BERITABETA.COM, Ambon – Sejumlah aktivis perempuan di Maluku melayangkan protes terhadap sebuah karya lagu yang dibawakan penyanyi muda Maluku bernama Emola.

Mereka menilai lirik lagu karya Emola itu seronok dan melecehkan martabat perempuan karena berisi kata-kata yang tak pantas seperti pada judulnya “ale itu lonte” yang dipublish pada channel youtubenya.

Lewat rilis yang diterima beritabeta.com, Senin (15/3/2021) para aktivisi perempuan Maluku ini mengatakan, perempuan di seluruh dunia baru saja  memperingati International Women’s Day (IWD) 2021, namun Perempuan Maluku seakan  mendapat pukulan hebat , lantaran karya seorang penyanyi muda Maluku yang berdomisili di Jakarta itu.

Katrin Wokanubun, Koordinator Suara Millennial Maluku (SMM) yang selama 1 tahun terakhir gencar mendorong Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual membneberkan, lirik lagu itu menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis cantik, sopan dan romantis, dan berharap berjodoh dengannya, hingga telah memperkenalkannya pada orang tua.  

Namun lelaki itu merasa dibohongi karena pada suatu malam tanpa sengaja mendapatinya sedang berada di jalan, dan mengatakan, ternyata kamu itu lonte. Ada juga penggalan kalimat yang lebih mengejutkan, “Atas tatutup bawah tabuka”.

“Saya tidak mengerti kok pencipta lagu itu memilih judul yang demikian vulgar dan merangkai kata-kata yang sexsi dan melecehkan perempuan dalam lirik yang cukup panjang. Apa yang salah dengan perempuan yang masih ada di jalanan pada malam hari atau bahkan tengah malam.  Apapun pekerjaannya itu hak dia, tak ada yang boleh memberi cap apapun,” tandas Katrin Wokanubun.

Protes senada datang pula dari sesama aktivis SMM, Fonda Rumsory yang menyebutkan, lirik lagu itu menyudutkan kaum perempuan dan tidak mengandung nilai edukasi sama sekali.

SMM yang merupakan bagian dari Jaringan Advokasi Nasional untuk Penghapusan Kekerasan Seksual, dengan tanggap meneruskan informasi tentang lagu itu rekan-rekan jaringan nasional. Selain juga mempostingnya pada media sosial Facebook dengan tujuan mendapatkan dukungan publik.

Alhasil, dalam waktu tidak begitu lama, tayangan video itu mendapatkan ratusan reaksi dislike, bahkan tidak sedikit yang membuat reportase ke youtube, yang menyebabkan video lagu itu tidak bisa ditemukan lagi oleh karena telah disetting private oleh pemilik akun.

Tidak hanya kaum milennial, aktivis lainnya pun menyayangkan beredarnya lagu tersebut, tanpa disensor.

Dengan nada kesal aktivis Maluku, Lusi Peilouw mengatakan, judul maupun lirik lagu itu sangat mendiskriminasi perempuan, bahkan cenderung melanggengkan stigmatisasi bahwa perempuan yang masih ada di jalan pada malam hari itu bukan perempuan baik-baik.

“Selama ini kita semua berusaha keras menghilangkan stigma itu dari masyarakat kita. Apalagi, kita tahu bahwa stigma yang demikian telah menjadi salah, " tegas Lusi.

Menurut Lusi, lagu seperti ini adalah satu pemicu munculnya kasus-kasus pemerkosaan, kemudian menciptakan perilaku victim blaming yang masih sangat sulit dihilangkan. Korban selalu disalahkan, mengapa sudah malam masih ada di jalan sehingga akhirnya diperkosa.

Tidak hanya itu, kata dia, dampak dari lagu itu bisa berakibat reviktimisasi, luka hati korban terkorek lagi dan itu mengganggu pemulihan korban bahkan bisa terjadi pembunuhan karakter.