Menjenguk Kembang Daulah Utsmaniyah di Keukenhof

Catatan : Mary Toekan (Pemerhati Sejarah Islam)
Akhir April lalu, meski sudah memasuki musim semi, cuaca Amsterdam tampaknya belum normal. Hujan panas silih berganti dalam sehari. Sisa - sisa musim dingin rasanya masih enggan pergi. Jaket winter penghangat tubuh belum boleh ditanggalkan. Suhu udara berkisar 10 derajat celsius.
Aku mengajak kakakku yang datang berlibur bersama suaminya mengunjungi salah satu taman terbesar di dunia. Jadilah hari itu kami berempat berangkat menuju Amsterdam.
Walaupun terjadi sedikit drama huru hara, berputar - putar berburu parkiran yang disesaki para wisatawan, akhirnya kami tiba juga di gerbang pintu dua jam sebelum taman ini ditutup.
Rencana untuk berperahu mengelilingi tamanpun harus batal berhubung loket tempat penyewaan perahu keburu dipajang tulisan closed !
Namanya Keukenhof. Sebuah area dengan luas 32 hektar yang ditumbuhi sekitar 7 juta umbi bunga setiap tahunnya. Disini, mata kita dimanja dengan keindahan lautan bunga tulip berbagai jenis.
Warna - warna penyejuk mata sicantik tulip terhampar sepanjang tepi danau. Danau buatan itu akan selalu bersenandung dengan irama airnya.

Tidak hanya tulip tentunya, banyak juga bunga lainnya seperti bakung, lili, mawar, anyelir, lavender dan iris. Sesekali terdengar kicau burung memenuhi hari yang lebih panjang hingga menjelang senja.
Ya, waktu Maghrib di musim semi akan bergeser mengikuti terbenamnya bola raksasa di ufuk Timur. Saat ini maghrib bahkan sudah mendekati jam 10 malam.
Tak banyak yang tahu, bahwa sejarah kehadiran bunga tulip di negeri kincir angin ini memiliki kaitan erat dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah atau Eropa mengenalnya dengan nama Dinasti Ottoman.
Nama tulip sebenarnya berasal dari bahasa Turki yang artinya ' turban ' atau ' sorban ' karena bentuk kelopaknya menyerupai turban atau penutup kepala lelaki Turki pada masa itu.
Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al - Fatih, Kesultanan Turki Utsmaniyah , dibawah pimpinan Sultan Al - Fatih memerintahkan pembangunan sejumlah taman - taman baru di kota - kota Daulah Islam dengan menanam bunga - bunga tulip.
Awalnya tulip hanyalah bunga liar yg tumbuh di pegunungan negara - negara di kawasan Asia Tengah, di pegunungan Hindu Kush , Kazakhstan. Kemudian oleh orang - orang Turki Seljuk dibudi dayakan pada permulaan abad ke - 11 di Anatolia.
Kerajaan Ottoman tertarik dengan keindahan tulip dan menjadikan Tulip sebagai bunga nasional Kesultanan Turki. Bahkan tulip dalam seni Islam adalah bunga puitis dalam bahasa sang penyair Jalaluddin Rumi.
Karena keindahan warna dan ragamnya, tulip menjadi populer di Daulah Utsmaniyah. Tulip dijadikan subjek puisi dan cerita cinta dalam lukisan - lukisan hingga fatwa para pujangga.
Sulaiman Al Qanuni adalah salah satu Sultan dari keturunan Al - Fatih dengan kemampuan syair yang mumpuni, sering mengirim puisi - puisi cinta dari medan laga untuk istri tercintanya.
Makna warna - warna ikut menginspirasi warna tulip berdasarkan tradisi dan adat Istanbul.
Masing-masing warna pada tulip memiliki makna yang berbeda - beda. Misalnya tulip merah melambangkan cinta dan keinginan yang kuat. Tulip putih melambangkan kemurnian, kepolosan, dan ketulusan.
Warna ungu melambangkan kebangsawanan, sebuah simbol kemewahan sedangkan kuning melambangkan kegembiraan, kebahagiaan dan persahabatan.
Sementara tulip hitam menandakan kegagalan dan kelangkaan. Konon pemuda Turki lebih menggemari tulip dengan motif bergaris untuk menyatakan cinta dengan ungkapan " kamu memiliki mata yang indah " kepada gadis yang ingin dimilikinya.
Motif - motif tulip bertebaran di beberapa tempat, seperti masjid, batu nisan, dekorasi istana. Banyak juga tulip menjadi pola pada karpet dan permadani - permadani Turki.
Tak ketinggalan juga motif tulip tergambar di busana kaftan dan peti - peti mahar, bahkan tercetak di koin - koin, helm - helm perang dan cetakan - cetakan meriam Daulah Islam. Ini membuktikan betapa tulip telah menyatu dengan masyarakat Kekhalifahan Utsmani.
Bunga tulip baru mulai dikenal di Belanda sekitar tahun 1594. Pada masa itu, bunga tulip adalah simbol kemakmuran.
Karena Kerajaan Belanda mempunyai hubungan erat dengan Dinasti Ottoman yang kaya raya, duta besar Konstantinopel saat itu bernama Oghier Ghislain de Busbecq, memberikan hadiah bibit bunga tulip kepada ahli botani Belanda yg paling populer pada masanya Carolus Clusius ( 1526 - 1609 ).
Carolus lalu menanam bibit tulip di ' Hortus Botanicus of Leiden ' yang merupakan taman botani tertua di Eropa. Setelah itu, barulah komunitas holtikultural Belanda memberdayakan bibit ini.
Tahun demi tahun negeri kincir terus bereksperimen dengan bunga tulip asal Dinasti Ottoman. Mereka kemudian menemukan jenis - jenis baru. Pada tahun 1949, untuk pertama kalinya taman bunga Keukenhof dibuka untuk umum. Kepopulerannya bahkan melebihi negri dimana tulip ini berasal.
Keprofesionalan para petaninya, didukung penuh oleh pemerintah Belanda membuat tulip negeri kincir ini mendunia.
Di Belanda tulip memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Menurut data worldstopexports.com, Belanda merupakan negara eksportir bunga terbesar di dunia dengan nilai mencapai US$ 4,2 miliar pada tahun 2020.
Dan di negara asalnya, bunga ini menduduki singgasana istimewa dengan status agung dalam seni dan budaya Islam, sekaligus menjadi ikon Kerajaan Ottoman hingga kini, meskipun sebagian orang masih berkata :
" Belanda adalah tulip dan tulip adalah Belanda ".
Sekali lagi, sejarah Islam selalu meninggalkan kebesarannya di setiap jejak - jejak waktu perlintasannya.
Kini aku dibuat jatuh cinta pada tulip di taman bunga ini seperti para gadis - gadis Turki yang menanti datangnya pujaan hati dengan seikat tulip bergaris sebagai ungkapan " kamu memiliki mata yang indah ". Aaaahhh....
Geldrop, 13 Dhul' Qi'dah 1445 H.