BERITABETA.COM, Namlea – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buru dalam waktu dekat ini akan melakukan ekspansi pasar terhadap produk beras lokal yang diberi merk “Baikole Bupolo” dan “Buru”. Bupati Buru Ramli Ibrahim Umasugi bahkan menyampaikan optimis kedua merk beras yang dihasilkan petani di bumi bupolo ini, akan mampu merajai tataniaga beras di Provinsi Maluku.

Baikole Bupolo adalah beras produksi petani  di Waekasar yang sudah ada sejak tahun 2018 lalu. Nama Baikole diambil dari salah satu spesies burung langkah yang masih ada di Kabupaten Buru. Sedangkan beras merk Buru singkatan dari Beras Unit Rasanya Uenak. Merk Buru ini baru saja diluncurkan.

“Beras yang kita hasilkan ini harus dikenal sebagai beras Buru. Baikole Bupolo akan merajai tataniaga beras di Maluku. Jadi kita tidak temui lagi beras jenis lainnya di pasaran, namun beras Buru harus mendominasi Maluku,” kata  Ramly Ibrahim Umasugi, di hadapan Gapoktan Jiwa Mas, Desa Waekasar, Kecamatan Waeapo, Sabtu (23/3/2019) kemarin.

Baikole Bupolo adalah beras produksi petani  di Waekasar yang sudah ada sejak tahun 2018 lalu. Nama Baikole diambil dari salah satu spesies burung langkah yang masih ada di Kabupaten Buru. Sedangkan beras merk Buru singkatan dari Beras Unit Rasanya Uenak. Merk Buru ini baru saja diluncurkan.

Bupati Ramli yang ditemani Kadis Pertanian, Temok Karyadi dan para asisten bersama sejumlah pimpinan OPD hadir di Waekasar untuk menyaksikan sentra pelayanan pengolahan padi terpadu (SP3T) yang dikelola Gapoktan Jiwa Mas. SP3T bantuan dari pempus ini terdiri dari peralatan mesin panen, mesin pengering dan pendingin gabah, mesin penggilingan sekaligus pemutih beras.

Bantuan kepada petani Waekasar itu total mencapai Rp.2,5 milyar. Kadistan Buru, Temok Karyadi, menjelaskan di hadapan bupati dan rombongan, kalau SP3T ini sangat membantu petani di Waekasar beralih kr pola pertanian padi sawah yang lebih modern.

Hasil sawah dipanen menggunakan mesin pemotong modern yang langsung melepas bulir dari tangkai dan masuk ke karung. Selanjutnya, hasil panen itu masuk ke Gedung SP3T yg terdapat mesin pengolahan kapasitas 10 ton, dan gabah langsung diketingkan dengan mesin selama delapan jam. Dari pengering, dipindahkan ke mesin pendingin selama tiga jam.

Usai melakukan peninjauan pengoperasian SP3T, Ramli di hadapan para petani sawah, memotivasi mereka untuk terus menanam padi. Dan hasil beras dari Buru dapat dinikmati masyarakat Maluku. “Yang saya sampaikan  ini fakta, karena kita punya potensi dan kekuatan yang ada” tandas Ramly.

Desa-desa di sini, kata dia,  rata-rata memiliki uang Rp.2milyar sampai Rp.3 milyar dari DD dan ADD. Kemudian prioritas pembangunan di bidang pertanian dan pariwisata. Jadi tidak ada alasan desa membiayai lebih pembangunan di bidang pertanian.  “Harus ada pembiayaan lebih,”tegas Ramly.

Fakta lain, lanjutr  Ramly,  kini beras Buru juga sudah surplus 23 ribu ton. 23 ribu ton itu untuk bisa suplai kebutuhan di Maluku. Ia mengaku sudah ditemui beberapa teman Bupati. Mereka minta agar beras Buru ini bisa masuk di daerah mereka.

“Sekarang ini tantangan untuk bapak-bapak petani. Saya akan terus membantu jalan usaha tani, irigasi dan dukungan peralatan. Kemudian kita sinkronkan dengan program kementrian dan propinsi,” tandas Ramly.

Untuk mengenalkan potensi beras dari Buru, Ramly juga meminta media untuk turut menyiarkannya, sehingga mendapat perhatian pemerintah pusat. Di hadapan petani Waekasar, Ramly juga mengatakan, bantuan SP3T yang mereka peroleh adalah pula bagian kesuksesan Dinas Pertanian Kabupaten Buru. (BB-DUL)