BERITABETA.COM, Ambon – Sebuah kabar tak menguntungkan baru saja disampaikan Anggota Komisi VII DPR RI asal Maluku Mercy Christy Barends, terkait kebijakan pemerintah melalui Kementerian ESDM.

“Ahli mikrobiologi dari Belanda Willie Smits menglaim ekstra pohon aren dapat diumanfaatkan menggantikan bahan bakar minyak (BBM) seiring dengan cadangan minyak yang diprediksi akan habis sebelas tahun lagi,”

Kebijakan itu, sekaligus menjadi kendala bagi sejumlah wilayah kepulauan di Maluku yakni terkait masalah elektrifikasi dengan mengadalkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).

Saat ini, kata politisi PDI-P Maluku ini,  Menteri ESDM telah mengeluarkan sebuah Keputusan Menteri ESDM untuk tidak lagi membeli genset dalam kerangka mengurangi penggunaan PLTD dengan sumber energi BBM (posil) dan memperkuat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

Dalam acara Reses Masa Sidang II, DPR RI Tahun 2019-2020 dan Jaring Aspirasi Masyarakat dan Doa Bersama yang digelarnya  di Baileo Oikumene, Ambon, Sabtu (7/03/2020), anggota Komosi VII DPR RI menjelaskan, wilayah-wilayah lain yang berbasis kontinental/daratan hari ini sudah tidak lagi mengalami masalah yang berat terkait elektrifikasi ini.

“Semuanya beres, mesin dengan seluruh sumber energi telah siap. Namun, yang terjadi di wilayah-wilayah di Timur, ketika mau memulai dengan PLTD kemudian ini dimoratoriumkan. Ini kan sangat tidak fair,” tandasnya.

Lalu apa yang bisa dijejaki pemerintah daerah Maluku untuk mengatasi  hal ini?

Melihat potensi alam yang besar, ternyata Maluku memiliki komoditi unggulan berupa pohon aren (Arenga pinnata MERR) nama lokal ‘Mayang’ yang bisa diandalkan sebagai solusi dari kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah Pusat itu.

Salah satunya adalah pengembangan energi terbarukan etanol yang diekstrak dari pohon aren.

Seorang ahli kehutanan dan ahli mikrobiologi dari Belanda Willie Smits menglaim  ekstra pohon aren dapat diumanfaatkan menggantikan bahan bakar minyak (BBM) seiring dengan cadangan minyak yang diprediksi akan habis sebelas tahun lagi.

Ide itu disampaikan Smits  dalam acara Sarasehan Energi Bertajuk Kedaulatan Energi Syarat Mutlak Ketahanan Bangsa: Solusi Efektif Krisis Energi Indonesia beberapa tahun lalu.

Dia menyebutkan sebanyak 70 pohon aren di lahan satu hektar dalam tahap produksi penetesan menghasilkan rata-rata 13 liter dengan konsentrasi gula 11%. Jika dikalikan 365 hari dalam setahun, pohon-pohon tersebut menghasilkan 36,5 ton gula.

“Apabila dikonversikan menjadi etanol, volume bio-etanol yang dihasilkan berjumlah 24.000 liter bahan bakar tiap hertar per tahun,” katanya seperti dikutip dalam bisnis.com.

Menurutnya, angka tersebut setara dengan 82 barel per hari. Artinya, sebagai pengganti BBM yang penggunaannya mencapai 1,4 juta barel per hari maka Indonesia memerlukan 6.2 juta hektar lahan hutan aren campuran.

“Etanol dari pohon aren bisa menekan angka impor BBM Indonesia,” ujarnya.

Smits mengaku telah mengembangkan pabrik gula aren kristal pertama di Sulawesi Utara. Pabrik ini terbukti efektif memperoduksi gula aren yang mahal serta bioenergi. “Tak hanya itu, juga menyerap tenaga kerja yang tinggi.”tandasnya (BB-DIO)