Aktivis Protes, Karya Penyanyi Emola Lecehkan Perempuan Lewat Lagu

“Saya sangat kuatir dengan korban perkosaan yang sudah mulai survive dan membangun hidup dengam susah payah mengumpulkan puing-puing harapan yang sempat hancur. Ketika sudah mulai settle dan hidup tenang, tiba2 muncul lagu itu. Dia pun menuai cibiran bahkan bisik-bisik tetangga “itu...bajalang sampe tengah malam, makanya diperkosa. Atau orang lain mungkin mencibir suaminya, kaweng deng orang bakas dosa...dst... Bisa saja psikis korban itu kembali hancur atau bahkan terbunuh, " papar Lusi.
Beberapa saat setelah protes bermunculan di Facebook, Emola mengubah settingan tayangan videonya menjadi private, sehingga tidak bisa lagi diakses.
Namun, Emola kemudian membuat live streaming video klarifikasi, yang intinya mengatakan bahwa tidak ada yang salah dari lagunya yang merupakan karya seni atas dasar kebebasan berekspresi.
Tentang hal ini, Lusi menyayangkan dangkalnya nurani seorang seniman bernama Emola.
“Dulu kita punya banyak lagu Ambon yang jelas-jelas menyoal peran sosial laki-laki perempuan, semacam lagu om maku dan usi engge, lagu Oya. Karya-karya itu menghibur tapi tetap sopan. Bukan seperti Ale itu lonte. Dia (Emola) malah membandingkan karyanya itu dengan lagu musisi Iwan Fals berjudul Lonteku. Bagaimana mungkin dibandingkan seperti itu? Coba dalami lirik lagu Iwan Fals. Jauh berbeda” ujarnya.
Menurut Lusi, kalimat “Atas tatutup bawah tabuka” sangat tendensius dan menyasar ke perempuan tertentu. Perempuan berjilbab misalnya? Apakah ini bukan dikriminatif?" tanya Lusi.
Othe Patty, aktivis perempuan dari Yayasan Peduli Inayana Maluku ikut menolak kehadiran lagu yang dianggapnya dapat merusak moral anak muda warga Kota Ambon dan bahkan mencoreng citra Ambon sebagai Kota Kreatif Berbasis Musik menurut UNESCO Kota Musik Dunia.
“Kami sedang berjuang agar Kota Ambon ini ramah bagi tumbuh kembang anak juga ramah bagi perlindungan perempuan. Susah payah menjaga anak-anak kita dari tayangan-tayangan tik-tok dan lainnya yang tidak mendidik, susah payah berjuang bagi pemulihan korban. Ini malah muncul lagu Ambon yang seronok seperti itu,”sesalnya.
“Di sisi lain, kami juga bangga Ambon menjadi Kota Musik Dunia. Karena itu kami minta Pemerintah Kota Ambon untuk menertibkan beredarnya lagu itu, agar tidak mencoreng citra Kota Ambon. Apalagi tayangan video Emola itu diberi tanda tagar #laguambon," tambah Direktur YPIM ini penuh harap bagi Pemerintah Kota Ambon (BB-DIO)