Bahlil Lahadalia, Saking Miskinnya Pernah Sakit Busung Lapar
BERITABETA.COM, Ambon – Namanya menjadi santer dibicarakan sejumlah netizen di ruang publik. Ada yang kagum dengannya ada pula yang kaget karena tidak menyangka sosok ini bakal ada di pusaran kekuasaan.
Itulah Bahlil Lahadalia. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, ini turut dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Negara dan masuk sebagai salah satu calon menteri di kabinet bentukan Presiden Jokowi.
Pria kelahiran Banda, Maluku Tengah, Provinsi Maluku, 7 Agustus 1976 itu sontak menjadi sorotan kalangan luas terutama publik Maluku. Bahlil sebenarnya sudah sejak awal diincar Jokowi. Entah serius atau bercanda, Jokowi pernah memberi kode bahwa Bahlil cocok menjadi menterinya di periode kedua.
Menurut Jokowi, Bahlil merupakan sosok yang cerdas dan pintar menghidupkan suasana. Ia pun menanyakan ke para peserta acara apakah Bahlil cocok menjadi menteri.
“Kan pas, kan?” tanya Jokowi.
“Pas,” jawab para peserta secara serentak.
“Siapa yang setuju?” tanya Jokowi lagi.
“Setuju,” jawab para peserta.
“Jadi kalau nanti beliau ini terpilih ya enggak usah kaget,” ucap Jokowi.
Apa yang disampaikan Jokowi akhirnya terbukti. Bahlil mengaku datang ke Istana karena dihubungi tadi malam. Ia belum mengetahui posisi apa yang ditawarkan kepadanya di kabinet Jokowi 2019.
“Tadi malam (dihubungi). Belum-belum (tahu posisinya),” tuturnya kepada wartawan, Selasa (22/10/2019).
Kisah Hidupnya
Perjalanan hidup Bahlil pantas disebut from zero to hero. Ia bukan orang yang lahir dari keluarga yang terpandang. Bahlil berasal dari keluarga miskin. Namun, perjuangan dalam hidupnya mampu mengantarkannya ke puncak karir sebagai seorang pengusaha sukses.
Pria asal Fakfak Papua ini, pernah menjalani berbagai profesi untuk bertahan hidup sebelum menjadi sukses seperti sekarang. Mulai dari tukang kue semasa kecil, seorang kondektur, hinga menjadi sopir angkot pun dia jalani.
Dengan kerja keras yang dijalani semasa hidupnya, pria kelahiran 1976 ini kemudian bisa sukses hingga menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), yang selama ini dianggap jadi ‘perkumpulan’ anak-anak pengusaha dan pejabat.
Ada banyak cerita menarik yang pernah dijalani Bahlil sebelum menjadi sukses seperti sekarang. Bahkan karena saking miskinnya, Bahlil pun pernah juga merasakan sakit busung lapar.
Seperti dikutip detik.com, Bahlil pernah mengisahan, awal mula jadi pengusaha itu dimuali sejak kecil.
“Sejak SD saya itu memang sudah jualan kue. Itu terjadi bukan karena ingin, saya juga dulu nggak ingin jadi pengusaha. Tapi karena itu keterpaksaan. Karena memang keluarga saya itu, mamah saya itu kan laundry di rumah orang, pembantu rumah tangga. Bapak saya itu buruh bangunan, gajinya Rp 7.500/hari,” kenangnya.
Bahlil adalah anak kedua dari sembilan bersaudara, kemudian 1 saudaranya meninggal dunia. Sejak di bangku SD orang tuanya membolehkan mereka bersekolah, namun harus cari duit.
“Jadi saya menjual kue, menjaja kue dari apa yang mamah saya buat, itu adalah bentuk keharusan, yang saya harus lakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi hidup. Kalau nggak, saya nggak bisa bantu mamah saya, adik-adik saya banyak,” katanya.
Dari rutinitas itulah Bahlil bisa membeli buku, bisa beli sepatu, bisa beli kelereng. Kondisi itu berlanjut terus hingga dirinya duduk dibangku SMP. Saat di bangku SMP karena kondisi orang tuanya yang susah, Bahlil pernah menjadi kondektur angkot.
“Saya juga jualan ikan di pasar. Terus pernah jadi helper excavator dari kontraktor. Tinggal di hutan pada saat musim libur sekolah. Dan saat di bangku SMEA, juga jadi sopir angkot.
Semua kisah pahit itu terjadi semasa menetap di Papua. Jadi sekolah sambil cari duit adalah sebuah keharusan, keterpaksaan dalam rangka melanjutkan hidup, melanjutkan sekolah, dan sekaligus membantu orang tua.
“Saya kuliah pun begitu,” ungkapnya.
Saat berangkat kuliah, tuturnya, orang tuanya tidak pernah tahu. Karena saat berangkat Bahlil hanya membawa ijazah, baju cuma tiga, kemudian modal SIM dan kantong kresek.
“Saya naik Kapal Perintis, dari Fakfak ke Jayapura. Itu dua minggu baru tiba ke Jayapura. Campur dengan kambing-kambing di situ, apa namanya, kayu, keladi, sudah campur, Kapal Perintis itu,” ceritanya.
Bahlil mengaku saat itu berangkat ke Jayapura, hanya karena melihat teman-teman seangkatan pergi kuliah. Dan akhirnya dia pun memutuskan untuk menyebrang ke Jayapura.
“Saya tidak tahu harus kemana masa hidup di terminal terus, (maka) mencoba lah berangkat ke Jayapura,”ungkapnya.
Orang tuanya tahu kalau Bahlil berangkat ke Jayapura, tapi tidak tahu berangkat untuk kuliah, karena memang tidak punya duit.
Saat berangkat, orang tua tahu berangkat ke Jayapura. Dan almarhum ayahnya sempat bertanya “Ngapain kamu di Jayapura? Saya hanya menjawab cari nasib saja,” kata Bahlil.
Saat kuliah di Jayapura, itu Bahlil tinggal di asrama. Waktu itu tidak ada lagi kampus yang mau menerimanya, tapi saat ketua asrama dulu itu yang sekarang jadi Wakil Gubernur Papua Barat, bilang kepadanya “Kau harus kuliah. Sudah kuliah saja, ayo kita daftar’. Akhirnya dia pun mendaftar kuliah ke swasta.
Besoknya, Bahlil pun mendaftarkan diri untuk kuliah dan berhasil terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura, Papua. Setiap pagi jam 5 subuh, Bahlil harus sigap menjadi tukang dorong gerobak.
“Jadi, kan dari pasar ke tengah jalan, ke pasar itu kurang lebih 70-100 meter, mau tidak mau orang belanja kan harus tenteng tuh belajaannya sampai di pinggir jalan besar sampai dia naik angkot. Nah saya bagian memfasilitasi itu, saya masih ingat itu Rp 200 perak, saya masih ingat itu,”kenangnya lagi.
Dari hasil kerja seperti itu, uangnya untuk biaya kuliah. Bahlil mengaku tidak sekalipun malu dengan pekerjaan yang dijalani.
“You malu karena kerja ini atau youmati, atau you maling. Saya mencoba sebagai orang dewasa, sudah tamat SMA, sudah tahu cewe lah, rasa malu ada tapi saya mencoba menyembunyikan itu. Dan tidak untu memperlihatkan. Yang penting niat saya waktu itu adalah, sudah deh saya kuliah,” katanya.
Saat kuliah di Jayapura, Bahlil kemudian masuk menjadi aktivis. Saat semester tiga sudah jadi ketua senat. Dan pernah dipenjara beberapa kali, karena demo tahun 98, tahun 97. Ia dipenjara karena sebagai ketua senat, memimpin pergerakan.
“ Waktu itu saya eks 66, waktu di Papua, kami adalah pelakunya,” tuturnya.
Dan pada semester 5 dirinya diangkat menjadi ketua senat. Setelah itu semester 6 Bahlil kemudian mulai berpikir bahwa harus menghentikan kemiskinan ini.
“Saya bertekad harus setop dengan kemiskinan, kemiskinan ini paling tidak baik,” kenangnya.
Tekad ini tertanam di benaknya, kerana saat menetap di asrama, makannya sangat sulit. Tidak pernah dapat kiriman dari orang tua.
“Kita makannya itu setengah nasi, setengah bubur. Kenapa? supaya dapat banyak. Kalau beras sudah habis, itu kami sarapan pagi pakai mangga, mangga buah, mangga muda yang jatuh di samping asrama, itu yang saya makan. Makanya saya pernah sakit busung lapar, ini nggak pernah media tahu,” bebernya.
Sakit busung lapar ini diderinya sejak semester 6. Jadi penderitaan yang bener-bener paling menderita itu dirasain. Dan pada saat sakit itu, Bahlil bertekad harus berhenti dengan kemiskinan, dan caranya adalah dengan jadi pengusaha.
Sederet Bisnis Bahlil
Bahlil bertekad bisa keluar dari kemiskinan dan kesulitan hidup yang menjeratnya. Dia akhirnya memberanikan diri untuk fokus berbisnis.
Dewi fortuna berpihak kepadanya, kerja kerasnya berbisnis membuahkan hasil. Perusahaan yang dirintisnya, PT Rifa Capital, akhirnya bisa mereguk sukses. PT Rifa Capital kini memiliki holding dari 10 perusahaan antara lain PT Ganda Nusantara (shipping), PT Pandu Selaras (pertambangan emas), PT MAP Surveilance (pertambangan nikel).
Saat ini banyak jenis usaha yang telah digarap Bahlil, mulai dari sektor perkebunan, properti, transportasi, pertambangan, dan konstruksi. Pada Februari 2015 lalu, Musyawarah nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ke-XV menetapkan Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum HIPMI periode 2015-2018.
Bertemu Jokowi di Istana
Saat berada di Istana, pria yang tinggal dan besar di Papua ini menyebutkan Jokowi dan dirinya berbincang mengenai pertumbuhan kawasan ekonomi baru dan pemerataan ekonomi dari Aceh hingga Papua.
“Dari UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) naik jadi menengah ke konglomerat. Semua bisa terjadi kalau terjadi proses investasi dan konsumsi,” kata Bahlil seusai bertemu dengan Jokowi, Selasa (22/10/2019).
Disinggung kemungkinan dirinya bakal menjabat menteri koperasi dan UMKM, Bahlil menjawab pembicaraannya dengan Jokowi tidak spesifik membicarakan soal UMKM.
“Kalau ditanya di mana (kementerian) Presiden paling tahu karena saya sejak kecil bergelut di bidang ekonomi, saya dari kawasan timur, ada Maluku-nya, saya dari Fakfak, kuliah di Jayapura,” tambah Bahlil.
Intinya Bahlil mengaku siap jika memang bakal dilantik sebagai menteri pada Kabinet Jokowi-Ma’ruf periode 2019-2024.
Terkait dengan kewajiban tidak boleh merangkap jabatan ketika resmi menjabat sebagai menteri, Bahlil mengungkapkan bakal mempelajarinya lebih lanjut.
“Saya bukan pegawai, bukan pegawai BUMN. Saya tahu, tidak boleh jadi direksi dan komisaris tapi pemegang saham belum tahu (apakah masih boleh atau tidak). Ini barang baru,” ujar Bahlil. (BB-DIO)