BERITABETA.COM, Jakarta – Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr. Nugroho Dwi Hananto memastikan suara dentuman keras yang menggelegar dirasakan oleh warga Jakarta, Bogor, Depok dan sekitarnya tidak berkaitan dengan aktivitas letusan anak gunung Krakatau.

“Fenomena aneh dari suara gemuruh, dentuman yang mengetarkan jendala dan pintu rumah warga di Jakarta, Bogor dan Depok ini tidak berkaitan dengan aktivitas anak gunung Krakatau yang baru saja meletus di Selat Sunda,” kata Nugroho yang juga Plt. Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Ambon ini, dalam sebuah video yang diterima beritabeta.com, Sabtu malam (11/4/2020).

Menurut doktor Geotek  lulusan Institut de Physique du Globe de Paris, France ini, letusan anak gunung Krakatau di Selat Sunda, Jumat, 10 April 2020 itu, tidaklah cukup besar. Letusannya hanya mendentumkan abu sekitar 500 hingga 600 meter.

Selain itu, kekuatan dari letusan tidak cukup kuat untuk menghasilkan dentuman yang cukup kuat hingga Jakarta, Bogor, Depok dan sekitaranya.

“Fenomen suara dentuman ini merupakan gejala atmosfer biasa yang biasa dihasilkan oleh petir yang mungkin tidak bisa kita lihat, namun terasa sangat  kuat karena terjadi dekat kita,” jelasnya.

Atas fenomen ini, Nugroho meminta semua warga untuk tidak panik dan menghubungkan fenomena yang terjadi dengan aktivitas anak Gunung Krakatau yang terjadi di Selat Sunda.

Seperti dikutip dari detik.com, menyebutkan dentuman menggetarkan jendela dan daun pintu di Jakarta dan sekitarnya. Masyarakat pun kaget dan menjadi perbincangan netizen di Twitter. Namun BMKG memastikan dentuman tersebut tidak terkait dengan aktifitas Gunung Anak Krakatau.

Senada dengan Nugroho, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan suara dentuman yang terdengar di Jakarta hingga Bogor bukan berasal dari aktivitas gempa tektonik Gunung Anak Krakatau. BMKG mencatat ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda saat erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi malam tadi.

“Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangannya, Sabtu (11/4/2020).

Namun, Ahli vulkanologi sekaligus mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono menyatakan dentuman dan gemuruh yang dirasakan warga Jakarta dan Jawa Barat pada Sabtu (11/4) dini hari diyakini dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.

“Ada yang mengatakan itu bukan suara dari Anak Krakatau, sekarang itu suara dari mana? Apa ada latihan militer?” kata Surono, melansir dari CNNIndonesia.com.

Menurut Surono lantaran banyak aktivitas warga yang berhenti akibat Covid-19 membuat kondisi sepi sehingga mengurangi perlambatan perjalanan gelombang suara. Karenanya dia menyakini suara dentuman tersebut dari shockwave (gelombang kejut) erupsi Anak Krakatau yang merambat jauh sampai bisa menggetarkan barang-barang seperti kaca jendela di rumah.

Erupsi Gunung Anak Krakatau tidak memicu tsunami. BMKG mencatat tak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 WIB hingga 11 April 2020 pukul 06.00 WIB.

Letusan Gunung Anak Krakatau pada Jumat malam tidak seberapa. Gunung Krakatau pernah meletus hebat pada tahun 1883. Peristiwa letusan Gunung Krakatau 1883 disebut sebagai salah satu letusan gunung paling dahsyat. (BB-DIP)