada 24 orang, tahun 1838 ada 21 orang dan 1839 ada 21 orang.